Prolog

2.3K 100 5
                                    

~Lova Lovita

Permen karet gak boleh dibuka jika belum saatnya. Cinta... Biarlah indah pada waktunya.

~Ricky Alfarizy

Dicintai banyak orang memang menyenangkan. Tapi yang lebih membahagiakan adalah cinta dari persahabatan.

~Reyhan Reifansyah

Bukan soal bagaimana aku bisa memilikimu. Namun soal bagaimana aku bisa menjagamu. Selalu ada disampingmu selama kau masih butuh aku.

~Davira Kirana

Kalaupun kamu sudah tak cinta. Aku takkan meminta. Kalaupun kamu sudah tak sayang. Rasa ini takkan aku buang. Biar saja menjadi genangan dalam sebuah kenangan.

~Meisha Agatha

Aku tak paham soal cinta. Yang ku tau. Ia cuma membuat kita menderita.

~Debiana Khalisa

Tuhan tidak hanya menciptakan hati untuk mencintai. Masih ada otak untuk berfikir berulang kali.

~Elvina Larasati

Cinta itu rumit. Seperti dia yang pergi tanpa pamit.

~Susan Dwi Wulandari

Seperti angin yang mampu membawaku terombang ambing. Ibarat dirimu yang tak memberiku kepastian. Hingga akhirnya hanya berujung penantian.

~Leeyo Aksa Alfaro

Meski aku denganmu. Tapi rasaku tetap untuknya. Bahagia pernah dicintai olehmu meski itu hanyalah semu.

~Davina Diandra

Sejauh apapun kamu pergi. Hanya aku tempatmu untuk kembali.


***

Awan putih pagi ini menjadi pelindung teriknya sinar matahari. Udara segar dan sejuk pun menjadi selimut bagi tubuh manusia di kota ini.

Seorang gadis kecil tengah berjongkok di bawah pohon rindang sambil menggendong tas kecil di pundaknya, tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya yang sedang menunduk.

"Kok kamu nangis?"

Gadis kecil itu menoleh sekilas sembari mengusap air matanya.

"Kamu nakal. Jangan deket-deket."

Cowo berbaju seragam anak TK itu justru tertawa kecil, namun dua detik kemudian raut wajahnya berubah seperti diawal.

"Kok bilang aku nakal?"

"Kamu yang ngedorong aku kan pas main ayunan! Sampe tadi jatuh nyungsep! " anak kecil berambut kuncir kuda itu menumpahkan kekesalannya.

"Kamu nuduh aku ya."

"Gak, emang kamu yang ngelakuin." cerca gadis itu.

"Mana buktinya?"

"Gak ada" jawabnya dengan cemberut.

"Kalo gitu bukan aku dong yang ngelakuin."

Gadis kecil itu hanya diam, ia tak bisa menjawab pertanyaannya. Memang benar tidak ada bukti, tapi ia yakin kalau cowo nakal di sampingnya sekarang lah yang membuatnya jatuh saat bermain ayunan tadi. Ia yakin, sangat yakin!

"Gak boleh gitu, nanti dimarahin bu guru" ujar cowo kecil itu dengan baik.

"Kamu pergi aja sana." usir cewe itu lalu membuang mukanya ketempat sampah. Hahahah :v Gak dik kesamping maksudnya.

"Yaudah." sahutnya tak kalah galak.

Cowo itu berdiri dari jongkoknya, berjalan menuju kelas sambil tertawa puas karena sudah berhasil mengerjai teman galaknya itu. Jadi memang benar dia lah pelaku yang sebenarnya.

"Opi.. Sini nak, ayo pulang"

Seorang mamah muda melambaikan tangannya pada gadis kecil, menyuruh anaknya untuk menghampiri sang mamah yang sudah siap menjemputnya.

Opi memandangi wajah mamahnya yang berdiri di depan gerbang sekolahnya itu.

"Sebentar yah mah." teriak Opi dari kejauhan.

Opi menarik langkah kakinya menuju kelas 1B, mengendap-endap seperti maling untuk mendekati rak sepatu yang ada disana. Ia mengambil permen karet dalam mulutnya lalu dimasukan kedalam sepatu milik cowo yang tadi mengerjainya.
Buru-buru Opi lari dari situ saat melihat dia dan mamahnya akan beranjak keluar kelas, cowo itu memang cemen, sekolah saja masih ditungguin oleh mamahnya, payah.

"Anak mamah gak boleh nakal" ucap mamah muda itu kala putrinya sudah berada di depan pintu mobil.

"Opi gak nakal mah, tadi dia ngedorong Opi pas main ayunan sampe jatuh" gadis kecil itu mulai mengadu.

"Terus kamu balas dendam ceritanya?"

Opi mengangguk mantap.

Mamahnya mengusap puncak kepala gadis kecil itu seraya menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri, melihat kelakuan anaknya yang jail seperti tadi membuat dirinya gemas saja.

"Mamaaah kaki aku lengket." ucap cowo itu saat berjalan disamping Lisa, mamahnya.

Langkah kaki Lisa berhenti kala putranya mengaduh begitu.
"Lengket kenapa sayang?"

"Gak tau mah" cowo itu menggeleng pelan.

"Sini mamah liat dulu"

Lisa mencopot sepatu yang putranya kenakan. Melihat ada apa didalam sepatu anaknya itu.

"Kamu jorok, makan permen karet kok dibuangnya disini" ucapnya seraya membuang bekas permen karet yang berada di dalam sepatu itu.

"Aku gak makan itu mah" elaknya pada Lisa.

"Terus siapa?" tanya Lisa kebingungan.

Cowo mungil itu menengok kesamping kanannya mengarah pintu gerbang, matanya melihat Opi di dalam mobil sedang memeletkan lidah pada dirinya. Cewe itu pasti sedang berpuas diri karena berhasil membalasnya. Dasar Opi jahat.

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang