"Mwoya~Seungcheol Hyung. Sudah kubilang jangan mulai lebih dulu, kan?"
Itu suara Jeon Wonwoo.
Rasanya, suara itu seperti anugrah sementara. Suara yang mungkin akan membawa petaka dalam waktu dekat.
Park Siyeon, gadis yang bahkan usianya belum sampai ke angka 20 itu sedang menerka-nerka, berapa kemungkinan dia masih selamat setelah ini. Sepuluh persen? Lima persen? Satu persen? Berapapun itu, kemungkinan ia keluar tanpa luka-luka itu sangat tidak mungkin.
"Maaf, Wonwoo-ya. Kau tau, kan? Dia kesukaanku dulu." Priaㅡyang di panggil oleh pemimpin mereka sebagai Seungcheolㅡitu tertawa kecil, ia membalik tubuh Siyeon menghadap pintu, memeluk perutnya santai dan memasang wajah menggelikan di atas bahu Siyeon. "Wajar jika aku merindukannya,"
Suasana ruangan yang senyapㅡwalaupun berisi banyak penghuni itu membuat Siyeon ketakutan. Ia sama sekali tak ingin menatap lurus ke depan, walau ia tau baru saja datang tiga orang, termasuk Jeon Wonwoo. Salahnya tidak menghitung dengan benar. Lengkaplah sudah, delapan orang pria tampan berhati busuk. Gadis itu hanya menatap lantai, sesekali menghentikan tangan si Seungcheol yang ingin menyentuh dadanya.
"Oh, jadi ini si Siyeon nuna itu." Seseorang mendekat padanya. Seseorang dengan aksen kentara itu sudah dapat ditebak siapa. Siyeon sama sekali tak mau menatap, ia takut. Otot lengan yang besar itu pasti sanggup membuatnya terpental. "Hei, kau membuat kami repot, kau tau?" Ia sering melihat pria ini lalu-lalang di club. Tapi pekerjaannya bukan sepertii Soonyoung, atau Seungcheol. Kalau tidak salah, dia adalah Daddy for prostitutes.
"Maafkan aku," Dalam hati Siyeon bertanya-tanya apakah kesalahannya. Karena dia tidak pulang semalam? Dia rasa itu bukan masalah besar.
Seseorang lagi datang mendekat. Bukan Jeon Wonwoo. "Hyung, lepaskan dia sebentar, aku harus bicara dengannya."
Siyeon sangat kenal dengannya. Dia penanggungjawabnya. Kwon Soonyoung. Dan Seungcheol yang sejak tadi menggerayangi tubuhnya, sukarela melepaskannya. Ajaib?
Siyeon pelan-pelan mengangkat kepalanya, menatap mata sipit yang memincing itu. Ada sesuatu yang membuat Siyeon merinding setelah melihatnya.
Satu detik setelah itu,
Plak!
Sebuah tamparan melayang ke pipi gadis itu. Tamparan keras yang kontan membuat air matanya keluar dan pipinya berdenyut cepat. Belum selesai, surai hitam gadis itu ditarik keras olehnya. Mau tak mau Siyeon harus menatap matanya dengan mata basah. Kepalanya Iangsung berdenyut sakit karena bukan main kerasnya rambut panjang itu di tarik. Terlihat tatapan kemurkaan dari Soonyoung yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia benar-benar dalam masalah besar.
"Ucapkan pembelaanmu!" hardik Soonyoung, diselingi lirikan tajam pada bagian atas tubuh Siyeon yang terbuka. Siyeon bingung. Pembelaan? Apa kesalahannya? Dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Selama ini ia selalu menurut dengan keinginan mereka. Lalu apa?
Siyeon memutar matanya takut, menatap setiap orang yang ia bisa. Setiap tatapan yang ia perhatikan, ia tak menemukan jawaban. Semua cenderung, tak ingin ikut campur. Genggaman Seungcheol terhadap tubuhnya juga sudah melonggar. Ia tak tau kesalahannya, dan ada perasaan kesal dimana ia tak pantas dihukum. Namun ia takut jika terlalu berani membantah. "Aku salah apa?" alhasil Siyeon berucap, namun suaranya yang gemetar itu tak menghasilkan apapun kecuali amarah yang semakin meluap dari Soonyoung.
"Salah apa katamu?"
Sekali lagi sebuah tamparan melayang ke pipinya, Siyeon jatuh ke tersungkur ke lantai. Belum selesai penderitaannya, pria itu menghadiahkan sebuah tendangan ke wajahnya, perutnya, kakinya. Dia tak berhasil sekalipun saat mencoba menghalangi tendangan dari Soonyoung. Hanya dapat merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tersungkur ke dalam rasa sakit di mana bagian tubuhnya yang baru saja dipukul itu berdenyut keras. Ke tujuh pria lainnya hanya diam, sama sekali tak membela ketika seorang gadis tengah dipukuli. Mereka hanya menonton, lebih parah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...