Author: Idew Hwang
(Gue harap ada komentar panjang dari kalian di part ini, selamat membaca.)
.
.
.
Flashback
Ahn Yujin masih merebahkan diri di atas kursi kayu selagi menyumbat telinganya menggunakan headphone. Suasana taman sore ini terbilang sepi, mungkin karena hari ini bukan akhir pekan jadi Yujin bisa leluasa tiduran pada kursi taman ini.
Yujin mendesah. Menggerakkan lengannya—yang sebelumnya digunakan sebagai bantalan—menutupi kedua matanya. Lantas satu kikikan pelan mengundang desisan dari katupnya sebagai bentuk protes karena terjatuh dengan cara yang tak indah di depan gadis ini.
“Kenapa tiba-tiba muncul dan mengagetkanku, Jang Wonyoung?!” seru Yujin sembari melepas headphone-nya. Ia kemudian bergerak duduk di sebelah gadis berpostur tinggi tersebut.
Wonyoung masih tertawa pelan sambil memungut jaket Yujin. Diterima oleh Yujin, jaket itu lantas digunakan Yujin untuk menutupi kaki Wonyoung yang hari ini hanya memakai hotpants. Cuaca sangat panas, namun Wonyoung tidak memprotes perlakuan Yujin dan justru berterima kasih padanya.
“Yujin–ah, kenapa siang-siang malah tidur di sini?”
Yujin mendesah. “Aku tidak bisa tidur di rumah, jadi tidur di sini saja.” ucapnya berbohong, padahal ia juga tidak bisa tidur ketika berada di taman ini.
Jang Wonyoung hanya mengangguk paham dengan ucapan Ahn Yujin. Belakangan, Yujin banyak mengeluh padanya jika kerap pusing dan jadwal tidurnya berantakan. Wonyoung tidak tahu pasti apa yang mengganggu pikiran Yujin sampai hobi utamanya itu menjadi salah satu hal yang kini sulit dilakukan.
Yujin pun tampaknya enggan membagi apapun karena merasa Wonyoung tidak perlu mengetahui semua hal mengenai dirinya. Ada hal yang harus dijadikannya privasi.
Lama terdiam dengan pikiran masing-masing, Jang Wonyoung bergerak merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah amplop putih, bertuliskan ‘Summer Entertainment Global Audition’
“Kenapa tiba-tiba kau—“
“Aku lolos dari audisi itu, salah satu dari mereka mendatangiku dan menawarkan tanda tangan kontrak, juga menjanjikan debut ku sebagai aktris dan model di bawah management mereka,”
“Wonyoung–ah,”
“Aku tahu, kau pasti akan sangat marah mendengar ini,”
Ahn Yujin memandang gadis itu nanar, “Kau menerima tawaran itu? Wonyoung–ah, kau tahu apa yang sedang kau lakukan sekarang, huh?”
“Ini adalah cara satu-satunya, Yujin. Dengar, aku hanya—”
“Cara satu-satunya?” Yujin mengusap tengkuknya gusar, memandang gadis itu “Jang Wonyoung, kau tahu persis jika masuk dalam agensi itu, kau—” jemari telunjuk Yujin menunjuk ke arah Jang Wonyoung dengan tatapan marah, “Kau sama saja menjual masa depanmu, menjual kehidupanmu untuk mereka.”
“Aku paham Yujin, aku—”
“Menerima tawaran sebagai salah satu bagian dari mereka yang menjanjikan karir untukmu meskipun kau tahu bagaimana buruknya agensi itu? Apa kau sudah tidak waras, huh?”
Jang Wonyoung menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca menatap Ahn Yujin. “Aku tahu keputusanku salah, aku tahu itu. Tapi Yujin–ah,” ia terisak lirih, “Hanya itu satu-satunya cara agar aku terlepas dari semua penderitaan ini. Kau tidak mengerti bagaimana sulitnya aku melewati semua ini,”