KHATA'S POV
Tangannya terus mengetik keyboard laptop di pangkuannya. Matanya memicing menampakkan wajah serius yang menurutku membuat parasnya semakin manis. Berkali-kali jemarinya berhenti mengetik, mengarahkan cursor dan mengganti pada data excel kemudian kembali mengetik.
Kegiatan akademis kampus memang sudah berakhir satu minggu yang lalu. Sama seperti kampusku, liburan semester sudah di mulai di kampusnya. Namun dirinya, calon sarjana cum laude ini sibuk berkutat dengan skripsi yang ia susun secara serius. Tiga setengah tahun adalah target waktu dia untuk menyelesaikan pendidikan sarjana. Tiga setengah tahun! Aku bahkan masih sibuk mengurus organisasi, bermain-main dan menikmati berkumpul bersama teman-teman. Laptop yang aku pangku saja sedang memainkan salah satu film barat, bukan angka dan huruf seperti dia.
Ponsel di sebelah kiriku berbunyi, nama 'Muhammad Haris Satyadharma' muncul di layar. Belakangan memang telpon dan chat dari dia tidak pernah berhenti. Sebagai wakil ketua di kepengurusan ini, Haris banyak mengurus internal BEM. Dengan keadaan transformasi antara satu kepengurusan ke kepengurusan lain, dia jelas yang paling sibuk mengurus segala detail-detailnya sekarang ini.
“Halo” Aku menyapa setelah mengangkat telponnya
“Halo, Ta!” Suara Haris berteriak di ujung sambungan telpon dengan suara lalu lintas di belakangya.
“Iya, ada apa? Lagi di jalan lo?”
“Iya lagi di jalan. Gue baru denger kabar, villa yang mau kita sewa di puncak itu kena gusur.”
“Hah? Villa kena gusur? Ngaco deh!”
“Maksudnya itu Villanya di robohin! Ternyata villa itu surat-suratnya nggak lengkap gitu lah Ta!”
“Sial. Kita udah DP belum?” Ada-ada saja masalah yang datang. Belum selesai juga transofrmasi kepengurusan, villa yang niatnya untuk internalisasi kepengurusan malah ada masalah.
“Udah, Ta. Orangnya mau balikin kok tapi. Cuma sekarang masalahnya bukan itu.” Kirana menggerutu pelan melihat data di excelnya.
“Apa dong?”
“Nyari villa penggantinya lah, Ta! Ini udah H – berapa!”
“Kenapa nggak pake ...” Kepala Kirana yang tiba-tiba bersentuhan dengan pundakku membuatku hilang fokus.
Hmm
Hmm
HMM“Halo, Ta? Halo?” Sial aku tadi lagi ngomongin apa ya sama Haris? Tiba-tiba otakku menolak untuk berfikir begini sih.
“Errr. Iya Halo, Ris.”
“Jadi pake villa apa?” Oh ya, villa.
“Pake villa yang jadi option lain waktu kita cari alternatif villa , Ris.”
“Kalo udah kebooking semua gimana?”
“Cari yang lain deh.”
“BANTUIN CARI WOY!”
“Iye gue bantuin Ya Tuhan!” Kirana menggumam kecil mendengarku mengeraskan suara.
“Oke, Bye.”
“Bye. Kabarin kalo ada apa-apa lagi!”
Aku meletakkan ponselku kembali ke kasur bagian sebelah kiriku. Terjadi hening selama beberapa menit.“Capek hm?” Tidak ada jawaban dari Kirana. “Bobok gih.” Aku berbicara kembali karena tak dapat jawaban. Tangannya kemudian memeluk tangan kiriku. Sentuhan tangan itu benar-benar membuat jantungku berdebar. Ada perasaan nyaman terselip begitu saja.
Aku menjauhkan pundakku dari kepalanya, kemudian memandang wajahnya. Hidung yang mungil, mata yang bening dan pipinya yang kemerahan membuatku tersenyum pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In You
RomanceSejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, kamu menggunakan sepatu nike, yang seperti kamu tau adalah brand sepatu favoritku. Mungkin, campur tangan Tuhan pula, malam itu mobilmu mogok...