hai aku up! happy holiday :>
JUNGKOOK
Taehyung masih terdiam di tempatnya. Matanya menatap mataku, lalu ia memalingkan wajahnya. Tanganku bergerak mengelus pipinya. Taehyung lalu menunduk ke arahku. Tangannya menyentuh tanganku.
"Saya merasa saya telah melakukan hal yang tidak seharusnya saya lakukan, Ma'am."
Matanya elangnya menatapku seolah menelanjangiku. Aku terpana melihatnya. Ia sangat mempesona. Aku berpikir entah berapa wanita yang sudah bertekuk lutut untuknya. Sangat mendominasi. Sangat menggairahkan. Kakiku yang hanya beralaskan sandal rumah melangkah menapak kakinya. Kini aku sedikit lebih tinggi untuk menggapainya.
"Tidak, Taehyung. Tidak. Aku yang memintamu. Aku yang menginginkannya. Aku hanya berharap kau menginginkannya juga."
Aku tidak kuasa untuk menyentuh wajahnya. Pahatan indah seperti milik Michaelangelo ada di depanku. Taehyung masih terdiam di tempatnya. Aku lalu menciumnya. Mengecup bibirnya. Rasa espresso bisa kurasakan dari mulutnya. Taehyung tidak membalasnya. Bibirnya masih mengatup.
Aku kembali mencium bibirnya. Sedikit menarik bibirnya dengan bibirku. Taehyung akhirnya mengalah. Ia mulai memainkan bibirnya atas bibirku. Mengambil alih dominasi diantara kami. Aku menikmatinya. Rasa berbeda yang tidak pernah Charlie berikan padaku. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari siapapun kecuali Taehyung.
Taehyung menggigit bibirku. Aku membuka lebar mulutku. Taehyung mengajakku untuk berperang lidah. Aku menyukainya. Menyukai bagaimana ia menyesap lidahku dalam mulutnya. Menyukai bagaimana ia mencumbuku dengan lembut. Aku mengaitkan kakiku ke kakinya. Mengeratkan pelukanku di lehernya. Hal yang sering kulakukan dengan Charlie—lalu selanjutnya Charlie menggendongku.
Taehyung ternyata menyadari hal itu. Ia mengangkat tubuhku. Tangannya berada di bokongku sekarang, terasa sangat pas dengan ukuran telapak tangannya. Aku melingkarkan kaki di sepanjang pinggangnya. Aku seperti melayang. Ciuman darinya sangat memabukkan. Sial. Ini sangat candu.
Taehyung membawaku duduk di sofa. Bibir kami masih berpagutan. Aku tidak tahu kapan harus mengakhiri ini. Rasanya aku ingin selamanya seperti ini. Privasi kami saling berhadapan dan sedikit bergesekan. Mungkin mereka sedang berkenalan dibawah sana. Taehyung sedikit mengerang dalam ciuman kami. Ia meraih tengkuk leherku lalu menekannya, membuat ciuman kami makin dalam.
Aku mengakhiri cumbuan ini. Aku sudah kehabisan nafas. Kening Taehyung menyentuh keningku, ia sedikit terengah. Aku menjauhkan wajahku. Mengelus pipi Taehyung yang mulus tanpa jambang. Tipikal lelaki Korea sekali.
"Thanks a lot, Dear. Kupikir aku sedikit tenang sekarang."
"Maafkan aku Ma—"
"Shh—" aku membungkam mulutnya dengan kecupan singkat. "Ini mauku. Jangan merasa bersalah. Aku bosan mendengarmu meminta maaf." Aku memeluk leher Taehyung. Sedikit memajukan badanku untuk berbisik ke telinganya. "Kalau aku mau lagi, apa kau mau mengabulkannya, Tiger?"
Taehyung terkekeh. Suara dalamnya sangat seksi dan menggelitik telingaku. "As you wish, Bunny."
Kami saling bertatapan. Entahlah, rasanya seperti sedang dimabuk untuk pertama kalinya. Aku terkikik sambil menutup mulutku. Taehyung sedikit tertawa menanggapinya. Panggilan Bunny darinya sangat menggemaskan. Charlie tidak pernah memanggilku seperti itu.
