Kirana,Maafin aku karena selama aku hidup, aku tidak pernah bisa berkata sepenuhnya tentang perasaan ini.
Sejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, kamu menggunakan sepatu nike, yang seperti kamu tau adalah brand sepatu favoritku. Mungkin, campur tangan Tuhan pula, malam itu mobilmu mogok. Iya, semua berawal dari sana.
Aku ingat kamu yang pendiam, kikuk dan selalu salah tingkah sewaktu di rumahku pertama kali. Kamu lucu, dan itu membuatku selalu teringat denganmu.
Ingat surat itu? Yang aku menggambarmu sewaktu tidur? Aku tidak bisa lupa. Tidak tau mengapa, kamu bisa tiba-tiba terbayang dalam benakku kala itu.
Saat aku membutuhkanmu, kamu selalu ada. Kamu selalu menjadi selimut hangat yang membuatku nyaman Kirana. Liburan pertama bersamamu di Bali sungguh membuatku sangat bahagia, sudah lama rasanya aku bisa menikmati liburan setenang itu Kirana. Kamu ingat? Kala si Haris ambil fotoku lagi renang yang kemudian jadi masalah itu. Entah mengapa, kamu yang meyakinkanku untuk mengambil keputusan maju menjadi ketua BEM. Aku sungguh beruntung bertemu denganmu. Antara perusahaan dan kuliah, bebanku sudah cukup banyak. Tapi aku ingat kata-katamu untuk menghampirimu ketika aku lelah dan penat. Tidak pernah ada orang yang berkata seperti itu padaku. Dari titik itu, hingga aku menulis surat ini, kamu selalu menjadi tempat pertama aku bersandar.
Kamu selalu mengingatkanku betapa aku mencintai Indonesia. Kamu mendorongku untuk kuat. Kamu menggali keinginan terbesarku, sebuah idealisme yang ada dalam diriku, yang karena kamu, aku bisa mempertahankannya. Aku sadar, kamu berbeda, kamu adalah seluruh kunci, seluruh doa-doa yang tak pernah terucap.
Tuhan menghadirkanmu untukku, untuk menjadi orang pertama yang menyentuhku dan aku tidak merasakan ketakutan setengah mati. Orang pertama yang membuatku nyaman dalam sentuhan fisik. Tidak pernah ada yang tahu, rasanya aku selalu menahan diriku, hingga kamu datang.
Kamu seperti membuka jendela untukku, membiarkan udara masuk untuk aku yang berada dalam ruangan penat, tak bisa bernafas. Kamu membiarkan kulitku di sinari sinar mentari, hangat dan menenangkan. Bertemu kamu adalah mimpi yang menjadi nyata. Kamu membiarkan teriakanku hilang dalam dekapmu. Dan tak peduli seberapa jahatnya diriku, kamu selalu kembali. Kamu selalu tau aku hanya menginginkan dirimu.
Kirana, kamu tidak hanya cantik. Kamu sungguh pintar, mengagumkan. Dirimu membuatku terkagum-kagum, selalu. Dengan jari-jari lentikmu yang menekan tuts piano, atau tangan yang menggesekkan biola, kamu sungguh membuatku terkagum-kagum. Belum lagi dirimu yang wisuda di umur delapan belas tahun, aku sungguh sangat beruntung bisa mengenalmu. Kamu pernah bilang, tidak satupun orang menghargai dirimu karena kamu pintar atau bisa bermain musik. Kamu selalu bilang, kamu tidak pernah bisa untuk bertemu orang baru, bersosialisasi dengan baik. Kamu selalu bilang, kamu tidak memiliki teman karena kamu selalu diam dan tidak asik.
Aku bisa yakinkan pada orang-orang itu, bahwa mereka salah besar. Aku menghargai dirimu seutuhnya. Malam-malam bermain musik bersama yang selalu kita lakukan di rumah, atau nilai perusahaan yang meningkat karena cerdasnya dirimu adalah bukti kecilnya.
Kamu sahabat terbaikku, kamu selalu ada meski aku tak memintanya. Kamu selalu bisa membuatku tertawa. Kamu selalu bisa membuatku tenang. Dan beruntungnya diriku hingga aku mati, aku punya kamu di sampingku, menemani dalam suka dan duka diriku.
Terima kasih, karena kamu sudah menyembuhkan lukaku paling dalam. Terima kasih karena kamu menjadi orang pertama yang dapat aku ceritakan diriku apa adanya. Kini aku sudah melepaskan memori-memori itu, aku mengingatnya dengan jelas, namun aku sudah sangat ikhlas. Aku hanya butuh dirimu ternyata, untuk membuatku sembuh dari rasa sakit itu. Aku telah menerima tubuhku. Aku telah menerima apa yang menimpaku waktu kecil. Aku diperkosa, orang tua ku dibunuh, ditinggalkan perusahaan, dan Anka yang sangat susah untuk diatur itu menjadi titik panasku sebelum kamu datang. Kini, aku sudah melewati semuanya. Aku memimpin perusahaan dengan benar, Anka telah menikah, dan bahkan aku sudah beberapa kali menjadi model pemotretan. Untukku yang sangat kaku dan tidak menerima raga ini kala itu, ini adalah pencapaian yang besar. Ya, Kirana, itu semua berkat dirimu. Kamu adalah hal terindah yang pernah terjadi padaku.
Tidak akan pernah aku lupa dari mana aku berasal. Tidak akan pernah aku lupa bagaimana aku bisa berdiri tegak di saat masa-masa yang seharusnya paling bahagia direbut begitu saja. Dan aku tidak akan pernah lupa siapa yang mengantarkanku keluar dari lubang yang Om Freedy berikan padaku.
Aku mencintaimu, Kirana. Rasa ini tumbuh dengan sangat cepat dan merasuk. Ciuman yang aku rasakan, ciuman denganmu adalah salah satu memori yang aku simpan baik-baik dalam hatiku.
Maafkan aku karena aku sungguh egois Kirana. Aku tidak pernah berani mengambil jalan untuk bersamamu, maafkan aku Kirana. Aku tidak tega. Aku tidak tahu caranya bagaimana bisa bersamamu.
Aku sungguh berterima kasih karena kamu mau menerima keegoisanku itu. Kamu mau bersamaku meski tidak ada kata sayang yang terucap di antara kita.
Meski cerita cinta ini pada akhirnya bukan cerita tentang aku dan kamu, namun kamu selalu berada di sampingku, kamu selalu mencintaiku disetiap masakan yang kamu hidangkan, senyuman yang menghipnotis itu, atau sekedar perhatian-perhatian kecilmu yang lainnya.
Kirana, jangan sedih akan kepergianku. Aku berharap kita bertemu kembali di surga. Aku berharap kita bisa bersama di sana. Aku sayang sekali denganmu. Terima kasih atas kisah hidup yang sungguh luar biasa. Tidak akan ada satu hal pun yang ingin aku rubah. Aku mencintaimu, sangat.
Cintamu,
Khata
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In You
RomanceSejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, kamu menggunakan sepatu nike, yang seperti kamu tau adalah brand sepatu favoritku. Mungkin, campur tangan Tuhan pula, malam itu mobilmu mogok...