JUNGKOOK
Tahun baru memang menjadi tahun yang benar-benar baru dengan kebiasaan baru. Sudah sebulan ini semuanya terasa berbeda. Biasanya aku sudah bangun sebelum Charlie bangun, tetapi sekarang aku selalu kecolongan bangun pagi. Sebenarnya, jadwal bangun pagiku sama seperti biasa, tetapi Charlie bangun setengah jam sebelum jadwalku. Jadi, saat aku membuka mata, saat itu juga Charlie membuka pintu kamar mandi. Biasanya, jika Charlie bangun duluan, ia selalu langsung membangunkanku. Tetapi, kali ini aku dibiarkan tetap tertidur.Seperti hari ini, aku bangun saat Charlie sudah akan memasangkan dasinya. Aku langsung bangkit dari kasurku dan memasang dasinya. Charlie mengecup bibirku dan bilang kalau aku tetap cantik meskipun baru bangun. Aku langsung bersiap masuk kamar mandi sebelum Charlie memulai sarapan.
Aku membuat kopi pagi untuk Charlie. Charlie sudah duduk di meja makan sambil membaca di tabletnya. Pagi ini kami sarapan dengan menu korea. Masakanku sebentar lagi matang. Charlie sangat suka galbi buatanku dan juga kimchi. Hari ini aku memasak karena Bella hari ini masuk agak siang. Ada suatu urusan yang harus Ia lakukan.
"Nanti malam aku akan pergi ke Beijing—" Charlie berujar disela-sela makan kami. "Peluang yang sangat besar untuk masuk ke pasar Cina."
"Oh, Sayang, itu sangat keren. Berapa setel pakaian yang harus aku siapkan?"
"Aku akan ada di Beijing mungkin seminggu. Kau mau ikut?"
"Aku tidak tahu, mungkin aku akan menyusul. Unicef memintaku datang ke kantornya hari ini. Kudengar dari Mr. Smith, akan ada acara di Michigan hari minggu dan aku sepertinya harus kesana."
"Baiklah—" Charlie membersihkan mulutnya. Sarapannya telah habis, begitupula dengan aku. "Kalau kau bisa menyusul, beritahu aku."
Charlie beranjak dari kursinya. Aku mengikutinya dari belakang. Ia lalu berbalik untuk menciumku dan berlalu memasuki mobil. Ennik ternyata sudah datang. Ia berada di beranda pavilion bersama Gerald. Mereka sedang saling melemparkan lelucon sepertinya. Ennik tampak tertawa setelah Gerald berbicara.
Melihat pavilion, aku jadi teringat hariku bersama Taehyung. Satu hari yang sungguh mendebarkan. Aku jadi teringat sentuhan dan juga kecupan Taehyung. Deru nafasnya. Wangi tubuhnya. Serta kekehannya. Aku merindukannya.
Setelah kejadian hari itu, Taehyung bersikap sangat biasa kepadaku. Seolah tidak ada sesuatu yang terjadi diantara kami. Taehyung bersikap sangat professional. Ia mengawalku kemanapun tanpa ada sesuatu yang lebih seperti pelukan. Kembali memanggilku Ma'am lagi—padahal aku sangat ingin dipanggil Bunny.
"Ma'am, kami sudah siap—" Suara berat dari samping kananku mengagetkanku. Itu Taehyung, lengkap dengan setelan yang santai. "Ma—maaf kalau saya mengagetkan anda, Ma'am." Taehyung membungkuk kepadaku. Orang Korea sekali. Aku bisa melihat Rover hitam di halaman rumahku sudah siap untuk pergi.
"Ah, iya—tidak perlu meminta maaf—" Aku maju sedikit, mengikis jarakku dengan Taehyung lalu berbisik. "—Tiger." Aku berjalan mendahului Taehyung. Dengan sigap, ia mengejarku untuk membukakan pintu mobil.
***
"Aku ingin mengantarmu ke bandara—" Ujarku sambil memasukkan beberapa baju Charlie ke dalam koper. Charlie baru saja keluar dari kamar mandi.
"Ingin ke bandara saja atau ingin ikut denganku ke Beijing, hm?"
"Bandara, Carl. Minggu ini aku harus ke Michigan, ingat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋ
Romancewhen marriage is a choice, is having an affair another choice? taekook slight charkook gs!jjk