22. I 💗 U, My Thomas

558 59 1
                                    

KIRANA'S POV

Barang-barangku mulai kumasukkan ke dalam tas. Satu per satu pekerja sudah mulai mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Aku sengaja berlambat-lambat dalam merapihkan mejaku untuk dapat pulang lebih lambat dari para pekerja di sini.

“Lho, kok nggak pulang?” Salah satu pekerja wanita menghampiri mejaku.

“Ah, iya ini baru mau pulang, mbak.”

“Nggak usah panggil mbak. Panggil Tantra aja. Kirana ya tadi namanya?”

“Iya, Kirana.”

“Yaudah Kirana, gue duluan ya.”

“Iya.” Aku tersenyum membalas senyuman yang dia beri dan menghargai usaha wanita tadi untuk menyambut keberadaanku yang baru di sini.

Sepuluh menit kemudian aku berjalan pelan, menempelkan kartu akses sementara ke arah dinding kemudian membuka pintu dan mengarah ke lift. Terdapat seorang lelaki sedang menunggu datangnya elevator. Lelaki yang aku tahu berada satu ruangan bersamaku. Aku berhenti berjalan dan menunggu tepat di belakang kanannya, kemudian mengambil ponselku yang berada di saku, berpura-pura sibuk dengan ponsel untuk menghindari situasi diam yang canggung ini. Situasi yang sangat sering aku alami selama satu hari ini.

Penunjuk di atas pintu lift menunjukkan angka 30 dan terbukalah pintu tersebut menampakkan dua orang di dalamnya. Aku masuk perlahan kemudian memencet tombol dengan angka 26. Ketika layar di atas tombol-tombol tersebut menunjukkan angka 26, aku keluar dan disambut dengan empat satpam pria. Kusunggingkan senyum ramah kepada mereka sembari berrjalan ke arah pintu kaca yang terbuka. Di dalam, aku menuliskan namaku, waktu kepulangan dan tanda tangan di akhir. ID Card bertuliskan temporary pass dengan warna biru aku berikan kepada petugas perempuan yang berada di belakang meja. Petugas itu kemudian mencari di tumpukan kartu-kartu kemudian mengambil salah satunya. Lengannya kemudian menjulurkan Kartu Tanda Mahasiswaku.

Setelah menerima KTM, aku keluar menuju deretan lift. Salah seorang petugas menanyakan kemana lantai yang aku tuju. Beberapa detik kemudian aku sudah berada di dalam lift menuju lantai dasar. Sesampainya di lantai dasar, aku segera berjalan keluar menuju pintu akses, menempelkan akses terbatas yang aku miliki dan berjalan keluar gedung.

Panas mentari sore menerpa pipiku yang dingin karena AC. Jalanan di depan untuk keluar kawasan sudah penuh dengan mobil. Aku menelpon Pak Purno yang sedari tadi menunggu, memintanya untuk menjemput di lobby. Tidak sampai lima menit, Pak Purno datang. Aku naik ke mobil dan disambut dengan senyum Pak Purno. Pria paruh baya yang sudah beruban ini kemudian menanyakan bagaimana hari pertamaku sebagai seorang pekerja. Candaan-candaan ringan Pak Purno buat untuk membuatku tertawa.

Melihat aku berkali-kali menguap, Pak Purno kemudian menyuruhku untuk tidur. Hari ini memang sangat melelahkan. Sebagai karyawan yang hari pertama masuk kerja aku harus melalui berbagai macam prosedur terlebih dahulu. Datang pukul sembilan, aku sudah ditunggu oleh salah satu staff bagian personalia bernama Pak Achmad. Beliau menjabarkan banyak hal sebagai pengantar hari ini. Selama tiga bulan dalam masa training, aku harus mengenakan ID Card yang bertuliskan temporary pass. ID Card itu didapatkan dengan cara menukar kartu jaminan di lantai 26. Setelah medapatkan ID Card, Pak Achmad yang masih terbilang muda ini memberikan aku kartu akses terbatas. Kartu akses ini hanya dapat dibuat keluar masuk pintu akses gedung, akses lift lantai  30 dan ruangan tempat aku bekerja. Akses ini nantinya akan diganti setelah aku selesai menjalani waktu tiga bulan masa training.

Pak Achmad mengantarkanku hingga lantai 30 dimana divisi supply chain berada. Setelah bertemu dengan Pak Eko selaku kepala divisi supply chain, Pak Achmad meninggalkanku untuk kembali ke ruangannya. Pak Eko kemudian mengajakku untuk keliling ruangan-ruangan di lantai tersebut. Aku diperkenalkan satu persatu karyawan-karyawan di situ, bagaimanapun juga, aku tak dapat langsung mengingat seluruh nama mereka. Setelah selesai berkeliling, Pak Eko menunjukkan meja kosong yang berada di depan ruangan miliknya. Meja yang akan menjadi tempatku bekerja itu berbatasan langsung dengan anggota tim material inventory control  lainnya. Pak Eko kemudian mengajak seluruh tim untuk duduk di sudut ruangan yang terdapat meja dan beberapa kursi mengelilinginya.

Magic In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang