07 / kopi pahit

871 262 23
                                    

jeno berhenti menggerakkan tangan yang tadinya tengah membasuh air pada gelas di wastafel. agak terburu-buru mendatangi figur yang menanti dibalik pantri pemesanan.

"loh asa? tumben datang malam,"

puan yang diajak bicara tidak merespon barang sekata, hanya berucap satu klausa yang langsung jeno bisa pahami maknanya.

"espresso satu."

lantas tanpa aba, reina membalikkan badan, berjalan menuju tempat yang selalu dijadikan singgahan.

sejujurnya, reina tidak ingin bersikap tak acuh seperti barusan, tapi karena suasana hati sedang runyam, yasudahlah, biarkan.



"tumben pesan espresso?"

arjuna yang selalu mencetak kurva diiringi lengkung oniks 'paling bahagia' itu memilih singgah dibangku seberang anna. menunggu jawab dari empu yang diberi tanya.

tidak butuh waktu lama, reina menjawab dengan sedikit bimbang,
". . . soalnya enak?"

"pahit begitu, kamu bilang enak?" sanggah jeno

meski kalah argumen, reina terkekeh sebentar, "hidupku sudah kelewat pahit dari kopi yang aku telan,"

jeno mengangguk beberapa kali, dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat konstelasi rasi bintang dibalik netra reina legam. namun sayang, bintangnya hanya samar-samar. seperti ditutup kabut tembal bak kumolo yang sedia menjatuhkan hujan.



"ada beban yang nggak bisa ditampung tiap-tiap raga sendirian."

reina menoleh, membiarkan fokus irisnya beradu, hingga kedua alisnya bertemu. meminta penjelasan dari kelanjutan kalimat sang tuan.

bising kendaraan mulai berkurang, hampir sepi─namun tidak pernah senyap. yang namanya kota, memang melulu begitu, selalu ribut. bersahaja setiap saat walau manusianya tengah penat.

benar-benar waktu tepat untuk menguak hal dibalik wajah kusut reina yang peliknya sarat.


jeno menghela nafas, "aku rasa kamu nggak lagi baik-baik aja

. . . mau cerita?" tambahnya hati-hati, takut kalau sang lakon tiba-tiba memaki.


entah karena angin terhalang dinding kaca sehingga bayu sejuk menghindari kulit reina, atau karena kalimat jeno yang kedua,

faktanya, adam itu sukses membuat hati kecil reina perlahan menghangat lewat tutur katanya.

benar-benar semudah itu.

benar-benar semudah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
muara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang