14

5.1K 615 43
                                    

JUNGKOOK

Selama Charlie tidak ada, aku tidak merasa sendirian karena ada Taehyung. Taehyung sangat manis. Taehyung mengajakku video call sebelum aku tidur. Melihat wajahnya di layar ponselku seperti melihat mimpi yang berubah jadi nyata. Ia juga mengirimkan pesan singkat setiap saat padaku. Aku dan dirinya kini bertukar pesan dengan memakai Hangeul. Nama Taehyung di kontak ponselku adalah Tiger bertuliskan Hangeul. Jadi kalau ada yang bertanya, tinggal bilang saja kalau ia adalah temanku di Korea sana.

Selain itu, Charlie pergi ke luar negeri lagi adalah sebuah kebahagiaan. Aku senang. Jelas. Karena waktu berduaan dengan Taehyung makin banyak.

Seperti hari ini. Charlie pergi entah ke belahan bumi mana dan aku tidak boleh ikut. Charlie secara halus memintaku untuk tetap di Chicago. Aku sih menurut saja dan kini aku sedang ada di apartemen Taehyung. Memasak bibimbap dan juga ayam goreng. Taehyung sedang menonton pertandingan basket di televisi. Aku bahagia ada disini. Aku bisa melakukan apapun. Tanpa ada yang melarang dan juga tanpa ada yang mencibir.

Ini malam minggu omong-omong.

Jadwal berjaga di rumahku kini berganti. TAG Squad bukan lagi berjaga berganti hari, tetapi mereka bergantian setiap dua hari. Abel di hari senin selasa, Gerald di hari rabu kamis, dan Taehyung di hari jumat sabtu minggu. Sebenarnya, itu adalah akal-akalanku agar aku bisa menghabiskan akhir pekan bersama Taehyung. Meskipun setiap hari aku bertemu dengannya, tetapi aku harus punya cara agar aku bisa berduaan saja dengannya ketika Charlie tidak ada.

Aku tersentak saat Taehyung mulai melingkarkan tangannya di pinggangku. Demi Tuhan, aku sedang menggoreng. Untung saja aku tidak terkena cipratan dari minyak atau sesuatu yang buruk terjadi. Taehyung dengan seenak jidat malah makin mengeratkan pelukannya padaku. Juga menumpu dagunya di bahuku.

"Taehyung! Sana nonton lagi."

"Para pemain sedang istirahat. Aku juga mau istirahat—"

"Tapi aku sedang memasak."

"Aku tahu—" Huh, sifat manjanya keluar. "Aku lapar."

"Tunggulah, sebentar lagi selesai."

Taehyung masih pada posisi yang tadi. Aku memang risih, tetapi bahagia disaat yang bersamaan. Oh Tuhan, aku berdoa kalau Taehyung akan jadi suamiku suatu hari. Segala perhatian sekecil apapun yang ia lakukan bisa saja membuatku melayang.

Kami makan dengan tenang. Aku memerhatikan Taehyung. Ia makan dengan sangat lahap. Aku senang melihatnya. Selain itu, hanya dengan Taehyung aku bisa begini. Makan sambil menonton televisi. Taehyung juga tidak melarangku untuk duduk di karpet. Hah, andai aku bisa begini di rumahku sendiri.

Selesai makan, Taehyung mengambil piringku dan piringnya. Ia langsung pergi ke dapur untuk mencuci segala peralatan bekas memasak. Aku sudah mencegahnya sebenarnya, tetapi ia malah mengusirku dari dapur. Taehyung bilang, ini adalah salah satu caranya berterimakasih padaku karena telah memasak bibimbap terenak sepanjang masa.



Taehyung lalu duduk di sampingku. Keheningan menyergap. Kami sama-sama diam. Aku melirik Taehyung yang serius menatap televisi. Aku beringsut mendekati Taehyung. Menyandarkan kepalaku di lengannya. Taehyung masih diam. Tidak bereaksi apapun. Lalu aku duduk di pangkuan Taehyung dan menghadap padanya. Menangkup pipinya membuat matanya melihat mataku.

"Apa?" Katanya. Aku menggeleng.

"Tidak. Kau—tampan."

"Memang, lebih tampan dari suami-mu kan?" Aku mengangguk. Ini adalah fakta yang sulit disangkal.

"Tae—hyung—" Aku mencebikkan bibirku. Membuatnya selugu mungkin. Jemariku bermain di atas kaos bagian dadanya. "Ci—um—"

"Apa? Tidak dengar—"

"Ih, menyebalkan." Bisa kulihat Taehyung malah tersenyum-senyum di depanku. Tidak peka. Aku kan mau dimanja. "Cium~Taehyung~"

"Tidak mau!"

"Katanya kau mau melakukan apa saja yang ku mau?"

"Masa? Aku tidak ingat, huh?"

"Menyebalkan—"



Taehyung tiba-tiba menciumku.

Aku kaget dan sedikit tersentak ke belakang. Taehyung menyeringai disela-sela ciuman kami. Aku meremas rambutnya. Memperdalam adegan ini. Taehyung sukses membuatku terbang. Ia lalu berdiri membawaku entah kemana. Tangannya di bokongku. Aku bisa merasakan jemarinya yang meremas salah satu belahnya.

"Ahh—" Sial, Taehyung membuatku mendesah akibat remasan di bokongku.

Taehyung mendudukkanku di salah satu kabinet yang pendek di samping dinding kaca. Bisa kulihat cahaya lampu Kota Chicago dari sini. Pemandangan yang sangat indah untuk sekedar berciuman. Taehyung berdiri di depanku. Badannya berada diantara kedua kakiku. Kami masih berpagutan. Taehyung sangat mahir menggunakan lidahnya sehingga aku enggan untuk mengakhirinya.

Taehyung melepaskannya. Membuat benang saliva diantara kami. Bibirnya lalu mencium keningku. Kedua mataku. Kedua pipiku. Lalu turun ke leherku. Oh, kumohon jangan membuat tanda disana.

"Jangan membuat tanda, kumohon—"

"Okay—" cup "Tidak jadi kubuat—"

Ciuman Taehyung merambat hingga pundakku. Bagian kanan lengan gaun tidurku sudah diturunkan olehnya. Begitu pula dengan tali bra yang kupakai. Aku memeluk kepala Taehyung. Sensasinya geli tetapi menyenangkan. Taehyung lalu beralih pada bahu kiriku. Melakukan hal yang sama menjadikan gaun tidurku benar-benar merosot. Menampilkan bra berwarna pink yang aku pakai.

Aku tahu yang Taehyung mau. Saat Taehyung masih mencumi pundak kiriku, aku menuntun tangannya untuk membuka kaitan bra di punggung. Taehyung mendongak, menampilkan seringaian yang menjadikan wajahnya luar biasa tampan. Ditambah rambutnya yang tidak karuan setelah aku remas. Bibirnya menuju telingaku. Aku bisa merasakan deru nafasnya yang sedikit terengah-engah.

"Bolehkah?" Aku mengangguk.

























Baru saja Taehyung membuka kaitannya, bel apartemen berbunyi.

"Bedebah! Mengganggu saja!"

Aku seketika panik. Sangat panik. Aku langsung mengaitkan bra dan memperbaiki gaun tidurku. Taehyung memeriksa pintu dan kembali dengan berita kalau itu adalah kakak sepupunya datang. Aku tidak tahu harus bagaimana. Apa aku harus menghadapi kakak sepupunya atau bersembunyi. Taehyung lalu menyuruhku untuk masuk ke kamar mandi saja.

Aku berdiam diri sambil duduk di atas kloset yang tertutup. Aku baru tahu kalau Taehyung mempunyai kakak sepupu disini. Aku tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Ada suara-suara seperti teriakkan terdengar. Apakah itu Taehyung? Atau kakak sepupunya? Aku harap tidak terjadi apapun pada Taehyung.

Kantuk datang padaku. Aku memutuskan untuk duduk di tub dan bersandar di pinggirannya. Aku menekuk kakiku dan memeluknya.

****

TBC






bonus

TAEHYUNG

Kakak sepupuku akhirnya pulang pukul setengah satu. Sial, aku meninggalkan Jungkook lama sekali. Ia pasti bosan. Saat aku masuk ke kamar mandi, Jungkook ada di tub dan sedang tertidur. Oh, Sayang, maafkan aku yang lama ini. Aku segera mengangkatnya dan membawanya ke ranjang.

Jungkook tidak terusik dengan ini. Aku meletakkannya di kasur. Gaun rumahnya tersingkap hingga segitiga dalamannya terlihat. Mataku juga disuguhkan dengan paha mulus yang sekal. Ah sialan. Jungkook lalu bergerak. Yang tadinya ia tidur terlentang, kini tidur menyamping. Menampilkan sisi bokongnya yang mulus dan—montok?

Aku langsung menutupi semua itu dengan selimut. Bergabung dengan berbaring disamping Jungkook. Tanganku memeluk tubuhnya, dan berakhir di bokongnya karena aku masih penasaran dengan yang satu itu. 

ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang