24. miracle

862 64 13
                                    

Pemuda ini sebenarnya tampan, ketampannnya tidak bisa di pungkiri meski wajahnya penuh luka lebam dan memar. Polisi yang duduk di depan pemuda ini sudah mulai menyerah karena pemuda yang masih memakai seragam putih abu-abu ini tidak mau bicara sedikitmu.

Datang beberapa orang kesana, salah satu dari mereka adalah papa dari pemuda tadi. Beliau yang baru datang langsung menarik kasar kerah seragam putramya hingga membuat pemuda itu berdiri dari duduknya. Tangannya bahkan sudah terangkat tinggi, jika bukan karena ada satu polisi yang menahannya mungkin pukulan keras itu sudah mendarat di wajah tampan sang putra melengkapi memar yang sudah banyak tercipta di sana.

"Tenang pak ini kantor polisi, kekerasan tidak diperkenankan di sini."

Helaan nafas kasar keluar dari mulut pria paruh baya ini, di hempaskannya kembali sang putra hingga duduk di kursi lagi. Beliau sudah sangat jengah datang ke kantor polisi dengan urusan yang selalu sama, putra semata wayangnya ini sering sekali tertangkap polisi karena terlibat tawuran antar pelajar yang sama sekali tidak ada manfaatnya itu. Meski sudah sering tertangkap rasanya tak ada kata kapok baginya untuk mengulang hal yang sama.

Setelah mengurus semuanya, pemuda ini ditarik paksa sang papa keluar dari kantor polisi kembali kedalam mobil. Selama di mobil hanya ada keheningan, si pemuda ini sama sekali tidak mengeluarkan pembelaan karena memang ucapannya tidak akan pernah didengar oleh sang papa.

.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti setelah sampai didepan rumah, pemuda itu turun dan kebetulan seorang gadis yng tinggal tepat disamping rumahnya baru saja pulang dari sekolah.

"Lah Ver mukamu kenapa?" tegur gadis itu tak sengaja melihat banyak lebam di wajah tetangganya itu.

"Bacod." balas pemuda bernama Ver itu tanpa menoleh sedikitpun padanya. Ver langsung berjalan cepat masuk kedalam rumahnya mengabaikan dumelan dari sang gadis.

Dumelan gadis ini baru berhenti saat melihat papa Ver turun dari mobil, wajah tegas pria paruh baya ini cukup membuatnya agak takut.

"Eh, siang om."

"Siang juga Naomi." balas papa Ver sedikit tersenyum lalu ikut masuk kedalam rumah.

Naomi menggeleng pelan, tak mengerti dengan keluarga tetangga dempet rumahnya ini. Si anak seretelan, si bapak galak nauzubilah, nah untung si emaknya baik gak kekira.

Bugh...

Satu pukulan mendarat di pipi kanan Ver, badannya jatuh terjerembab dengan cepat papanya menarik kerah seragamnya kembali.

"Anak kurang ajar, mau jadi apa kamu hah. Dasar berandalan." bentaknya tepat didepan wajah Ver.

Wanita paruh baya yang tak lain adalah mama Ver terlihat berlari menuruni ank tangga, beliau mendorong kecil suaminya untuk menolong Ver. Dipeluknya dnegan erat sang anak sambil terisak khawatir melihat keadaan putranya yang penuh luka seperti ini.

"Gak usah belain dia ma, berandal kayak dia ini harus dikasih pelajaran biar gak sok jagoan terus. Sini kamu!" papa Ver kembali menarik kasar lengan Ver namun dihalangi cepat oleh istrinya.

"Cukup pa, jangan pukul Ver lagi." pekiknya tak tahan. Papa Ver memilih mengalah, percuma berdebat dengan istrinya yang akan terus membela Ver meski dia tau anaknya memang bersalah.

Mama Ver menarik lengan Ver untuk dibawa ke kamar sang anak, dengan terus terisak beliau memeluk erat tubuh tegap putranya itu.

Dengan penuh ketelatenan mama Ver mengobati wajah anaknya, wanita paruh baya ini masih cantik meski umurya tak muda lagi. Gerakan tangannya terhenti saat menatap kedua bola mata sang anak, tak sadar air matanya kembali jatuh dengan sendirinya.

os jeketiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang