20

4.7K 605 41
                                    

2000++ words nih,
happy satnight

JUNGKOOK

Jajaran pohon palem itu menyambutku seperti biasa. Thanksgiving tahun lalu adalah terakhir kalinya aku kemari. Mungkin hari ini adalah hari terakhir dimana aku bisa mendapat sambutan seperti ini. Tidak akan ada lagi Thanksgiving di Rumah Kakek Puth bagiku untuk Oktober nanti dan seterusnya.

Kakek Puth sudah duduk di single seat sofa saat kami datang. Wajahnya yang memang sedari dulu sudah menekuk, makin menekuk. Tangannya bertumpu pada tongkat ukiran kayu miliknya. Kakek Puth berdiri menghampiri kami. Dibantu tongkatnya, Kakek Puth berjalan dengan penuh wibawa.

Plak!

Aku terkejut dengan perlakuan Kakek Puth yang tiba-tiba menampar Charlie. Mataku membola dan tanganku refleks untuk menutup mulutku. Charlie masih terdiam di tempatnya. Kakek Puth sudah kembal duduk di sofanya.

"Duduk!" Katanya sembari menghisap cerutu. "Aku sudah tahu kau kemari akan memberikan surat cerai pada istrimu. Kupikir, dengan adanya kontrak sialan itu kau akan berubah sedikit saja. Ternyata kemampuanmu bermain wanita memang tidak bisa dimusnahkan."

"Maafkan aku Tuan Puth-"

"Simpan maafmu untuk istrimu. Aku tidak butuh maaf darimu." Aku hanya bisa diam dan sedikit menunduk. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Kakek Puth sedang membaca surat yang dibawa oleh Charlie. "Urus ini secepatnya. Aku tidak mau cucuku yang cantik ini makin menderita karena ulahmu!" Berkas perceraian aku dan Charlie dilempar begitu saja oleh Kakek Puth dan pas mengenai wajah Charlie. Charlie yang malang.

Tak lama, Nenek Puth turun dari tangga. Aku melihatnya ia tersenyum padaku. Aku langsung membalas senyumannya dan berdiri untuk membungkuk padanya. Nenek Puth menghampiriku dan langsung memelukku. Mengabaikan Charlie yang cucunya sendiri.

"Jungkook, cucuku yang paling nenek sayangi. Apa kabar?"

"Kabar baik, semoga kabar Anda juga selalu baik."

"Panggil aku nenek. Kau bukan orang lain dalam hidupku." Aku hanya melempar senyum. Nenek Puth selalu memperlakukan aku seperti cucunya sendiri. Nenek lalu beralih pada Charlie yang masih terdiam di tempatnya. "Pergilah! Aku muak melihat mukamu!"

Aku terkejut untuk yang kedua kalinya. Nenek Puth mengusir Charlie adalah hal yang berada di luar ekspektasiku. Charlie lalu bangkit dan mengatakan kalau ia akan pergi. Aku yang merasa kalau aku kemari bersama Charlie lalu ikut pamit pada kedua orang tua itu. "Nenek tidak menyuruhmu pergi, Jungkook. Tinggallah sebentar, Kakek ingin berbicara padamu."

Ini memang sedikit membingungkan. Tetapi, aku menuruti kata Kakek Puth untuk tinggal sebentar disini. Nenek terlihat senang saat aku duduk kembali. Sedang Charlie sudah berlalu, keluar dari pintu utama rumah ini.

"Jungkook, kakek sangat menyesal dengan apa yang terjadi padamu dan Charlie. Aku sangat berharap hal ini tidak pernah terjadi. Maksudku membuat kontrak diantara kalian adalah untuk mencegah hal ini dapat terjadi. Tetapi, anak itu memang sudah keterlaluan. Aku sudah muak dengan tingkah lakunya jika terus seperti ini."

"Ini sudah kesepakatan aku dan Charlie juga. Sepertinya memang sudah tidak ada lagi cinta diantara kami. Jadi, aku dan Charlie sudah sepakat untuk mengakhiri semuanya."

"Nenek sangat khawatir padamu, Nak. Kau adalah cucu yang paling berbeda diantara yang lain. Nenek sangat menyukaimu. Kau pandai dalam segala hal, berbeda dengan cucu perempuanku yang lain. Kami tetap akan menganggapmu cucu yang paling disayangi."

"Terima kasih, Nek." Aku menggenggam tangan Nenek. Nenek sudah sedikit berkaca-kaca.

"Hah, Kakek akan merindukan apapun yang kau buat. Apalagi kalkun Thanksgiving yang sangat lezat itu. Apa kau mau merayakan Thanksgiving bersama kami tahun ini?"

ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang