Helaan nafas panjang keluar dari bibir merahnya, kembali dia menatap gadis yang berdiam melamun seorang diri di bawah pohon. Sebenarnya ia amat yakin jika dirinya tidak melakukan kesalahan namun melihat gadis itu yang sebelumnya suka menyendiri menjadi kian amat suka menyendiri bahkan ditambah dengan lamunan kosong membuat hatinya sedikit tak tega.
"Lo liatin apa sih?" Tegur Dey, teman sekelasnya membuat Mira berhenti memandang lalu tersenyum tipis sembari menggeleng. "Makin aneh aja tuh anak, diem-diem sendirian mulu." Lanjut Dey begitu ikut mengarahkan pandangannya pada object yang tadi Mira lihat.
"Padahal aslinya anak itu cantik loh, cuman kok kayak anti sosial gitu ya. Tiap di ajak ngobrol suka gak jawab dan malah pergi gitu aja. Sombong banget." Tambah Eli diikuti anggukan setuju oleh Dey.
"Lo berdua jangan ngomong sembarangan deh, udahlah gue mau ke toilet dulu." Ucap Mira entah kemana malah terdengar kesal.
Dey dan Eli saling pandang kemudian mengangkat bahu acuh saat teman mereka pergi. Memilih untuk kembali melihat ke arah Chika sambil sesekali mereka berdua bergunjing hal-hal aneh.
Mira cukup terkejut saat keluar dari bilik toilet tak sengaja berpapasan dengan Chika yang baru saja masuk ke dalam toilet. Keduanya bertukar pandang sekilas lalu berusaha kembali sok acuh satu sama lain. Chika rupanya hanya ingin membasuh wajahnya saja, diikuti Mira yang akan mencuci tangan. Keduanya berdiri berdampingan di depan wastafel.
"Ehemm..."
Deheman canggung Mira lakukan demi mendapat sedikit rasa nyaman meski sebenarnya itu tidak terlalu membantu. Chika tetap tak melirik sedikitpun kearahnya seolah memang tak mengenal satu sama lain.
"Lo harus bisa lupain ayah gue."
Chika mengangkat wajahnya, menatap Mira dari pantulan kaca didepannya. "Itu urusan gue, gak usah ikut campur."
"Cihh tapi lo terlihat menyedihkan. Apa lo sadar orang-orang pada ngomongin elo. Ck apasih masalah lo huh? Lo cantik, lo pinter, lo sempurna. Banyak cowo yang suka sama lo, lo bisa hidup bahagia kalo lupain rasa salah lo ini ke ayah gue."
Chika terkekeh pelan, "Berhenti bersikap seolah lo paham apa yang gue rasain." Sengaja menabrakkan bahunya saat melewati Mira.
.
Mira keluar dari taxi setelah membayar ongkosnya, masuk ke dalam lobby besar itu dan sesekali membalas sapaan dari para karyawan ayahnya.
"Hai Mira.."
Mira menoleh dan mendapati sekretaris ayahnya menghampirinya. Wanita muda yang begitu ramah dan selalu bersikap baik kepadanya.
"Kak Natalie, ayah ada di ruangannya?" Tanya Mira sembari melangkah beriringan dengan wanita muda itu.
"Hmm pak Naoki sedang berada di luar Mira."
"Heh? Ayah kemana?"
"Tadi beliau ada jadwal bertemu dengan client, mungkin satu atau dua jam lagi baru kembali ke kantor."
Mata Mira memicing tajam, "benar-benar dengan client?" Ada intonasi tak percaya dalam ucapannya. Tentu saja ada kecurigaan dari Mira, bisakah ia kembali mempercayai ayahnya yang sudah berjanji itu?
"Hah? Maksud kamu?"
"Ahh gak papa kak, lupain aja. Kalo gitu aku pulang aja."
"Gak mau menunggu di ruangan pak Naoki aja?"
"Gak deh kak. Yaudah nanti bilang aja ke ayah kalo aku mampir ya kak, bye kak Nat."
"Hati-hati di jalan ya Mira."
KAMU SEDANG MEMBACA
os jeketi
Short Storyo.. o.. o.. os aja ya kan... oneshoot pairing jkt-an yang kebanyakan tentang veomi.