40. nona muda

1.3K 47 13
                                    

Hai, masih pada sehat kan? Jaga kesehatan ya guys, ikuti anjuran dari pemerintah buat keselamatan kita sendiri. Jangan pada panik, kita pasti bisa.


Happy reading...




.


.


.




Gadis cantik berambut coklat gelap ini berjalan langkah angkuh sambil menarik kopernya, kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya. Kepalanya bergerak ke kanan kiri namun tak berhasil menemukan satupun seseorang yang dia kenal. Tangannya sudah bersiap merogoh saku mantel kulitnya yang mahal itu namun seorang pria nampak berlari kearahnya, niatnya terhenti melihat pria tampan itu berhenti tepat didepannya

"Maaf nona Naomi, saya terlambat." Ucap pria itu lalu membungkukkan badannya didepan wanita cantik itu.

Satu alis wanita cantik ini terangkat, perlahan melepas kaca mata hitamnya membuat kedua manik mata coklat itu menatap tajam kearah pria yang masih menunduk takut itu.

"Siapa kau?" Tanya Naomi menggerakkan satu jari telunjuknya yang digunakan untuk mengangkat dagu pria tersebut.

"Sa-saya Vernando nona, saya lah yang akan menjadi supir pribadi nona Naomi." Balas pria itu dengan gugup.

Naomi terkekeh, merasa senang karena papinya memilihkan pria yang sangat sesuai dengan kriterianya hanya untuk dijadikan sebagai supirnya. Bahkan Naomi tak menyangka bila pria tinggi tegap dengan wajah tampan ini hanya sekedar supir untuknya. Jujur saja dengan wajah dan tubuh nya itu bahkan dia bisa menjadi seorang model. Hanya perlu berjalan di atas cat walk lalu jutaan uang bisa dia peroleh tanpa perlu bekerja berjam-jam di balik kemudi.

Dia adalah Shinta Naomi, sudah lama menetap di kota mode Paris, Perancis. Hidupnya begitu tanpa beban karena memiliki orang tua kaya raya yang sukses dalam berbagai bidang. Tak perlu susah-susah bekerja maka uang puluhan juta terus mengalir di rekeningnya. Hanya butuh melakukan apa saja yang dia mau sudah cukup untuk mengisi kegiatan bersenang senangnya di kota mode itu.

"Tunggu apalagi? Cepat bawa koperku bodoh." Sentak Naomi membuat Vernando terperanjat, dia segera mengambil koper besar itu lalu menuntun jalan menuju mobil mereka terparkir dengan Naomi yang berjalan mengekor di depannya.




Dimobil hanya ada keheningan, Vernando benar benar berfokus pada jalan didepannya tak mau terjadi sesuatu karena dia kurang fokus. Sedangkan Naomi, dia duduk di kursi belakang. Menyilangkan kakinya dengan kedua tangan yang terlipat di atas dada. Matanya terus menatap tajam pada Vernando melalui pantulan cermin didepan, yang bisa dia tatap hanya kedua mata fokus itu saja namun itu sudah cukup membuat Naomi puas.

Ehemmm....

Dehaman dari Naomi menyita atensi Vernando, dia melirik kearah belakang melalui kaca didepan. Seketika matanya beradu pandang dengan tatapan tajam dari Naomi, langsung saja Vernando mengalihkan pandangannya kembali menatap depan. Entah kenapa Vernando memilih untuk tidak berkontak mata dengan Naomi, ada rasa tidak nyaman saat itu terjadi. Ver tidak tau alasan pastinya, tetapi mungkin saja karena dia merasa tidak pantas lama lama beradu pandang dengan nona cantiknya ini.

“Siapa namamu tadi?”

“Vernando, nona bisa memanggil saya Ver.”

"Hmm kamu sudah punya kekasih?" Tanya Naomi dengan mendadak cukup membuat Vernando menginjak pedal gas makin dalam karena kaget.

Secepatnya dia segera mengendalikan dirinya lagi, kenapa dia bisa segugup ini berhadapan dengan Naomi.

"Hmm baguslah.”

Kening Vernando mengerut, dia melirik kembali pada nona mudanya yang hanya tampak tersenyum simpul. Pria ini tak mengerti apa yang tengah di pikirkan nona mudanya. Dan ia juga merasa aneh saja mengapa nonanya ini peduli dengan kehidupan pribadinya.

.

Naomi keluar dari dalam mobil begitu Vernando membukakan pintu untuknya, dia tersenyum tipis kearah barisan pekerja di rumahnya yang sengaja menunggu kepulangannya. Naomi tak sedikit pun peduli dengan salam hormat yang diberikan padanya, dia langsung melangkah masuk ke dalam rumah bak istana itu.

"Akhirnya putriku pulang juga, astaga kamu sudah banyak berubah. Cantik sekali seperti mami mu sewaktu muda." Ucap pak Prasta menyambut kedatangan putri kesayangannya ini.

Naomi tersenyum lebar, dia berhambur ke dalam pelukan ayahnya. Menyalurkan rasa rindu yang begitu besar itu. Meskipun terkesan acuh di luar tetapi Naomi sangat menyayangi kedua orang tuanya, dan dia juga sangat dekat dengan papinya.

"Apa kamu cuman rindu kepada papi? Bagaimana dengan mami?"

Perhatian Naomi teralih kepada sosok ibunya yang tengah melipat tangan memasang ekspresi tidak sukanya. Naomi kembali tersenyum yang lebih lebar lalu menarik diri dari pelukan ayahnya kemudian berhambur pada ibunya.

