6. Bang Gibran

482 30 1
                                    

*opi pov

Jam 20.30 gue lagi asik nonton tv di ruang keluarga. Muncul makhluk astral dari belakang. Abang gue. Namanya Gibran Setiawan, usianya 18 tahun . Dia jorok orangnya. Paling susah disuruh mandi. Nyebelin. Jelek. Tapi gue akuin dia sayang banget sama adeknya, walaupun gue suka dianiaya.

"Gak belajar lo?" dia merampas remot tv ditangan gue.

"Besok Sabtu bang, libur."

"Sekolah lo bukannya gak ada hari libur?"

Sturi itu jarang banget yang namanya libur, apalagi bebas pelajaran, kalaupun ada biasanya juga anak IT yang suka jamkos. Hehehe :)  Meskipun fullday school tapi yang bener-bener freetime itu cuma hari Minggu. Sabtu pasti ada aja kegiatan. Padahal preman juga bisa lelah :(

"Lagi ada keajaiban."

"Oh.."

"Kok diganti bang chanel nya."

"Gak asik. Kartun mulu lo kalo nonton."

"Emang gue abang, yang suka nonton cinta-cintaan."

"Itu menambah pengetahuan dan wawasan tau"

"Pengetahuan apaan."

"Yakan abang jadi dapet ilmu cara nembak cewe yang romantis gimana. Maksud dari kata 'terserah' kalo cewe ngomong gitu. 'Gapapa' nya cewe kan pasti ada apa-apanya juga tuh. Di film-film kan suka gitu"

"Cewe mulu."

"Abang kan udah dewasa"

"Ribet."

"Adek abang juga udah gede" sambil ngacak-ngacak rambut gue.

"Ish." gue tepislah.

"Badan doang kecil"

"Makannya yang banyak"

"Biar seksi. Kaya temen-temen abang"

"Body nya mblaem-mblaem."

Gue cuma dengerin dia ngoceh. Abang gue emang bawel.

"Udah punya cowo?"

Gue diem.

"Pasti banyak cowo cakep nih disekolah. Iya kan?"

Gue gak jawab pertanyaan gak penting itu.

"Lo mendadak gagu dek?"

"Brisik abang ah."

"Apa budeg?"

Gue diem lagi.

"Udah punya cowo yaaaa" tuduh abang gue.

"Abang aduin ke mamah."

"Maaaaahhhhh adek nih maaaah udah mulai hhmmppp."

Gue bekep aja mulut ember abang gue.

"Diem deh bang. Gue gak punya pacar."

"Masaaaaa?"

Gue pukulin aja perut dia.

"Sakit perut gue. Adek durhaka lo."

"Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan."

"Tadi lo mau bunuh gue."

"Lo fitnah gue. Itu lebih kejam."

"Ngajak berantem lo."

"Kalo iya kenapa." gue nantangin.

"Berani sama abang?"

"Berani."

Abang gue langsung narik rambut yang gue di cepol berantakan.

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang