Author: idew hwang
.
.
.
“Tidak ada satu perasaan tentangmu yang tertinggal. Karena semua itu utuh. Seperti hari pertana aku melihatmu, yeah seperti itu.”YUJIN
“Aku tidak dapat menemukan sesorang yang tepat untuk memainkan gitar,”
Suara Jo Yuri nyaring di telepon terdengar sedikit cemas, aku bisa mendengra nada gelisah nya ketika ia mengatakan kabar kurang baik itu padaku. Oke, great. Aku pikir tampil tanpa alunan piano tidak masalah, mau tidak mau aku yang akan bermain gitar,
“Gwaenchana, eonnie.” Ujarku, sambil menuruni tangga. “Kita hapus saja intro pada bagian piano, hanya di iringi gitar saja itu sudah cukup bagus.”
“Yujin, aku akan menghubungimu lagi semisal ada kandidat mahasiswi yang bersedia ikut tampil di hari kelulusan. Aku akan meminta bantuan Lee Chaeyoung atau Lee Nakyung jika bertemu dengan mereka berdua. Setahuku Chaeyoung dan Nakyung mereka memiliki banyak koneksi mahasiswi di kampus yang pandai bermain musik.”
“Nde eonnie. Jika memang tidak ada, jangan terlalu di paksakan. Arraseo?” aku terkekeh menanggapi ucapan Jo Yuri eonnie.
“Kita bicara lagi nanti, okey?”
“Mmh. Tentu.”
“Sampai nanti Yujin,”
“Sampai nanti eonnie,”Yuri eonnie menutup sambungan telepon kami. Aku kembali memasukkan ponselku ke dalam saku. Sore ini cuaca tidak terlalu cerah seperti biasanya, aku masih berada di koridor kampus menunggu Yuna yang masih berada di ruangan dosen. Yuna mulai mengurus beberapa hal sebelum kelulusan, ia harus bersiap untuk lebih fokus sebagai trainee di JP Entertainment setelah lulus dari kampus ini. Yang aku tahu, Yuna ingin berkarir di dunia entertainment sebatas mengejar impiannya.
Setiap melihat Yuna bercerita tentang impiannya masuk dalam agensi hallyu terbesar di Korea, hal itu cukup mengingatkan aku pada seseorang. Hm... apa kabar orang itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?
Kadang sering aku teringat tentang orang itu, Ya memang tidak mudah sih, melupakan orang itu.
Huft. Minjoo.
Sulit sekali ya, melupakan orang seperti dirimu?
“Ahn Yujin,”
Seruan suara Yuna membuatku tersentak sebentar, Yuna berjalan ke arahku sambil tersenyum.
“Eoh, Yuna? Sudah selesai?”
“Mianhae, Kau pasti sampai bosan menungguku.”
“Annieyo, Yuna. Apa semua urusanmu dengan Jung seongsaengnim sudah selesai?”
Yuna mengerucutkan bibir, “Dia belum menandatangani berkas dan proposal yang aku ajukan. Haish, ada bebrapa yang harus di revisi.”
“Gwaenchana, kau bisa meminta tanda tangan padanya lain waktu. Setelah kelulusan kau akan memiliki waktu luang yang cukup banyak, aku sangat yakin itu.” Ujarku mencubit pipi kanan Yuna. “Mau ku antar pulang?”
“Sebenarnya aku sedikit lapar, bagaimana jika kita berdua mampir sebentar untuk makan?”
Aku mengangguk, “Okay.”
Yuna mengamit lenganku, “Kajja,” ujarnya bersemangat.