14 / lelah, kali kedua

506 143 8
                                    

dikala riuh jalan kota yogyakarta dengan segala tetek bengeknya pukul dua, reina termenung menatap aspal sembari merapal doa. sedang bhumi jogja dan surya padu rayu dengan teriknya.

anak hawa dengan surai sebahu diikat kuda itu ingin tak ingin membawa raga keluar dari area kampus seorang saja.

niat hendak segera duduk pada bangku halte agaknya harus diundur dahulu sebab tiba-tiba pundaknya ditepuk pelan dari belakang. disusul suara khas milik shabiru dengan deru napas naik turun tak tentu.

"re, rei, mahu ikut ngghak??"

reina ketawa pelan, "ikut apa, sha?" telapak tangannya diguna mengelus punggung shabiru yang sibuk merampas sisa oksigen tanpa jeda.

"ikut aku, zara sama kania nge-mall bentar. mau nggak? mau nggak??"

yang ditawari menimang,
ikut nggak ya?

seisi kepalanya dipenuhi ragu karena reina rasa, dia hanya dekat dengan shabiru. sedang hanya merupa teman biasa pada zara dan kania. kalau ikut, takutnya malah ganggu.

"sorry sha, lain waktu aja ya? aku mau belajar buat penilaian besok,"








"yaah rei, kok gitu sih? sekali ini aja please, mumpung kamu sama zara luang. jarang-jarang kan kita fullteam gini

...biasanya zara sibuk organisasi, kamu selalu belajar, belajar lagi, belajar terus. padahal nggak menjamin nilai bagus.

capek nunggu tau nggak?"

sepersekian sekon kemudian air muka reina berubah, yang tadinya dihias senyum jadi mendung. penuturan kania-- yang entah muncul darimana, membuat dirinya ingin segera angkat kaki dari sini.

"lain waktu nggak perlu ditunggu. aku duluan ya,"

shabiru menyikut lengan kania usai punggung reina menjauhi mereka.

___

hal pertama yang dilakukan reina kala menyambangi bangku halte ialah memeluk raga. hembus bayu dingin jadi kausanya. antonim dari panasnya poros semesta--matahari.

sementara netra sibuk menatap kosong ke bawah dengan kaki mengetuk sesekali. capek.




"jelek banget mukanya cemberut gitu, kenapa rei?"

hampir saja reina melonjak kaget, ngeselin banget!

"apaan sih, cho. ngangetin aja!"

jericho meringis, berdiri didepan reina sambil sesekali benerin rambut blonde-nya. sambil curi-curi pandang, "kok nggak pulang? nunggu bis?"

reina mengangguk, sama sekali tidak tertarik untuk melirik jericho. ditambah lagi, ekspresi wajah si gadis kelewat ketus. padahal reina menolak cuek, apalagi mantan pacarnya itu kelewat baik.

"kayaknya bakal lama deh, rei. bahaya kalau kamu nunggu disini sendiri,"

bagus. reina akui opening jericho kepalang apik.

"terus?" si hawa menimpali dengan tanya, pura-pura tidak peka.

taruna dihadapannya itu melepas jaket yang dikenakan, lantas dipasangkan pada bahu reina lamban.

"mau kuantar pulang?"

"mau kuantar pulang?"



detik selanjutnya reina merenung,

teringat dahulu jeno mengajaknya dengan cara yang sama.


ah, arjuna dengan sejuta warna itu apa kabarnya ya?

ah, arjuna dengan sejuta warna itu apa kabarnya ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
muara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang