Wattpad and Chill 18🚫

Trophy Wife [Jeon Jungkook] pt. 1

Apa yang menjadi impian bagi seorang wanita? Be a trophy wife. Menjadi seorang istri idaman yang dicintai keluarganya. Aku ingin menjadi salah satunya, walau mungkin dengan masa laluku yang tidak begitu baik. Aku sudah kehilangan syarat utama menjadi istri idaman-keperawanan. Tetapi, apa hanya karena itu aku tidak bisa menjadi salah satunya? Aku telah mencoba memperbaiki diriku. Tetapi, aku masih saja gagal. Padahal, selama 23 tahun terakhir, aku dipuja para lelaki.

Namaku, Kim Nayoung dan aku adalah wanita yang sudah menikah. Aku menikah sudah hampir tiga bulan dengan seorang pria, anak teman ayahku yang beberapa minggu lalu meninggal dunia. Yah, aku memenuhi permintaan ayah suamiku yang terakhir, menjadi istri anaknya. Banyak orang yang tidak percaya aku sudah menikah. Mereka berfikir, aku tidak akan menikah. Ya, karena dulu aku punya terlalu banyak pria yang dekat denganku. Sebagai partner seks.

Yah, aku tau aku menjijikkan. Tapi, aku sudah berubah. Aku bukan lagi Nayoung yang dulu. Aku sudah menjadi wanita yang baik. Aku mencoba. Tolong, jangan nilai aku karena masa laluku.

Aku melepaskan semua karirku, hobiku, kebiasaan burukku, setelah aku benar-benar akan menikah. Aku menghapus semua kontak pria-pria yang sering kutemui dan aku hanya fokus pada calon suamiku. Pria yang ayahnya begitu baik padaku. Bahkan hingga akhir hayatnya. Dan, yah, aku benar-benar menikah. Di sebuah acara yang tidak terlalu mewah, di depan Tuhan kami bersama-sama mengucap sumpah setia sampai mati.

Walaupun, aku tidak mengenal suamiku sendiri. Ya, aku baru bertemu dengannya sebulan sebelum kami menikah. Tidak ada kencan atau apapun. Kami hanya bertemu dua kali sebelum menikah. Aku sudah sangat malu dengan masa laluku yang tak baik, tetapi dia mau menikah denganku tanpa syarat apapun. Dan itu sangat mulia. Aku menghormati dengan sangat keluarga suamiku yang begitu baik.

Yah, itu awalnya. Hingga aku benar-benar menjadi istrinya. Tepat di mana semua orang tidak melihat. Aku dan dirinya. Asing.

Suamiku, namanya Jeon Jungkook. Ah, jangan tanya tentang bagaimana parasnya atau postur tubuhnya atau fisiknya sekalipun. Dia sangat dapat disandingkan dengan pria-priaku dulu. Dia begitu tampan, senyumnya manis dan di depan semua orang dia adalah pria yang benar-benar dewasa dan bertanggung jawab. Tapi saat di depanku, hanya ada satu kesan. Dingin. Yah, kami bahkan tidak bicara selama tiga bulan terakhir. Aku dengannya, hanya seperti hubungan berdasarkan kertas.

Kami tidak bicara, kami tidak bersama, bahkan kami tidak bercinta seperti layaknya suami-istri. Ya, aku tidak pernah di sentuhnya. Sekalipun. Aku sendiri merasa sedih, tak sekali atau dua kali aku mengajaknya bicara. Setidaknya aku ingin tau kesalahanku. Tapi, tiada respon. Hanya gerak mata saja. Dia, seakan membenciku, tetapi terjebak bersamaku.

Mungkin dia tau tentang masa laluku, dan dia jijik. Tapi, semua itu bagiku bukan masalah. Karena, dia tak jauh berbeda denganku. Aku mungkin terlalu banyak tidur dengan pria sehingga salah satu temanku adalah sahabatnya. Dan, dia berkata kalau Jungkook, tak beda jauh denganku. Dia juga suka bermain wanita. Dan mengabaikanku, seperti bukan karena alasan aku tidak menarik atau karena aku tidak suci.

Aku berkali-kali mencoba membangun hubungan baik dengannya. Dan selalu gagal. Aku bukan tidak bisa marah, tapi... aku sudah berjanji pada Ayahnya. Aku tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Dan... aku akan berusaha terus untuk tetap menepatinya.

Hubungan kami seperti aku adalah orang asing yang menumpang di rumahnya. Atau mungkin sebaliknya. Setiap minggu dia memberiku uang-itupun dengan hanya menaruh di meja makan tanpa berkata apapun-sebagai uang makanku. Aku tidak punya uang lagi untuk berbelanja atau apapun, jadi aku berhemat dengan uang pemberiannya.

Dia tak pernah makan di rumah. Setidaknya hanya dua kali dalam sebulan. Yah, aku bersungguh-sungguh. Seharian dia pergi dan dini hari dia pulang. Setelah bangun tidur dan mandi dia langsung saja pergi tanpa sarapan. Hanya di waktu-waktu yang tak tentu, dia akan sarapan di rumah. Hanya sarapan, tidak yang lain.