Ponselku berdering di saku cardiganku. Aku yang masih duduk di pangkuan Taehyung, langsung beranjak untuk duduk di sebelahnya. Charlie meneleponku. Huh mengganggu saja. Taehyung ternyata memerhatikanku sejak tadi. "Angkatlah, Tuan Puth mungkin akan membunuhku setelah ini—"
"Tenang saja," Aku berdiri dan membenarkan bajuku. "Mungkin aku yang akan menembak matinya duluan, bye Tampan—"
Aku keluar dari pavilion sambil mengangkat telepon. Meninggalkan Taehyung yang masih duduk di sofa. Charlie bilang, ia baru sampai di O'Hare. Ia akan sampai di rumah dalam dua puluh menit.
Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Melepas bajuku dan memasukkannya kedalam kantung londri. Aku tidak mau Charlie mencium parfum Taehyung yang sedikit menempel di bajuku. Aku mengganti bajuku dengan setelan untuk pilates. Menggelar matras dan berpura-pura sedang melakukan stretching.
Charlie datang bersamaan dengan aku yang sudah sedikit berkeringat. Mendengar pintu terbuka dan sedikit suara gaduh, aku langsung ke depan. Charlie merentangkan tangannya padaku, lalu aku langsung melompat kedalam pelukannya. Aku melihat Taehyung di belakang sedang mendorong koper milik Charlie. Mata kami bertemu. Aku mengedipkan sebelah mataku padanya.
Charlie membawaku ke kamar. Meninggalkan Taehyung yang menutup pintu utama. Aku seolah melupakan kalau aku sedang berburuk sangka padanya. Aku duduk di ranjang sedangkan ia mulai membuka satu persatu bajunya. Ia lalu pergi ke closet dan kembali dengan setelan rumah. Tumben sekali ia tidak masuk kamar mandi dulu.
"Bagaimana Seattle?"
"Sedikit gila. Aku selalu di bandara. Ponselku mati, aku meneleponmu memakai milik Megan—dan itupun langsung habis baterai. Malam tahun baru aku baru dapat taksi untuk ke hotel."
"Jadi, kau bersama siapa saja?" Aku mencoba memancing pembicaraan ini. Tetapi aku tidak ingin terlihat sedang cemburu.
"Aku, Megan, Shawn, dan beberapa investor. Ada apa, hum?"
"Uhm, tidak—hanya saja malam tahun baru berbeda tanpa dirimu—" ya berbeda karena aku 'merayakannya' dengan Taehyung.
Charlie mulai berbaring di sampingku. Kemudian ia mengecup bibirku. Jawabanya tadi kurang memuaskanku. Aku berharap Charlie banyak berceritas soal Seattle. Saat aku akan mengajukan pertanyaan lagi, Charlie sudah menutup matanya. Aku membelai rambutnya, lalu turun ke rahangnya.
"Aku sedikit lelah, aku butuh memejamkan mataku. Bangunkan aku saat makan malam—" Charlie menggumam dalam mata tertutup.
"Ya, I will." Aku mengecup kedua matanya.
Aku meninggalkan Charlie yang terlelap. Rasa kecewa menghinggapiku. Charlie yang 'kelelahan' membuatku bertanya-tanya. Entahlah. Rasanya Charlie juga berbeda hari ini. Tidak biasanya ia langsung terlelap. Dalam padatnya jadwal, biasanya ia bermanjaan dulu denganku hingga kami berdua ketiduran. Aku berjalan di closet dan mengambil satu gaun rumahan. Masuk ke toilet, melepas semua pakaianku dan duduk di dalam bathup.
Aku menekuk kakiku, meletakkan kepalaku di lipatan tanganku dan mulai menangis dalam diam.
****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴏᴅʏɢᴜᴀʀᴅ ᴀғғᴀɪʀ ● ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ-ᴄʜᴀʀᴋᴏᴏᴋ
Romancewhen marriage is a choice, is having an affair another choice? taekook slight charkook gs!jjk