11. Tensin

423 32 1
                                    

Kegugupan gue berakhir saat Ricky memarkirkan motornya di area tempat parkir. Turun dari motor, gue langsung narik nafas dalam-dalam kemudian gue hembuskan ke udara.

"Fyyuuuh."

"Kenapa lo?"

"Gapapa."

"Kirain kenapa"

"Udah ah masuk."

Gue jalan mendahului Ricky.

"Lo yakin masuk pake begituan?"

"Maksud lo?" gue sambil memutar balik badan.

Ricky malah nyamperin gue, melangkahkan kakinya menjadi semakin dekat. Karena gue lebih pendek dari Ricky. Badan dia menunduk menyamakan tinggi badan gue.

"Kenapa?"

Dia cuma diem mandangin wajah gue. Lama-lama wajah dia tambah deket. Gue sampe mencium bau pomade yang Ricky pake. Rasa permen karet.

"Lo. Lo mau apa."

Dia diem lagi.

"Lo. Mau apain gue?"

"Gue mau.."

Sorot matanya itu, sekarang tepat dimata gue.

"Aduhh, jantung gue kok balik lagi kaya tadi."

"Plis, plis, jangan kenceng-kenceng bunyinya."

"Nanti Ricky denger gue malu."

"Sialan ini jantung. Gak bisa diajak kompromi sebentar apa."

Lagi-lagi gue cuma berani ngomong dalam hati.

"Lov..?"

"Lovi.."

"Kok lo merem?"

"Hah?" reflek mata gue jadi melek.

Sejak kapan gue tutup mata?

"Gue mau ambil helm di kepala lo"

Dia bukain pengikat helm yang gue pake. Dan gue cuma bisa senyum kikuk aja didepan dia. Opi malu  yaAllah.. :'(

"Gue naruh helm dulu bentar"

"I. Iya."

Ngomong gue sekarang jadi kaya orang gagu.

"Udah yuk masuk."

Gue cuma ngangguk menanggapi ajakan dia. Gak berani buka suara, organ dalem tubuh gue masih aja deg-degan soalnya.

*author pov

Suasana di tempat itu sangat ramai, mungkin karena ini malam minggu jadi banyak orang yang datang untuk saling bertemu. Disana ada Opi yang diam berdiri sebelum masuk pintu utama. Ia berpikir kalau masuk saja harus saling berdesak-desakan seperti itu pasti badannya yang kecil bakal kegencit orang yang sedang berembut masuk.

"Pegang tangan gue"

"Gak."

"Ck. Banyak nolak lo."

Cowo berjaket army itu menarik tangan Opi saat masuk pintu utama. Digenggamnya erat-erat seperti balon agar tidak pecah eh maksudnya agar tidak berpisah.

"Udah didalem. Lo bisa lepasin tangan gue?"

"Oh. Ya sorry" Ricky melepaskan tangan yang tadi digandengnya.

"Hm"

"Kesana yuk?" cowo itu menunjuk pertunjukan musik band.

Seperti biasa. Hanya anggukan sebagai jawaban.

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang