3

4.3K 546 34
                                    

JUNGKOOK

Ennik menjadwalkan hariku bertemu dengan Howie Watson. Detektif swasta yang diminta Charlie untuk menangani ocehan di Twitter tentang ancaman pembunuhanku. Aku akan bertemu dengannya di kantornya pagi ini. Selama perjalanan, aku masih saja membuka Twitter dan membaca komentar orang-orang. Terkadang, komentar yang dilontarkan sedikit menyayat hatiku. Mereka tidak tahu apa yang terjadi padaku, tetapi bertingkah seolah-olah tahu segalanya.

Sampai di kantor milik Howie, aku masuk ditemani dengan Ennik dan Taehyung. Ennik masuk bersamaku kedalam ruangan Howie sedangkan Taehyung menunggu di lobi. Aku jadi teringat kejadian konyol malam kemarin. Betapa bodohnya aku hingga terpesona akan sosok pengawalku sendiri. Jimin bahkan bilang dia tampan. Kuakui, Taehyung memang tampan—tetapi suamiku jelas lebih tampan.

Howie bilang, ia sudah menemukan orangnya. Seorang wanita dengan obsesi berlebih terhadap Charlie. Sejak Charlie muncul ke publik, wanita itu menjadi fans nomor satunya. Dalam interogasinya, ia bilang sangat sakit hati saat tahu Charlie sudah beristri. Kau hanya kurang beruntung dan kurang cepat untuk bertindak, Nona. Soal kata-katanya di Twitter, ia tidak bersungguh-sungguh ingin membunuhku. Ia hanya ingin menyebarkan jika aku tidak cocok bersama Charlie. Hanya itu dengan tujuan agar aku bercerai dengan Charlie.

Setelah urusanku beres dengan Howie, aku langsung menelepon Charlie. Sepertinya Charlie sedang istirahat makan siang. Perbedaan waktu diantara kami hanya terpaut dua jam, tetapi dengan catatan Charlie berada di hari berikutnya. Dering ketiga, Charlie mengangkat teleponku.

"Halo, Sayang? Kau sudah makan?"

"Carl, aku sudah bertemu Howie."

"Baguslah, bagaimana perkembangannya?"

"Howie mendapatkan pelakunya. Seorang wanita, fans nomor satu Charlie Puth."

"Sayang, fans nomor satuku hanya dirimu. Bagaimana bisa—"

"Bisa, sejak kau selalu muncul di televisi tanpa aku. Aku kesal."

"Oh, Tuhan, My Cookies, jangan merajuk. Aku jauh darimu, loh."

"Yasudah, kabulkan satu permintaanku."

"Apa dulu? Aku tidak mau sembarang mengabulkannya."

"Aku tidak mau ada pengawal lagi—"

"Tidak! Aku tidak setuju." Huh? Suamiku menyebalkan sekali. Aku kan tidak mau ada pengawal di sekitarku. Dari sana, aku mendengar suara pria memanggil Charlie. Sepertinya ia harus mulai bekerja lagi. "Sayang, aku tutup dulu. Aku tidak akan mengabulkan yang satu ini. Okay. Aku mencintaimu—"

Sambungan diputus sepihak oleh Charlie. Aku masih kesal. Tentu saja. Aku hanya ingin ketiga lelaki itu tidak mengawalku. Aku bisa melakukannya sendiri bersama Ennik.

***

Charlie masih di Malaysia hingga hari ini. Sudah empat hari rasanya kasurku dingin tanpa kehadirannya. Meskipun sebelum aku tidur Charlie selalu meneleponku, tetapi rasanya berbeda. Malam tadi, Charlie bilang kalau aku sebentar lagi kontrak kerjanya dengan para investor akan segera ditandatangani. Aku senang mendengarnya.

Charlie seorang yang pekerja keras. Ini adalah hasil keringatnya sendiri, bukan hasil turunan dari orangtuanya. Banyak pihak yang menilai jika kesuksesannya adalah warisan ayah ibunya. Tetapi menurutku tidak. Charlie membangun perusahaannya sendiri dari nol. Meskipun aku tahu modal usahanya merupakan pinjaman dari Otto Corporate, tetapi dalam satu tahun pinjaman itu sudah dilunasi.

Pagi ini aku sudah bersiap dengan kaus dan celana trainingku. Sepadat apapun jadwal, aku masih ingin menyempatkan diri untuk jogging mengelilingi Danau Michigan. Baru saja aku turun ke lantai satu, ketiga bodyguardku sudah menunggu di teras. Oh, Tuhan. Bisakah satu hari saja aku berjalan sendiri tanpa ada yang menemani?

