12. Pintar?

390 29 1
                                    

Pertemuan kedua di hari ketiga mata pelajaran Pemrograman Dasar diadakan hari ini. Bencana tak terduga tiba-tiba saja melanda.

"Semua tas tolong dikumpulkan kedepan." perintah seorang guru.

"Loh. Ada apa ini bu?"

"Hari ini kita ulangan dadakan."

"Wah. Pagi-pagi udah ulangan aja nih kita?"

"Bu Vida salah masuk kelas mungkin. Ya kan bu??" tanya Meisha dengan wajah pucatnya, ia mulai panik.

"Enggak Mey. Hari ini ada ulangan dadakan di kelas X RPL 1"

"Laah. Ibu mah gitu. Gak ngomong dulu kalo mau ada ulangan." keluh Susan.

"Namanya juga dadakan dodol." sahut cowo yang duduk paling belakang.

"Bu Vida suka tahu bulat nih."

"Udah-udah jangan ribut. Cuma lima soal essay aja kok"

"Tapi kan soalnya pada kawin bu." celetuk Zufar.

"Nah ya betul itu. Beranak pinak banyak pasti." dukungan dari Eqi.

"Kebanyakan protes ibu tambahin soalnya."

Serempak seluruh siswa dikelas itu buru-buru mengumpulkan tas nya kedepan. Sungguh malang nasib mereka hari ini.

"Ibu bagikan lembar jawab sama soalnya ya" seraya membagikan kertas soal ditangannya.

"Waktunya cuma 40 menit dan langsung ibu cocokan jam ini juga"

"Lah 40 menit? Gak sampe bel pulang sekolah aja bu?" ucap Dayatun yang duduk di kursi paling depan.

"Sekalian aja ya bu buat PR hehe" cerenges Pradita.

"Tidak ada tawar menawar ya. Ini bukan pasar. Sudah kerjakan dari sekarang" perintah guru itu.

Mereka mengerjakan soal dengan ekspresi masing-masing, ada yang kecewa, ada yang biasa saja, ada yang kesal, ada yang sampai memerah mukanya, mungkin ruangan pagi ini jadi sedikit panas.

"Ini soal kaya pernah gue baca. Tapi dimana ya?" ucap Elvina pelan.

"Kayaknya sih di buku catetan gue pernah nulis El" sahut Davira.

"San, ini soal apa ya San?" tanya Meisha sembari menggigit bulpoin ditangannya.

"Soal pemdas Mey." jawab Susan santai.

"Gue juga tau ini soal pemdas." ucapnya sembari menatap Susan jengkel.

"Oy. Pi?? Suusttt, suust! Opi!" suara Meisha lagi di bangku sebelah.

"Apa?" sahut cewe itu.

"Nomer satu apa?"

"Ck. Lo gak belajar?"

"Semalem gue berantem sama Lupi, adek gue ngeselin."

Opi hanya diam, ia ragu untuk memberikan contekan pada temannya itu.

"Oii, buruan." ucap Meisha lagi.

"Algoritma adalah sebuah sistemat..."

Belum sempat Opi melanjutkan omongannya. Suara Debi kini ikut nimbrung.

"Ulangin Pi ulangin."

Opi membuang nafas cukup panjang. Sulit sekali rasanya dia berbicara dengan nada sembunyi-sembunyi seperti ini.

"Algoritma adalah sebuah sistemat..."

Kali ini suara dari meja depan.

"Kerjakan sendiri-sendiri."

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang