okay, aku nyerah sama sudut pandang orang ketiga
tbh aku sendiri yang kurang dapet feel nya wqwqJUNGKOOK
Siang ini aku harus tiba di kantor Sephora untuk pemotretan varian parfum limited edition. Berkendara bersama tiga orang lelaki yang baru kukenal membuatku tidak nyaman. Sejujurnya, aku tidak suka jika ada banyak orang di mobilku. Aku lebih suka berkendara bersama Ennik sebagai supir dan asistenku selama aku bepergian tanpa Charlie. Aku juga lebih suka naik Bentley yang hanya untuk empat orang, ketimbang Rover yang bisa muat enam.Setelah pemotretan, Ennik memberitahuku jika hari ini aku harus menghadiri pesta dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan Otto Corporate—perusahaan orangtua Charlie. Karena Charlie tidak ada, aku harus menggantikannya. Sejujurnya, aku tidak biasa bepergian ke acara resmi sendiri. Biasanya selalu ada Chalie yang menemani. Aku mengganti bajuku dengan setelan fall winter nomor 79 milik Chanel yang baru saja keluar. Selain itu, aku mengambil sepasang stiletto Louboutin dari lemariku. Ini memang keluaran lama, tetapi aku sangat menyukainya.
Aku memasuki Imperial tanpa Ennik—tetapi ada Gerald dan Taehyung yang akan masuk lewat belakang. Ennik akan menungguku bersama dengan Abel di mobil. Aku merasa kesepian. Tanpa Charlie, aku tidak banyak mengenal orang disini. Aku melihat Gerald di arah utara sedangkan Taehyung mengekor di belakangku. Taehyung sesekali berhenti untuk mengambil sampanye, lalu ikut berputar mengikuti kemanapun aku pergi.
Aku melihat seseorang yang aku kenal sedang berdiri disamping suaminya. Wanita itu sangat cantik, dibalut gaun milik Loius Vuitton yang kemarin diperagakan oleh Sarah Dahl. Matanya melihatku. Ia langsung menghampiriku.
"Oh, God, Jungkook. Senang melihatmu."
"Jimin—aku juga sangat senang melihatmu."
"Mana suami bulemu?"
"Ah, pria itu sedang ke Malaysia. Jadi aku hanya sendiri disini."
"Sayang sekali, sepertinya ia akan mengungguli dominasi Air Asia disana."
"Ya, niatnya seperti itu. Doakan saja. Bagaimana si sulung? Sudah lama aku tidak melihatnya."
"Yoonjae baik. Sebentar lagi akan masuk taman kanak-kanak." Aku mengambil segelas wine dari pelayan yang lewat. Sekaligus juga mengambilkan segelas untuk Jimin. "Kook, aku sedang tidak minum—"
Aku sedikit kaget dengan penolakan Jimin. Jimin tidak biasanya seperti ini. "Ayolah, Jim. Kemana perginya si gila pesta dan si istri Johnnie Walker? Apa yang dilakukan Tuan Min yang terhormat sehingga dirimu berhenti minum?"
Jimin tiba-tiba mendekatiku. Ia sepertinya akan berbisik padaku. "Tuan Min yang terhormat menanamkan benihnya lagi."
Wow, ini berita baru yang masih fresh from the oven. "Jimin! Kau—hamil?" Jimin mengangguk. "Oh, Tuhan, aku turut bahagia. Katakan pada Yoonjae untuk tidak nakal pada Mommy dan adiknya."
"Yoonjae sangat senang ia akan menjadi kakak. Ia bahkan selalu mengelus perutku setiap bangun tidur, padahal perutku masih rata."
Jimin terus bercerita tentang anak pertamanya. Jimin mendapatkannya sekitar empat tahun lalu—sebelum ia menikah dengan Min Yoongi. Aku tidak mengerti dengan kehidupan mereka yang sangat bebas. Yoonjae adalah anak lelaki yang dekat dengaku. Sebelum aku menikah dengan Charlie, aku sempat menjadi pengasuh dadakan untuknya jika Jimin sedang banyak pekerjaan.
Aku jadi teringat pertanyaan jurnalis kemarin saat konferensi pers. Jika ditanya apakah aku menginginkan sosok buah hati, jawabannya adalah ya. Charlie apalagi. Charlie sanga ingin memiliki keturunan. Tidak peduli laki-laki atau perempuan. Aku masih ingat, selama seminggu setelah kami menikah, ia tak henti-hentinya menggempurku hingga aku tidak bisa berjalan. Aku kelelahan, tetapi dirinya masih perkasa dan siap untuk menghujamku lagi dan lagi.
Usahanya membuahkan hasil. Aku hamil. Charlie sangat bahagia hari itu, hari dimana aku menunjukkan hasil test kehamilan. Charlie memberitahu semua keluarga jika ia sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Setiap pagi dan sebelum tidur, ia selalu menyapa bayi kami. Ia juga merapalkan banyak doa dan harapan di depan perutku. Terkadang, Charlie mendongeng di depan perutku. Ah, kenangan itu manis sekali.
Tetapi, beberapa minggu kemudian, dokter berkata lain. Dokter bilang, kandunganku lemah dan rentan. Bayiku bisa bertahan dengan kemungkinan yang kecil. Aku tidak tahu kenapa, padahal aku rutin minum susu kehamilan dan juga vitamin. Makanan yang ku makan juga aku jamin bergizi. Bella memasakkannya untukku sesuai dengan panduan untuk ibu hamil. Bahkan sejak aku mengandung, Charlie tidak mengizinkanku untuk bekerja kembali.
Hingga satu hari itu terjadi. Hari dimana aku tiba-tiba jatuh di kamar mandi. Kakiku terasa kaku, lalu yang aku ingat aku sudah duduk di depan pintu kamar mandi. Aku berteriak memanggil Charlie. Aku takut. Aku tidak bisa berpikir lurus saat aku melihat darah segar mengalir di paha dan menembus gaun tidurku.
"Kook? Halo, Jeon Jungkook?" Jimin membangunkanku dari lamunan masa lalu. Aku yang salah tingkah hanya bisa menunduk malu. "Ya, jadi begitu. Anak itu memang sedikit bebal. Dirimu harus sering ke rumah Kook. Yoonjae pasti merindukan Tante Kookies nya."
"Ah, iya, aku akan usahakan. Mungkin minggu ini."
"Aku mengerti, Kook. Wanita karir sepertimu pasti banyak jadwal yang padat, apalagi di akhir tahun. Tetapi, aku akan mengundangmu dan suamimu di malam natal jika kau tidak ada agenda, bagaimana?"
"Baiklah, aku terima. Nanti ku katakan pada Charlie."
Aku dan Jimin berputar mengelilingi pesta. Meninggalkan Min Yoongi yang sedang mengobrol dengan seseorang yang kutahu ia adalah direktur utama Aston Martin.
"Kook, tidakkah kau merasa ada seorang—yang sepertinya dia orang Korea—mengikuti kita sedari tadi?"
"Huh? Siapa?" Aku bahkan tidak merasa ada seseorang yang mengikutiku. Orang Korea? Aku hanya merasa jika hanya aku, Jimin dan Yoongi orang Korea disini.
"Dia tampan, Kook. Percayalah. Mungkin urutan kedua setelah Yoongi. Coba kau berbalik, dia dekat dengan pilar."
Aku membalikkan badanku. Melihat ke arah pilar yang dimaksud oleh Jimin. Ada seorang pria dengan setelan jas hitam dan kemeja putih tanpa dasi berdiri disana. Saat aku melihatnya, ia juga sedang menatapku. Aku hanya bisa terpukau dengan dirinya. Mata tajamnya, hidung mancungnya, rahang tegasnya, dan kulit kecoklatannya membuatku betah melihatnya. Selama beberapa detik, kami saling bertatapan.
Seketika, aku teringat sesuatu yang memalukan. Aku berbalik, lalu berbisik pada Jimin.
"Jim, aku baru ingat. Dia adalah pengawal baruku yang dipekerjakan oleh Charlie hari ini."
****
tbc
anggep aja ini cowok yang diliat Jimin sama Jungkook di deket pilar
abaikan headbandnya, anggep aja gak pake itu wqwq
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋ
Romancewhen marriage is a choice, is having an affair another choice? taekook slight charkook gs!jjk