17. Jamkos (2)

313 23 2
                                    

"Stop!"

"Stop. Stop. Stop"

Teriakan Bu Jamilah memberhentikan kaki kedua gadis itu. Kaki Debi sekarang bergetar, tubuhnya menjadi gerogi saat berhadapan dengan guru yang terkenal kiler itu.

"Dari mana kalian?"

"Da. Dari Toilet bu"

"Kami dari toilet bu" jawab Opi tenang.

Tangan Opi yang satu ada dibelakang, menyembunyikan kantong kresek hitam berisi 6 batagor milik komplotannya. Otaknya sedang berfikir alasan apa yang tepat kalau guru didepannya ini mempertanyakan sesuatu yang ia sembunyikan.

"Bu Jamilah tidak mengajar?" tanya Opi sopan.

"Ngajar. Jam pelajaran siapa kelas kalian?"

"Pak Hanif bu"

Lagi-lagi hanya Opi yang menjawab. Teman yang satunya hanya diam seperti malin kundang yang terkena kutukan.

"Kamu bawa a."

Belum selesai Bu Jamilah bicara, Opi sudah memotong ucapannya. Sungguh, preman yang tidak sopan.

"Maaf bu. Saya boleh tanya?"

"Apa?"

"Mata pelajaran Matematika kapan ya bu ulangannya?"

Debi kaget mendengar kalimat mengerikan itu. Sahabatnya ini kurang waras atau bagaimana. Seakan-akan dia meminta diberi soal matematika oleh guru gendut itu.

"Oh kamu nagih ulangan jam saya?"

"Tidak juga bu. Hanya menanyakan saja"

"Yaudah nanti saya adakan ulangan, sekalian untuk latihan kalian. Sebentar lagi kan ada PAS"

"Kalau gitu nanti saya kasih tau anak yang lain"

"Bagus. Suruh teman-temanmu belajar lebih giat lagi."

"Iya.. Saya sama Debi permisi dulu ya bu.."

"Iya."

Tangan Opi yang dari tadi dibelakang ia kesampingkan saat tubuhnya berjejer melewati gurunya itu, setelah mendahuluinya berjalan tangannya ia pindahkan kedepan agar dari belakang Bu Jamilah tidak melihat sesuatu yang ia bawa. Kali ini taktik mereka aman terkendali meski membutuhkan waktu yang lama harus bolak-balik kesana kemari. Jika ada yang bertanya pun mereka tak berbohong. Benar adanya mereka selesai dari toilet, meski kemudian mampir ke SR membeli batagor, pulangnya pun kembali lagi ke toilet. Strategi yang menguras waktu dan tenaga. Namun cukup mengurangi dosa.

Sampai depan pintu kelas, Debi mengambil alih kresek yang ada ditangan Opi.

"Lo ajak Zami ngomong, biar gue nyelintis bawa ini batagor"

Cewe itu mengacungkan kedua jempolnya. Kemudian membuka pintu kelasnya sendiri.

"Lama banget lo."

"Sorry Zam, tadi di jalan ngobrol sama Bu Jamilah"

"Dia bilang mau diadain ulangan. Nanti lo ngomong ya sama anak-anak" lanjutnya.

"Kok bisa? Perasaan kelas lain enggak."

Opi hanya menggendikan bahunya kemudian menyusul teman komplotannya yang ia duga sekarang ini sedang bersembunyi di bawah meja.

"Udah pada makan aja."

Posisi Opi sekarang sedang berjongkok, ia merangkak dan menundukan kepalanya supaya bisa masuk ke bawah kolong mejanya menyusul kelima temannya yang lain. Untuk makan di jam pelajaran seperti ini saja mereka harus begini. Demi tidak terkena amukan dari sang ketua kelasnya itu. Contoh yang tidak baik jangan di tiru ya gaes :V

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang