20. Sakit mata

360 22 0
                                    

Suara kicauan burung emprit menyambut pagi ini, cahaya matahari juga mulai menyinari bumi. Jalanan pun sudah ramai dengan berbagai kendaraan yang saling berseliweran. Hari ini Opi berangkat dengan Gibran, namun tidak terlalu siang seperti kemarin. Semalam cewe itu menceritakan kejadiannya saat di tempat wisata, dan hanya mendapat respon tertawaan saja dari abangnya. Kakaknya itu memang sangat menyebalkan.

"Thanks bang udah anterin gue"

Gibran mengangguk.

"Gue jalan, lo sekolah yang bener"

Opi mengacungkan jempol kanannya.

Belum sempat cowo berbaju osis itu menarik gas motornya. Suara perempuan dari sebrang jalan mengalihkan pandangan kakak beradik itu. Cewe itu menengok kanan kiri jalanan, melihat ada apa tidak motor yang sedang lewat. Setelah dilihatnya tidak ada ia mulai menyebrang jalan menghampiri dua makhluk itu.

"Tumben lo gak bawa motor?"

"Hehehe, motor gue dibengkel. Jadi berangkat sama bokap"

"Oh"

"Bang Gibran ya." tuding cewe itu.

"Iya"

"Kenalin bang, gue Elvina. Temen sekelas Opi"

Tangan Elvina yang diulurkan ke depan, membuat Gibran harus menerima tangan cewe dihadapannya. Mereka saling berjabat tangan.

"Gue Gibran"

"Iya bang, gue tau"

"Dia naksir bang sama lo." Opi menyenggol lengan temannya.

Elvina yang mendengar ucapan konyol itu sontak membuka mulutnya, menampilkan ekspresi muka kagetnya. Pipi chubby nya itu bahkan jadi berwarna merah merona. Sekian lama Opi sekolah dengannya baru kali ini dia diantar Bang Gibran, namun baru sekali bertemu dengannya, ia sudah dibikin malu saja.

Sedangkan Gibran melipat keningnya itu, memasang ekspresi bingung. Ia tak paham maksud ucapan adeknya. Bahkan mereka baru saja bertemu. Bagaimana bisa temannya itu naksir dengannya.

"Gak gitu bang." elak Elvina.

"Yaudah sana kalian masuk, udah siang"

"Gue duluan Bang."

Gibran mengangguk sambil mengacak-acak rambut adeknya itu. Sudah menjadi kebiasaan saat ia akan pergi meninggalkannya. Elvina yang melihat kejadiaan barusan hanya menatap sendu, sebenarnya ia juga ingin diperlakukan begitu oleh laki-laki dihadapannya sekarang. Namun apalah adanya, itu hanyalah angan belaka. Mungkin esok atau lusa, Elvina bisa berada diposisi adiknya itu.

Motor Gibran melesat jauh dari hadapan dua cewe yang berdiri didepan gerbang itu. Opi dan Elvina mulai menginjakan kakinya menuju kelas mereka berdua.

"Abang lo emang aslinya cakep"

"Lo belum tau kelakuannya aja."

"Manis sih kayaknya, gue aja tadi liat lo di usap-usap rambutnya jadi baper" ucap Elvina seperti orang kegemasan.

"Lebay lo."

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang