Author: Idew Hwang.
.
.
.
“Terkadang di perlukan sedikit perjuangan untuk suatu perasaan.”
.
.
.
“Aku hanya punya waktu satu menit bicara denganmu, jadi katakan apa maumu,”
Yujin menarik tangan Kim Minjoo, “Ikutlah denganku kembali ke Seoul. Semua akan baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan tentang ancaman Goto Moe. Minjoo, aku tahu kau terpaksa bersama orang itu , matamu tidak bisa membohongiku, kau tidak mencintainya.” kata Ahn Yujin, menatap mata Kim Minjoo dengan tulus, “Aku sama sekali tidak melihat perasaan itu disana. Sama sekali tidak,”
Minjoo menggelengkan kepalanya, “Dengar, Ahn Yujin– mungkin ini terdengar egois untukmu, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa kembali ke Seoul dan ikut bersamamu.” ucapan Minjoo sarkatis, terdengar cukup menyakitkan di telinga Ahn Yujin. “Kau tidak tahu apapun tentangku, kita asing sejak kita berpisah. Aku bahkan tidak lagi memiliki perasaan itu.” elaknya, berusaha melepaskan genggaman tangan Ahn Yujin.
“Kim Minjoo, kau bukanlah tipe orang yang pandai berbohong,” sanggah Yujin. “Semua ini sudah terlalu sulit untukmu, tinggalkan monster itu aku mohon. Dia bahkan tidak pantas disebut sebagai manusia. Sangat tidak pantas, karena dia memperlakukanmu seperti itu.”
“Aku tidak akan kembali ke Seoul,”
“Kenapa kau sekeras kepala itu? Apa kau tidak berpikir tentang kebahagiaanmu sendiri? Kemewahan seperti apa yang dia berikan disini? Si brengsek itu terlalu sering menyulitkanmu. Aku memahami itu,”
“Kau tidak memahamiku, Ahn Yujin.” ucap Kim Minjoo, menepis genggaman tangan Yujin secara perlahan.
“Minjooya–”
“Jadi berhentilah, untuk kebaikanmu sendiri. Berhenti meyakini perasaan itu. Aku tidak bisa ikut denganmu. Jadi aku mohon– lupakan aku Yujin, dan hiduplah dengan baik.” Minjoo menggigit bibir, menahan lelehan airmatanya, “Aku harap kau menemukan kebahagiaanmu, Yujin. Terimakasih, karena kau pernah menyukaiku, pernah menyayangiku.” ucap Kim Minjoo, berusaha untuk tersenyum. “Pergilah, sebelum beberapa wartawan datang mengerumuni gedung agensi ini. Artikel Diespatch sudah tersebar. Yujin, aku mohon untuk kali ini pikirkan dirimu sendiri. Jepang terlalu berbahaya untukmu.” ucap Kim Minjoo, “Selamat Tinggal, Yujin. Maafkan aku,”
Sesudahnya hanya terdengar sunyi, Kim Minjoo sedikit berjalan cepat meninggalkan Ahn Yujin yang masih berdiri di gedung belakang pelataran Urban Works.
“Minjoo–”
.
.
.