Aku menyuruh mereka bertiga untuk menungguku saja di pinggir taman. Di dalam mobil yang terparkir. Aku tidak mau mereka ikut jogging bersamaku. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku sendiri.

Setelah berkeliling beberapa kali, aku kembali ke rumah. Aku meninggalkan ketiga pengawalku di taman. Biarkan saja, mereka bisa pulang sendiri. Ennik ternyata sudah ada di rumahku. Ennik bilang hari ini aku ada pertemuan dengan UNICEF untuk membahas acara amal kemarin. Aku lantas menyapa Bella yang sedang membuatkan sarapan. Setelah itu, aku langsung bersiap-siap.

Seperti biasa, Ennik akan ikut bersamaku bergitu juga Taehyung. Taehyung akan menunggu di lobi sedangkan Ennik akan ikut bersamaku di dalam pertemuan. Sepanjang pertemuan tadi, banyak hal yang akan aku tangani. Penggalangan dana kemarin merupakan salah satu pencapaian besar. Uang yang terkumpul akan langsung tersalurkan. Mereka kemudian memintaku untuk menjadi tim yang akan pergi ke Afrika tahun depan. Aku sangat senang mendengarnya meskipun aku belum tahu akan ditempatkan di negara mana.

Setelah melewati perbincangan yang alot, pertemuan akhirnya selesai. Tidak terasa hari sudah menjelang malam. Sepulang dari sana, aku mengajak semuanya makan malam. Aku tidak mau mereka sakit karena seharian terus bekerja menjagaku. Aku mengajak mereka ke salah satu restoran Korea favoritku. Awalnya mereka menolak untuk duduk satu meja denganku, tetapi aku memaksa. Aku hanya tidak ingin dianggap terlalu tinggi, padahal kami sama-sama manusia.

Taehyung adalah salah satu yang bersemangat. Taehyung bahkan merekomendasikan Abel dan Gerald makanan favoritnya, yaitu bibimbap. Jujur saja aku sudah lapar daritadi. Melihat ketiga pengawalku dan juga asistenku makan dengan lahap membuat hatiku menghangat. Aku terlalu fokus dengan pekerjaanku, sehingga kadang melupakan mereka yang selalu menyokongku.

Aku dan Taehyung tertawa melihat tingkah Abel dan Gerald yang belum terbiasa makan dengan sumpit. Makanan yang sudah diapit sesekali jatuh lagi kedalam piring. Beda halnya dengan Ennik. Ennik memiliki ibu berdarah Korea, sehingga ia sudah terbiasa makan dengan sumpit. Sehabis makan, aku meminta Abel untuk mengantar Ennik pulang terlebih dahulu. Meskipun malam di Chicago masih ramai, aku tidak ingin Ennik pulang sendiri.

Sampai di rumah, aku langsung duduk di kursi ruang tamu. Hari ini terasa melelahkan. Rumahku sangat sepi dan kosong. Bella sepertinya sudah pulang. Aku lalu melepas slingback pump hitam yang kupakai sebelum berganti dengan sandal rumah. Baru saja aku akan menutup pintu depan, Taehyung dan Gerald tiba-tiba ada di depan pintuku.

"Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk pulang?"

"Maafkan kami, Ma'am. Sepertinya kami akan berjaga malam ini. Gerald dan aku ternyata memiliki pemikiran yang sama sejak sepanjang perjalanan pulang. Sepertinya ada yang mengikuti kita, SUV hitam—"

"Be-benarkah?"

"Ini baru dugaanku dan Taehyung, Ma'am. Kami akan bergantian menjaga disini."

Sejujurnya, mungkin saja dugaan Taehyung dan Gerald adalah salah. Aku tidak merasa ada yang mengikuti. Masalah soal ancaman di Twitter aku anggap selesai karena wanita-fans-nomor-satu Charlie sudah ditahan, ia tidak akan berbuat macam-macam lagi. Soal penguntitan ini, aku masih berpikiran positif kalau itu hanyalah mobil biasa yang kebetulan memiliki jalur pulang yang sama denganku.

"Baiklah, aku serahkan pada kalian. Tetapi, aku ingin satu hal. Jangan beritahukan ini dulu kepada Charlie, okay."

****

tbc

okay, disini memang belum ada momen Taekooknya, aku pengen jalan pelan-pelan dulu ehe

buat yang belum tahu siapa Ennik, ini penampakannya

buat yang belum tahu siapa Ennik, ini penampakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang