Yujin ingin memaki karena sekarang belum jam 6 pagi dan bahkan ia sudah berada di dalam taksi padahal biasanya pagi waktu sepagi ini, ia masih bergelung di dalam selimutnya.
Benar, taksi.
Seorang Ahn Yujin yang notabene nya adalah calon pewaris tunggal perusahaan milik ayahnya, sekarang ia harus menaiki taksi di Shibuya? Apa cerita ini baru saja tertukar dengan kisah kehidupan orang lain? Yujin yang bisa membayar taksi yang jelas-jelas bahkan ia juga bisa membeli taksi tersebut kalau ia mau.
Ah, tidak.
Yujin tidak boleh mengeluh.
Ia harus terbiasa hidup 'ala kadarnya' selama berada di Jepang.
Demi Kim Minjoo.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WE JUST BROKE UP
Tolong salahkan Shin Yuka yang memintanya datang pagi-pagi ke alamat stasiun tv yang tidak dilewati jalur subway atau kendaraan umum yang lain. Terpaksa ia harus menyewa taksi seorang pria paruh baya yang menyetir sambil menguap berkali-kali-persis sepertinya.
Yujin mendesah pelan begitu sampai di lantai 10, di sambut crew yang pastinya adalah orang orang jepang, menggunakan bahasa yang sangat Yujin tidak pahami sama sekali. Ia berjalan menuju pintu yang bertuliskan make up room- tempat dimana ia harus menemui Yamada Noe.
"誰があなたを探していますか?"(Dare ga anata o sagashiteimasu ka?)," tanya seorang crew laki-laki di ambang pintu.
Yujin mendongak, bingung. Namun ia hanya menjawab menggunakan isyarat nama. "Eung- Yamada Noe," ucapnya. "She's here?"
Crew itu mengangguk, sampai tiba-tiba Yujin mendengar suara keras yang memanggil namanya- ia melihat seorang gadis dengan pipi chubby berlari kecil ke arahnya sambil tersenyum terlampau excited.
"Annyeong haseyoooo-" ia membungkuk pelan pada Yujin. "Ahn Yujin-chan???" tanya gadis itu menebak.
Yujin mengerutkan kening, oh mungkin gadis ini yang bernama Yamada Noe.
"Nde?" balas Yujin mengangguk.
"私の名前はYamada Noeです。(Watashinonamaeha Yamada Noe desu.)" ucapnya memperkenalkan diri dengan bahasa jepang. "Aku MUA pribadi Kim Minjoo-chan," ia melanjutkan dengan bahasa korea yang sangat lancar.
Yujin mengangguk paham, kemudian tersenyum. "Namaku Ahn Yujin, senang bertemu denganmu. Dan maaf karena aku tidak begitu memahami bahasa jepang," ia menggaruk pelipisnya pelan.