"Mami, papi.. aku sangat merindukan kalian."

"Jika rindu kenapa tidak pernah pulang, dasar anak ini."

"Hehehe habisnya disini sangat membosankan, tidak ada yang keren di Jakarta. Toh papi dan mami pasti juga akan sibuk kerja kan? Lalu aku akan sendirian dirumah.”

Naomi tersenyum penuh kemenangan saat ayah dan ibunya diam tak bisa menjawab ucapannya barusan. Memang benar mereka adalah orang orang penting yang begitu sibuk.

Perusahaan yang ada di mana mana membuat keduanya tak bisa berdiam cukup lama di suatu tempat. Hampir setiap hari mereka berada di negara yang berbeda untuk mengurus perusahaan besar mereka itu. Maka dari itu Naomi memilih untuk pergi ke Perancis untuk belajar sejak dia remaja, cih belajar? Itu hanya kedoknya semata. Yang benar adalah Naomi ingin kebebasan, ya dengan berada jauh dari kedua orang tuanya maka dia berhasil mendapatkan kebebasan itu.

"Ah biar kutebak, apa sebentar lagi kalian ada jadwal penerbangan ke suatu tempat?"

"Naomi, ini hanya penerbangan pendek. Kami hanya akan ke China sebentar." Jawab pak Prasta membuat Naomi terkekeh.

"Sebentar ya? Biar kutebak, aa.. seminggu? Atau dua minggu?"

"Seminggu saja. Naomi, kami melakukan ini juga untuk dirimu sayang."

"Yayaya aku mengerti, lagi pula aku sudah terbiasa dengan hal hal seperti ini. Yasudah bersiap siaplah, sepertinya kalian sudah terlambat. Papi bahkan terus melihat kearah arlojinya."

Naomi tidak bermaksud menyindir, tetapi ucapannya itu memang benar. Dia juga tidak merasa kecewa dengan situasi ini, Naomi masih merasa biasa saja.

"Ver, cepat bawa koperku ke kamar. Dan apa gunanya kalian semua jika hanya diam saja, siapapun cepat buatkan aku minuman. Satu menit tidak ada minuman yang kudapatkan siap siap saja kalian semua kehilangan pekerjaan, dasar pemalas." Ucap Naomi lalu mengangkat kakinya menaiki tangga.

Para pelayan itu langsung saling lirik kemudian membubarkan diri bergegas membuatkan apa yang nona mudanya tadi minta.

Pak Prasta dan istrinya hanya saling lirik melihat tingkah putrinya. Sepertinya mereka harus cepat cepat beradaptasi dengan sifat baru putri kesayangannya itu.


"Ver."

Langkah kaki Vernando yang akan keluar dari kamar nona mudanya itu terhenti begitu namanya terpanggil, dia berbalik kembali dan menunduk hormat kepada Naomi.

"Iya, ada yang anda butuhkan nona?"

"Siapkan air hangat untukku." Ucap Naomi lalu mendudukkan diri di tepi ranjang sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada.

Vernando menghela nafasnya panjang, dia mengangguk lalu menuju ke dalam kamar mandi untuk menyiapkan air hangat seperti permintaan Naomi tadi. Sementara Ver ada di dalam lamar mandi, masuklah satu wanita muda yang memakai pakaian pelayan. Dia membawa segelas minuman berwarna orange lalu melangkah takut mendekat kearah Naomi.

"No-nona ini minuman anda." Ucapnya membuat Naomi melirik kearahnya.

"Taruh di atas meja.”

Pelayan itu membungkuk lalu meminta ijin kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Nona, air hangatnya sudah siap. Ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Vernando yang rupanya sudah berdiri didepan pintu kamar mandi Naomi.

"Hmm bagaimana jika menemaniku mandi?"

Mata Vernando terbelalak lebar mendengarnya, membuat Naomi terkekeh melihat wajah tegas itu terlihat panik. Uhh dia cukup menggemaskan, pikirnya.

"Haha lihat wajahmu, konyol sekali. Sudah sekarang keluarlah, aku akan memanggilmu jika butuh sesuatu." Ucap Naomi membuat Vernando menghembuskan nafasnya lega, dia tersenyum konyol mengira nona mudanya ini benar benar memintanya untuk mandi bersama. Pikiran apa apaan itu.

Naomi melangkah mendekati Vernando yang masih berdiri tegap di depan pintu kamar mandi, badan Vernando menegang saat tangan mulus Naomi mulai bergerak menyentuh dadanya.

"Mungkin kali ini belum, tapi persiapkan dirimu. Aku bahkan bisa meminta lebih padamu dari sekedar mandi bersama." Bisik Naomi yang harus sedikit menjinjitkan kakinya supaya dapat berbicara tepat di samping telinga Vernando.

Naomi makin dibuat puas saat Vernando menegang sempurna, dia kembali mengelus dada Vernando dengan lembut sebelum dirinya masuk ke dalam kamar mandi.

Pintu kamar mandi yang tertutup segera menyadarkan Vernando, dia mengusap kasar wajahhya yang cukup berkeringat padahal rumah ini full pendingin ruangan di segala sudutnya.

"Nona Naomi benar benar bisa membuatku gila jika terus seperti ini." Keluhnya lalu segera bergegas keluar dari kamar tersebut sebelum nonanya itu kembali menggangu dirinya.

os jeketiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang