Bagian 1

3.7K 340 6
                                    

WARNING!!!

Mungkin nanti ff ini mengandung unsur2 yang kurang menyenangkan, di harapkan para readers tercinta mampu menyikapinya dengan bijak!

Tidak di peruntukan yang masih di bawah umur!

Khusus +18 ke atas.

Yang masih di bawah umur mohon untuk back aja!!

Sekian!

(Hati-hati typo)


Sebelum baca cerita alangkah baiknya readers tercinta mentaati rules yang qw buat di atas👆👆👆







.

.

.

.

.

.

Jaejoong memutuskan untuk membolos untuk  ke sekian kalinya, dirinya sudah sangat terbiasa dengan yang namanya hukuman, paling-paling ia akan di ceramahi atau membersihkan toilet yang paling parah mungkin hanya di skorsing dan mendapatkan surat panggilan wali murid.

Dengan begitu ibunya akan tau di mana anaknya bersekolah, dari dulu jaejoong mengharapkan kehadiran ibunya untuk menghadiri acara2 di sekolahanya namun tak sekali pun datang, jika dengan surat panggilan bisa membuat ibunya  datang kenapa harus takut?   paling tidak ia bisa membuat ibunya itu mendatangi sekolahnya karena dia, betul bukan??

Duduk termenung sendiri di taman kim jaejoong memandang lurus ke seberang sana di mana ada sebuah sekolah taman kanak-kanak,di lihatnya beberapa anak sedang bermain bola dengan tawa riang mengingatkanya dengan tawa sang adik kim minsoo yang telah tiada karena kesalahannya, penyebab kehancuran keluarga dan dirinya, menghilangnya sang adik karena keteledoranya menyebabkan adiknya kehilangan nyawa. Benar kata ibunya ialah penyebab semua masalah, ia hanya anak pembawa sial.

Duk

Sebuah bola menggelinding mengenai kakinya, mengejutkan jaejoong dari lamunannya.

Seorang bocah laki-laki berlari menyeberang jalan mengejar bola yang lari ke arahnya tanpa melihat kanan-kiri, dari arah kanan sebuah motor melaju dengan cepat. Jaejoong  sadar akan bahaya yang mengancam bocah kecil tersebut, diapun segera berlari menyongsong tubuh kecil sang bocah, merengkuhnya dalam pelukan erat dan menjadikan tubuhnya sendiri tameng dari kerasnya benturan jalan raya.

Mengabaikan luka di pipi sebelah kiri dan kedua sikunya, jaejoong segera melihat ke arah bocah yang ada di dekapan nya.

"Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka? Apa ada yang sakit? Ku mohon katakan sesuatu!! " jaejoong ketakutan setengah mati, peristiwa barusan seperti membuka luka lamanya kembali.

Dulu ia masihlah seorang anak kecil saat adiknya yang seumuran dengan bocah dalam rangkulanya ini terseret arus ombak ia tak mampu membantu apalagi  menolong.

Jaejoong kecil hanya mampu berlari berteriak memanggil kedua orang tuanya untuk membantu sang adik yang sudah hilang di telan ombak.

Anak yang ada di depanya bingung dengan jaejoong, dirinya tidak apa-apa kenapa kakak di depanya ini malah menanyainya, padahal menurutnya sang kakaklah yang perlu segera di tolong karena luka-luka di tubuhnya.

"Minki tidak apa-apa kak terima kasih sudah menolong minki, kakak harus segera di obati pipi kakak berdarah" ujar bocah yang bernama lengkap ko-minki pada nametag seragamnya.

Bukan salahku ( END ✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang