29. Curhat

243 12 2
                                    

Di kamar bernuansa warna navy itu sudah ada Meisha, Susan dan Opi yang berada di atas kasur. Membaringkan tubuhnya dengan kepala berada di sisi ranjang. Sedangkan sisanya berada di bawah, menduduki karpet lantai milik sahabatnya.

"Gue pengin jalan-jalan keluar" ucap Susan sambil menatap langit-langit kamar yang ia tempati.

"Kemana?" Meisha menengok ke kiri, dimana ada wajah Susan disana.

"Gimana kalo ke mall?" ucap Elvina sembari memakan jajan di toples tangannya.

"Gak." tolak Opi cepat.

Elvina yang mendapati sahutan begitu menatapnya sinis.

"Timezone nya aja kalo gitu?" saran Davira

"Boleh." jawab mereka kompak.

"Kapan?" Meisha membalikan badannya menjadi tengkurep.

"Besok" serempak mereka menjawab.

"Pagi, siang, malem?"

"Pagi dong Mey.." jawab Opi dengan nada lembut.

"Naik apa?"

Susan bangkit dari tidurnya.
"Kendaraan"

"Roda dua apa empat?"

"Roda empat" sahut Davira sembari membuka ponselnya.

"Elep atau angkot nih?"

"Pick up." Susan mulai jengkel.

"Roda tiga aja gimana?" usul Elvina.

"Semen dong"

"Becak." seru Davira tepat di telinga Meisha.

"Pake mobil gue aja deh" Debi menaik-naikkan kedua alisnya.

"Emang lo punya mobil?"

"Ada digarasi"

"Garasi rumah lo apa rumah tetangga?"

"Rumah bokap gueee." sewot Debi melempar pilus yang sebenarnya mau ia makan.

"Bokap kandung apa tiri?"

"Ada golok gak Pi?"

Opi mengangguk." Mau gue ambilin?"

"Buat apa Deb?"

"Tau lah." jawabnya kesal.

"Lo pernah denger kuping nangis gak?"

Meisha menggelengkan kepalanya sambil merubah posisinya yang tadi menjadi duduk.

"Mau denger gak?"

"Kaya gimana sih emang?"

Susan menarik telinga Meisha sampai miring ke kanan, menjewer telinga cewe polos itu sampai si empu teriak kesakitan.

"Aaaw. Sakit nih kuping gue" omel Enchun seraya mengusap telinganya yang merah itu.

"Udah denger kan lo?"

Meisha menatap Susan judes karena sudah memperlakukan dirinya seperti tadi.

"Udah pokoknya besok pake mobil gue"

"Okey Deb." kompak membentuk simbol OK ditangan mereka.

Opi mengambil gitar yang disendehkan di samping lemari bajunya, lalu mendudukan dirinya di karpet lantai bersama yang lain. Jarinya mulai memetik senar gitar satu persatu.

"Ekhem. Cek sound." gumam Elvina.

"Halah kaya pinter nyanyi aja lo."

"Mbak Susanah remehin gue nih"
"Nyanyi yuk, Opi yang gitarin" ajak Meisha.

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang