26. Thank's for being my mother, bund [2/2]

540 60 10
                                    

Tepat pukul 12 dini hari Anin keluar dari kamarnya, membawa tas punggung besarnya dan diam-diam keluar dari rumah. Rencananya berhasil, dirinya tidak ketahuan siapapun saat keluar tadi.

Setelah berhasil kabur kini Anin malah bingung harus kemana, dia masih amatiran sehingga Anin lupa membawa perlengkapannya seperti hp, uang dan dompet. Sekarang dia cuman bisa lontang lantung menyusuri jalan, yang penting dia udah dapet keren nya dulu soalnya berani minggat dari rumah.

Dua jam jalan tanpa tujuan ternyata sangat melelahkan, kaki Anin sudah tak sanggup lagi untuk berjalan. Gadis ini memutuskan untuk ngaso dulu di pinggiran jalan. Anin baru sadar ternyata sepi banget disini, gak ada kendaraan yang lewat satupun dari tadi. Karena takut sepi jadi Anin kembali berjalan mencari tempat untuk bisa istirahat yang lebih meyakinkan. Dari arah berlawanan nampak dua pria berjalan kearahnya, Anin menunduk tak berani menatap dua pria yang tampangnya tidak menyakinkan itu.

"hei mau kemana neng?"

Anin mengumpat dalam hati saat tangannya di pegang kala berpapasan dengan kedua orang tadi, segera dia menepis tangan lancang itu.

"bukan urusan mas nya, permisi." ucap Anin sok berani, dia langsung meneruskan langkahnya. Tapi dua pria itu terkekeh dan kembali mengejarnya.

"sendirian aja neng, ini udah malem loh. Tiati banyak orang jahat disini, mending ikut abang aja yuk."

Anin mempercepat langkahnya, tak mau meledani dua orang ini. Tapi nasibnya buruk, dua orang ini bukan orang baik-baik. Mereka punya niat jahat kepada Anin.

"heh serahin duit lo, buruan!"

"gue gak punya, kalo mau duit kerja dong."

Keduanya terkekeh mendengar jawaban Anin. Salah satu dari mereka memegangi kasar tangan Anin, sedangkan yang satunya mengambil tanya dan menyeluarkan semua isinya. Bukannya Anin mau sok berani tapi nyatanya memang dia gak bawa duit, kalo bawa mungkin sudah dia pakai buat nyewa hotel biar gak ngegembel kayak gini.

"ck beneran gak ada duitnya nih cewe bang." satu yang tadi bertugas menggeledah isi tas Anin, pria yang memegangi Anin ini berdecak kesal.

"miskin amat sih lo."

mata Anin berputar malas, belum tau aja lo setajir apa bunda gue, batinnya kesal.

"HEI! lepaskan putri saya!"

Semuanya tersentak kaget, Anin terkejut mendengar suara yang begitu dia kenal. Di lihatnya kebelakang rupaya benar sang bunda sudah berdiri ketakutan disana.





......







'flashback on'

Naomi memangku Anin kecil sedangkan disampingnya ada sang suami yang tengah menyetir, mereka berada dijalan menuju ke Bandung tempat tinggal kedua orang tua Naomi. Ketiganya datang ke Bandung dalam rangka ingin mengunjungi orang tua Naomi yang katanya sudah rindu dengan cucu tergemasnya itu. Jalanan cukup sepi karena hari sudah malam, memang Ver sengaja pergi malam-malam gini karena tidak mau kena macet yang bisa bikin stress tingkat dewa.

Saat sedang fokus dijalan tiba-tiba saja ada yang melompat didepan mobilnya, untungnya Ver masih sempat menginjak rem sehingga tidak menabrak orang tersebut.

"hih sembarangan banget sih nih orang." dumel Ver, dia berniat keluar untuk melihat keadaan orang tersebut apakah terluka atau tidak namun Naomi menahannya.

"jangan Ver, mungkin aja itu orang jahat."

Ver terkekeh lalu mengelus rambut sang istri dengan lembut, "jangan khawatir, kamu tunggu disini sama Anin ya bentar kok." ucap Ver dan tetap keluar dari mobil. Naomi menghela nafasnya panjang dan tetap tidak rela sang suami keluar, dia merasa ada yang tidak beres dengan orang tadi.

os jeketiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang