KIRANA'S POV
Kakek, nenek dan Anka datang ke Jakarta satu minggu yang lalu, kemudian tinggal di rumah Khata. Selama seminggu kemarin, Khata dan kakeknya lebih banyak mengurus keperluan bisnis mereka di Jakarta. Khata harus menyelesaikan beberapa urusan dengan bea cukai dan beberapa client sebelum dia benar-benar menyerahkan segala urusan pada kakeknya selama enam bulan ia di Kalimantan. Sebaliknya, aku banyak menemani Anka dan neneknya untuk jalan-jalan.
Aku baru mengetahui, Khata sudah bekerja dari ia ditinggalkan orang tuanya. Tidak ada hari dia tidak mempelajari seluk beluk perusahaannya itu. Semua pekerja, baik fisherman ataupun karyawan kantor mengenal Khata. Perusahaan rintisan kakeknya itu mengelola hasil laut, tidak hanya secara tradisional namun dengan teknologi-teknologi mutakhir sehingga kualitas mereka memang layak diacungi jempol. Pasar mereka pun bukan hanya Indonesia namun juga negara-negara besar di dunia sepeti USA, Jepang, Europe, dan masih banyak lagi. Aku memahami dengan pasti, mengelola produk dari alam bukanlah sesuatu yang mudah. Pengelolaan harus benar-benar efektif dan efisien, sehingga apa yang dihasilkan alam tidaklah terbuang percuma. Apalagi client mereka banyak dari restaurant ternama yang menuntut kualitas terbaik.
Khata di dunia industri ikan bukanlah anak pupuk bawang, bukan sekedar cucu dari pemilik perusahaan. Khata tidak pernah seenaknya masuk kerja, dia menghargai bawahannya, sebagaimana kakeknya ajarkan. Dia memang bekerja remote sedari dia kuliah di Depok seperti memeriksa laporan keuangan, menyetujui hasil akhir untuk karyawan baru dan lain sebagainya. Tugas dia sebenarnya hanyalah memeriksa, lebih tepat seperti tangan kanan kakeknya. Namun, dia tidak mencapai keahlian itu dengan sembarangan, dia merasakan dari bawah, merasakan bagaimana menangkap ikan, merasakan bagaimana meneliti satu per satu keuangan perusahaan, dan lain sebagainya. Perusahaanya pun sebenarnya bisa dibilang benar-benar perusahaan impian. Dari cerita nenek Khata, perusahaannya menerapkan, atau lebih tepatnya, kakeknya menerapkan, kenyamanan karyawan adalah nomor satu. Kakeknya menerapkan beasiswa penuh untuk anak-anak karyawan yang berprestasi, tidak peduli fisherman atau para manager, bahkan kakeknya menerapkan one fish for ever fisherman’s family for dinner. Dengan begitu, gizi yang di dapat anak-anak fisherman benar-benar bagus sehingga kelak mereka menjadi generasi yang dapat diandalkan. Cara ini terbukti, manager di perusahaan itu kebanyakan adalah anak-anak para fisherman yang telah di fasilitasi oleh kakek Khata hingga sekolah ke luar negeri, mereka kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan yang membantu mereka mendapatkan ilmu. Lambat laun kata nenek, perusahaan ini akhirnya menarik beberapa perusahaan asuransi untuk bekerja sama, agar dana pendidikan, pensiun masa tua, dan lain sebagainya tetap lancar tanpa menggangu perputaran uang perusahaan.
Khata yang mengagumkan itu tidak jatuh jauh dari pohonnya. Kakeknya sungguh mengagumkan. Pemikirannya cemerlang, ketika banyak orang masih memikirkan makan apa hari ini, beliau bisa memikirkan investasi yang sangat bijak: sebuah generasi, iya, sebuah generasi! Sebuah investasi paling bijak yang bisa aku katakan. Dari neneknya pun aku mengetahui, lepas dari gaji yang ia dapatkan di perusahaan, Khata menanamkan beberapa investasi kecil-kecilan. Investasi inilah yang kemudian menghasilkan uang untuk membeli rumah di Depok. Dia sudah mandiri, tak pernah lagi meminta uang dari kakek neneknya semenjak di Depok. Khata memang cucu pemilik perusahaan, tapi tidak kemudian dia semena-mena. Apa yang dialaminya di masa lalu membawa Khata hingga seperti sekarang.
“Kiraaaaaana!” Muka Anka tiba-tiba berada di depanku dengan senyumannya yang bisa membuat dunia ini menjadi tersenyum. Tak heran Khata sungguh menyayanginya.
“Iya Anka?”
“Mau bobok lagi. Masih ngantuk”
“Sini bobok sini.”
Nenek yang berada di dapur tersenyum melihat Anka begitu manja padaku. Anka menjadi dekat denganku karena aku menemani nenek dan Anka jalan-jalan beberapa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In You
RomanceSejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, kamu menggunakan sepatu nike, yang seperti kamu tau adalah brand sepatu favoritku. Mungkin, campur tangan Tuhan pula, malam itu mobilmu mogok...