18. Putus

353 20 2
                                    

*flashback

"Maaf Ra. Kita putus."

"Loh, kok gitu? Aku punya salah apa sama kamu?"

"Enggak, kamu gak ada salah apa-apa"

"Terus kenapa kita putus?"

"Aku mau fokus sekolah aja dulu. Bentar lagi juga UTS"

"Gak usah putus juga kali Yo.."

Davira memasang wajah melasnya, hatinya kini bergerumuh. Dadanya terasa sakit seperti ada benda yang menghantam tepat di ulu hatinya. Ia bingung, pacarnya sekarang ini kenapa tiba-tiba minta putus dengan alasan begitu.

"Maaf Ra. Aku gak bisa lanjutin hubungan ini.."

"Aku gak mau putus dari kamu Yo. Kalo aku punya salah aku minta maaf ya? Janji deh, aku bakal perbaiki sikap aku ke kamu. Tapi please, kita jangan putus."

"Sorry, gue gak bisa."

Leeyo melangkahkan kakinya pergi dari taman itu. Meninggalkan Davira seorang diri disana. Perasaan Davira berkecambuk, pelupuk matanya sudah tak lagi bisa membendung air beningnya itu, menangis sendirian disana. Davira masih tak percaya dengan ini semua. Hubungannya yang baru 3 bulan berjalan dengan Leyoo harus berakhir sudah sampai disini.

*flashback off

"Gila drama banget cerita lo." ucap Susan sambil tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha kok gue enek ya dengernya"

"Sama Chun, gue juga."

"Hahahaha. Gentong-gentong, terharu gue" Susan mengusap sedikit air yang keluar di ujung matanya.

"Lo pada ngeledek gue? Kurang asem." Davira jadi sebal karena tanggapan dari kelima sahabatnya itu.

"Udah asem bener udah, cerita lo tadi asem malah kaya ada pait-paitnya gitu." ledek Elvina.

"Sialan lo!"

"Terus kok lo sama dia masih deket sampe sekarang?"

"Gak tau Deb, dia masih sering chat gue. Gue suka dibuat baper sama dia. Kan sialan"

"Lo nya aja yang dodol."

"Kok gue Pi?"

"Ya lo mikir lah. Lo liat dia sekarang udah punya pacar. Sekalipun lo masih di chat sama dia mungkin pas kembaran lo lagi gak ada. Dia jadi kesepian terus ngechat lo Ra."

"Hatimu hanya sebagai tempat berlabu, setelah itu dia berlalu." Susan menepuk pundak Davira.

"Nyesek sih didalem dada." suara Elviana.

"Hahaha kasian bener temen gue. Yang sabar ya tong."

Meisha menepuk-nepuk pundak Davira.

"Jujur aja gue belum terima dia putusin gue dengan alasan kaya gitu. Makanya sampe sekarang gue anggep dia masih kaya pacar gue sendiri" ucapnya tak tahu malu.

"Sini gue pegang jidat lo." Susan mengulurkan tangannya.

"Panas gaes. Gagal move on ini Si Gentong"

"Parah lo. Sadar woy sadar. Mata lo masih merem aja. Gue jadi emosi nih."

"Sabar El sabar.." Debi mengadem-ademi Elvina agar dia bisa lebih sabar lagi.

"Haduuuh, jaman SMP gue lagi mainan tanah sama abang."

"Itu jaman SD sarap."

"Tapi gue masih mainan tanah kok sama Bang Gibran."

"Serah deh, serah.."

"Serah bukannya itu ya? Alasan kalo kita kipasan pas lagi cuaca panas itu loh?"

"Geraaaah Chun." kompak berlima.

"Ohh.. Gerah.."

"Eh tapi Ricky ngomong mereka pacaran sejak SMP loh."

"Waduuuuuh, jangan-jangan?" Debi menggantungkan omongannya.

"Seminggu putus dari gue, Leyoo pacaran sama Davina"

"Buset dah. Belum melek juga itu mata lo!"

"Kok lo nyolot sih El."

"Gue gemes sama otak lo. O'on bener."

"Lebih o'on dari Meisha Ra."

"Padahal blo'on nya gue udah kebangetan loh Ra."

"Ra. Gini ya lo boleh jatuh cinta sama orang tapi jangan terlalu jatuh jatuh banget kali." ucap Si Preman.

"Hm. Betul. Jatuhnya lo jadi bodoh gini."

"Lo pada gak tau perasaan gue."

"Iya gue ngerti, lo yang ngerasain lo juga yang ngejalanin. Kita sebagai sahabat lo cuma ngasih saran, semuanya tergantung sama lo sendiri." ujar Opi dengan tenang.

"Yaudah, selagi lo gak ngerusak hubungan mereka lo tetep aja kaya biasa. Tapi saran gue, jangan lo anggap dia kaya pacar lo sendiri. Dia pacar kembaran lo."

"Bukan kembaran gue juga kali Deb. Iya, makasih saran dari lo pada. Gue tau gak seharusnya gue kaya gini. Tapi hati gue egois, belum bisa ikhlasin dia. Dia nya juga masih kaya gitu ke gue, masih kasih gue harapan buat bisa lagi sama dia.."

"Iya kita paham." ujar Susan sambil mengangguk.

"Udah ah, keluar. Sumpek gue disini" tutur Elvina yang di buat panas oleh pembicaraan kali ini.

Selesai mereka menyimak cerita masa lalu sahabatnya. Komplotan yang di beri nama Trikiwils Hae Hae itu membubarkan posisinya yang masih ada di bawah kolong meja.
Begitu mereka berdiri melihat kelasnya ternyata temannya yang lain sudah pada melarikan diri ke tempat tongkrongannya masing-masing. Terlalu asik mereka mengobrol sampai tak mendengar suara bel istirahat yang sudah berkumandang.

"Gantian sini gue yang beliin minum, tapi pake duit sendiri-sendiri." tawar Mbak Susanah.

"Yaudah ini gue titip jus biasa. Sama roti bakar dua. Gue masih laper."

"Siap bosku."

"Gue juga"

"Nih duit gue. Padahal berharap ada gratisan lagi" ucap Meisha sambil menyodorkan uangnya.

"Jangan terlalu berharap, nanti kecewa terus terluka" kata Susan memperingati teman satu bangkunya.

"Betul. Harga betadin juga lagi naik soalnya." tambah lagi Debi.

"Eh btw ya, si preman makan banyak terus tapi pantat masih tepos aja."

"Penghinaan lo El."

"Punya badan tuh kaya gue, yang aduhai Pi. Kaya gitar spanyol. Uhuuuy" Davira menyombongkan dirinya.

"Itu juga daging Opi diserap sama lo Ra."

"Sialan lo Chun."

"Udah sana, anter sohib lo beli minum. Gue udah haus"

"Siap komandan!"

Mbak Susanah dan Enchun membawa kakinya keluar kelas, melaksanakan komando dari ke empat sahabatnya.

PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang