37. After: We

1.9K 343 30
                                    

Author : Idew H.

.

.

.

"M-Minjo....?"



.

.

.






YUJIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


YUJIN

Hai.

Aku akan melanjutkan ceritaku kemarin, tentang apa yang terjadi setelahnya. Ya, hari itu aku bertemu dengan Minjoo. Bodohnya, aku tidak menyadari kalau kami berada di satu panggung yang sama. Minjoo adalah si pemain piano yang mengiringi penampilanku hari itu.

Well, itu jelas adalah ide dari Jo Yuri unnie. Karena dia terlihat sangat tidak terkejut dengan adanya Minjoo diantara kami. Aku tidak tahu, rencana sepertiapa yang mereka persiapkan pada hari-hari sebelumnya tetapi satu hal yang tidak bisa berhenti aku pikirkan adalah... Bagaimana bisa Minjoo berada di Seoul? Aku masih ingat betul email yang di kirim Yamada Noe, isi email itu mengatakan bahwa Minjoo dan seluruh anggota keluarganya telah berpindah dan menetap di California.

Lalu bagaimana, dia bisa kembali begitu saja ke Seoul?

Pertanyaan itu belum terjawab memang, tapi aku akan segera mencari tahu tentang hal itu secepatnya. Hmm.. hari itu setelah penampilanku selesai, aku kembali ke backstage bersama Jo Yuri unnie, juga bersama Minjoo tentunya. Canggung, itu sudah pasti. Seandainya jika Jo Yuri unnie tidak terburu menepuk pundakku untuk bergegas kembali ke backstage, aku yakin aku hanya bisa membeku di hadapan Minjoo. Itu seperti mimpi. Wanita yang paling aku cintai, berada di sampingku dan mengatakan aku telah bekerja keras. Oh, dia juga menanyakan bagaimana kabarku.

Bodohnya, aku Cuma membisu. Hanya bisa menyebut namanya, tanpa mengucapkan kalimat lain. Di Backstage, aku melihat Yuna membawa buket bunga dan memelukku. Yuna berbisik bahwa hari ini aku sudah melakukan yang terbaik. Tapi ada sesuatu yang membuatku sedih, saat Yuna mengatakan jika hari ini adalah hari terakhirnya bertemu denganku. Karena mulai besok dan seterusnya Yuna akan mulai menjalani masa trainee di agensi nya. Itu cukup membuatku sedih, mengingat hanya Yuna satu-satunya sahabat yang paling dekat denganku selama masa-masa sulit itu. Di Backstage aku dapat melihat Hyewon unnie, Danee unnie, Yena, juga Yiren yang berbincang bersama Minjoo.
Tanpa sadar aku tersenyum, sudah lama sekali rasanya moment seperti itu terlewati.

"Kau, bahagia?" tanya Yuna tiba-tiba. Pertanyaan itu seperti tamparan keras untukku. Di saat seperti ini Yuna menanyakan kalimat itu.

Entah. Apa aku bahagia? Aku tidak dapat memberi definisi jelas.

"Aku bahagia," balasku setengah berbisik, aku masih memeluk Yuna. "Tapi aku sedih karena setelah ini kita akan sulit untuk bertemu."
"Gwaenchana," Yuna tertawa pelan. Ia menepuk punggungku, "Saat aku memiliki waktu luang, aku janji kita akan bertemu. Sesering mungkin, hehe."
"Aku pasti akan sangat merindukanmu," bisikku sekali lagi. Mengeratkan pelukanku pada Yuna.
"Dia ada disini sekarang. Jangan melewatkan kesempatan seperti ini," ujar Yuna, ia melepaskan pelukan kami lalu memandangku sejenak. "Apalagi yang kau tunggu? Come on, just talk to her and say something."
Yuna, aku sangat ragu. Percakapan seperti apa yang harus aku mulai dengan Minjoo?
"Yuna ayo kemari, kita belum berfoto bersama." Seru salah seorang teman sekelas Yuna, melambaikan tangan dari arah kejauhan. Yuna menyikut lenganku, "Jangan bersikap seperti pengecut, lagi." Ucapnya sebelum beranjak meninggalkanku dan berlari kecil ke arah teman-temannya.

Aku mengusap leherku kikuk, sialan. Kenapa aku gugup sekarang?

Pandanganku terarah pada sosok Minjoo, dia sedang berdiri mengobrol dengan Yena unnie. Entah topik seperti apa yang sedang mereka bicarakan tapi Minjoo berulang kali tertawa. Tawa yang sudah cukup lama tidak aku lihat.
Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi, jadi aku memberanikan diri berjalan ke arah Minjoo. Seolah tahu aku sedang menuju ke arah mereka, Yena unnie memberi isyarat pada Minjoo sehingga ia berjalan mundur meninggalkan minjoo sendirian.

Sialan, rasa gugupku bertambah lagi.







* * *







"Kurasa ada seseorang yang sedang menuju kemari,"

MINJOO

Aku tidak mengerti maksud ucapan Yena unnie, namun tatapannya mengarah pada seseorang yang saat ini berjalan ke arahku. Itu Yujin. Ahn Yujin.

Tunggu, kenapa aku merasa gugup?

"Senang melihatmu datang," ujar Yujin mengawali percakapan ketika ia berada di hadapanku sekarang. Suara itu, suara yang sudah sangat cukup lama tidak aku dengar, sekarang terdengar kembali dan cukup sangat jelas di telingaku.
"Terimakasih," hanya kalimat singkat itu yang menguar dari bibirku.
Yujin menarik senyuman tipis, membetulkan letak kacamata yang sedikit menurun di hidungnya. "Seharusnya aku yang mengatakan itu. Terimakasih sudah menjadi pemain piano untuk penampilanku." Ia menggigit bibir, "Aku benar-benar tidak menyangka kalau itu kau." Ucapnya dengan nada gugup yang sangat kentara.

"Yena unnie yang memintaku melakukannya, juga Hyewon unnie yang memberikan freepass padaku sehingga aku bisa datang di acara ini." Balasku.

"Benarkah?" kali ini Yujin tertawa, "Sepertinya aku berhutang banyak pada mereka karena hal ini. Tapi sungguh, aku senang kau datang. Maksudku, dengan adanya kau disini itu membuatku merasa lebih baik." Ucapnya.

Sialan, wajahku memerah hanya dengan mendengar kalimat itu.

"Kim Minjoo,"

Aku mendongak, "Iya?"

Yujin tersenyum, "Kau sangat cantik hari ini."

Serius, wajahku benar-benar memerah sekarang. Ya Tuhan, kenapa kadar gombal Ahn Yujin semakin bertambah sekarang?

"Hey, bukankah ini waktu yang tepat untuk berfoto? Yujin, mendekatlah sedikit di samping Minjoo, aku akan memotret kalian." Suara Hyewon unnie membuyarkan percakapan kami. Ia mengacungkan kamera polaroid di tangannya, sesekali Hyewon unnie mengarahkan kamera ke arah kami, bersiap membidik satu potret.

"Mwoya," aku menatap Hyewon unnie bingung.
"Yujin jangan kaku begitu ya ampun." seru Yena antusias.
"Aku harus bagaimana?" tanya Yujin canggung.
Yena menepuk keningnya sendiri, "Aduh bodohnya."
Yena bergegas menghampiri Yujin, ia menarik paksa tangan Yujin agar merangkul pundakku. "Nah begini. Seperti ini. Sudah jangan protes." Ucapnya beringsut mundur sedikit agar Hyewon unnie lebih leluasa memotret kami.

Ya Ampun situasi macam apa ini? Kenapa rasanya canggung sekali???

"Siap? Satu, dua, tiga, katakan cheers,"





"Siap? Satu, dua, tiga, katakan cheers,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Aku senang bertemu denganmu lagi, Yujin...

.

.

.

TO BE CONTINUED

WE JUST BROKE UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang