bulir air tanpa pola yang menghiasi kaca jendela membuat reina jadi ingin cepat-cepat meneguk kopi pesanannya.
entah kopi atau figur laki-laki yang sibuk meracik dibalik pantri yang membuat reina ingin kembali lagi kesini.
duduk di dekat jendela, tidak satupun berbeda, hanya rona wajah yang tenggelam antara ada dan tiada.
reina memberengut masam disusul hela nafas yang terdengar amat berat. pekerjaan satu urung dirampungkan, tetapi tugas lain malah semakin datang berhamburan.
kala suram begini, biasa dia ditemani oleh sang kekasih, tapi agaknya kini itu simpang siur angan yang harus dibiarkan jadi bayangan.
pacarnya itu sudah hobi hilang-hilangan, entahlah mungkin sedang kelayapan.
jemari reina yang tadinya bergerak lihai diatas mesin tik tiba-tiba berhenti. netranya menatap notifikasi 'satu panggilan tidak terjawab' dari shabiru dan--
jericho?
dengan cepat reina mengalihkan perhatian dari yang tadinya menatap tumpukan buku, menjadi keluar jendela. dari dalam ruang dia bisa melihat kekasihnya juga tengah menatap reina.
puan yang ditunggu hadirnya itu segera membereskan barang.
reina termangu sesaat, sebelum akhirnya memantapkan niat.
jeno memperhatikan punggung reina, membayangkan sosoknya yang nampak bahagia. hingga tahu-tahu reina menoleh kebelakang, tepat sasaran.
retina dua puluh kilat warna itu bersembunyi, padahal sudah lama dinanti-nanti.
pada bias lampu temaram tujuh malam, ditemani hujan yang menambah muram, jeno membalas senyum reina diam-diam.
sini kenalan sama kak jericho!
sohn eric
sebagai jericho pradigta antares
KAMU SEDANG MEMBACA
muara ✓
Fanfictiondua insan patah pendamba rumah ekuator © 2020 cover by kanemine.