13 / seribu lawang atau kenang?

547 146 16
                                    

tempias air dijendela kereta lambat laun memudar, menyisakan selajur pola setengah memar. jeno mengembus napas, sisa satu jam lagi.

lantas ia membenahi posisi duduk yang tidak berubah semenjak dua jam lalu.

sayup, netranya mengerjap sekali-duakali, pair jantung jeno. seram membayangkan memora kelam muram. kemudian jemarinya menari pada kaca jendela, diukir abstrak. bibirnya ditarik jadi garis lengkung, manis.

"kangen rumah, ya tinggal pulang, itupun kalau kamu inget jalan,"

"kalau kangen rumah ya pulang dong jen, ngelamun nggak bakal mengobati rindu,"

selantun prosa magis dari dua puan historis. yang satu asmanya gita, satu lagi si rembulan dari jogja; reina. sial, kenapa jeno ingat keduanya pada sekon yang sama?

senyumnya muram kembali, teringat gita, sosok yang dielu-elukan jeno tempo dulu, gadis dengan entitas semu dan juta rayu. lantas tahu-tahu kurvanya ditarik lagi, tanpa aba-aba isi kepala menjabarkan taruni yang baru dikenalnya minggu lalu, anak hawa dengan warna kelabu semi biru.

setengah terseok, langkahnya diseret terus keluar kereta. deg-degan, kalau kata jeno.

lantas seakan kehabisan napas, dia culik siuh oksigen pertama bumi raya tempat kelahiran. kangen, antara ingin cepat-cepat ketemu ibu dirumah tapi takut tiba-tiba jumpa lagi dengan gita.

bukan tanpa alasan, anak adam itu hanya masih kewalahan. masih bingung mau bagaimana jika betulan sua.

yasudahlah, jeno pasrah. mulai hati-hati menjejaki bumantara yang ceritera asmaralokanya tidak kalah menarik dari jogja.


surai kelamnya ditiup bayu, dihempas pelan kebelakang menyuarakan;

"selamat pulang dikota seribu lawang!"

____

"itu vas bunga dibenerin coba, terus jangan lupa disemprot, biar cakep," komentar arjuna sebelum menghilang dibalik salah satu rak camilan.

"iya-iya, bawel banget sih, jun. sabar dikit napa," si hawa balas sewot

semenjak sebulan lalu kerja sampingan di toko milik orang tua arjuna, rasa-rasanya dia cuma diatur-atur, alias arjun ngeselin banget!

rasanya hendak ia sumpah serapahi tiap hari, ralat, tiap detik. tapi sepertinya tidak jadi, sebab dengan magis, iris si hawa bertubrukan dengan retina kelam yang lama ia redam. perasaan menggebu yang sempat padam kini melonjak tak keruan.

"gita?"

"eh, bener apa bukan, takut salah," ceracau puan dibalik masker hitam.



si gadis mengangguk, merapal seratus kata mengenai kebenaran semarang yang punya seribu lawang atau malah juta kenang?

si gadis mengangguk, merapal seratus kata mengenai kebenaran semarang yang punya seribu lawang atau malah juta kenang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


btw ayo kenalan sama si cantik dari semarang!

btw ayo kenalan sama si cantik dari semarang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

park siyeon
sebagai zalea hanum ambrigita

muara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang