JUNGKOOK
Aku terbangun karena gejolak di perutku. Aku langsung berlari ke toilet dan memuntahkan segala yang ingin aku keluarkan. Ini sepertinya efek mabuk semalam. Kepalaku masih pening. Efek hangover ini sedikit menyiksaku. Aku memutuskan untuk langsung berendam. Bajuku masih setelan pesta semalam.
Semalam?
Aku mulai memikirkan apa yang terjadi semalam. Aku mulai mengumpulkan potongan-potongan memori yang sedikit terlupakan.
Charlie.
Badai salju.
Megan.
Jaringan putus.
Gaun Dior.
Pesta topeng.
Bambam.
Berdansa.
Lelaki misterius.
Balkon.
Taehyung?
Tiba-tiba otakku memproses sesuatu. Ada Taehyung semalam. Aku berdansa dengannya. Aku memikirkan suamiku saat aku berdansa dengan orang lain. Lalu aku menangis. Lalu aku ke balkon, membuka topeng. Taehyung menghapus air mataku.
Ah, aku ingat. Aku memeluk Taehyung. Sangat menenangkan.
Lalu-
"Taehyung, temani aku mabuk malam ini."
-aku mabuk. Segelas whiskey yang diberi oleh bartender.
Aku bersyukur karena semalam ternyata aku mabuk dengan orang yang aku kenal. Aku mulai berpikir, kalau saja aku mabuk dengan sembarang orang, mungkin aku tidak akan ada di kamarku sekarang. Bisa jadi aku masih tertinggal di tempat Bambam atau seseorang membawaku ke hotel. Untung sekali hal itu tidak terjadi.
Aku menenggelamkan seluruh tubuhku kedalam bathup. Aku butuh merilekskan badan dan pikiranku. Aku rindu berada disini bersama Charlie. Malam-malam sebelum desember datang, Charlie selalu membawaku kesini setelah malam panas kami. Lalu Charlie menggosok punggungku dan aku juga menggosok punggungnya. Tetapi, sekarang Charlie tidak pernah melakukannya.
Aku kembali memikirkan suamiku. Apa ia baik-baik saja di Seattle? Apa badai sudah usai? Aku sangat khawatir dengannya. Betapa bodohnya aku malah bersenang-senang semalam.
Bersenang-senang?
Aku keluar dari bak lalu membersihkan badanku. Setelah memakai handuk, aku berjalan menuju kasurku. Aku kembali berbaring disana. Aku mulai membuka ponselku yang semalam tidak kusentuh. Aku berharap Charlie menghubungiku semalam, sebelum aku ada di pesta Bambam.
Ada beberapa notifikasi terpampang di halaman depan ponselku. Itu Jimin, Seokjin, Bambam, dan Ennik. Aku menggulirkan semua pemberitahuan hingga bawah. Tidak ada satupun pesan atau telepon tidak terjawab dari Charlie. Charlie sama sekali tidak menghubungiku. Nomor Megan juga tidak menghubungiku.
Aku langsung menelepon suamiku. Deringnya ada, tetapi tidak diangkat. Aku terus mencobanya, mungkin sudah sepuluh kali. Sambungannya selalu berakhir di voice mail. Aku lalu menghubungi Megan. Megan juga tidak menjawab panggilanku. Sama seperti Charlie, hanya ada voicemail yang menjawabku di ujung dering. Sial-aku mulai resah.
"Carl, jika kau mendapatkan ini, hubungi aku secepatnya." Aku meninggalkan pesan itu di voicemail. Aku juga meninggalkan satu di sambunganku pada Megan. Aku masih berbaring di kasurku. Memandangi ponselku yang memiliki foto latar Charlie yang sedang mencium pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋ
Romancewhen marriage is a choice, is having an affair another choice? taekook slight charkook gs!jjk