Tidak ada hari tanpa suara bising dan kesibukan terjadi di tempat itu. Para penghuninya seperti sudah biasa, dengan aroma asap tembakau terlalu keras tercium di mana-mana, banyak orang berlalu lalang dengan urusan mereka masing-masing. Sudah menjadi hal yang awam jika mereka yang berada di tempat itu selalu dalam mode tidak senang, karena bagi para pegawai maupun pengunjungnya, mereka sama-sama lelah dengan kehidupan yang tidak pernah tenang.
Seorang pria usia pertengahan 30 tahun di antara kerumunan orang banyak tadi menerobos untuk mencapai sebuah meja di bagian dalam ruangan. Kehadirannya di tempat itu cukup menarik perhatian, terutama bagi mereka yang mengenalinya. Ia langsung saja menjadi pusat perhatian bahkan ketika ia sama sekali tidak berniat untuk melakukan sesuatu yang banyak di sana.
"Bukankah kau cuti?" seorang pria dengan wajah garang akibat bulu-bulu halus yang tumbuh memanjang sepadan dengan rambutnya yang terikat mendekati pria itu. Cara bicara mereka cukup santai, mengingat mereka seumuran.
"Benar." Sahut si pria itu. Dilihat saja, ia sedang buru-buru. Ketika ia sampai pada meja tujuannya, ia langsung membuka laci tanpa ragu. Itu bukan hal yang salah karena meja itu sebenarnya adalah meja kerjanya. Tempat ini juga tempat kerjanya.
"Lalu mengapa kau di sini?"
"Hanya ingin mengambil dompet. Ketinggalan semalam."
Seseorang dengan perawakan lebih segar bergabung, pria awal usia 30 yang juga mempertanyakan kehadiran pria itu.
"Hyung, bukankah kau cuti?"
"Memang. Hanya mengambil dompet."
"Apa ingin menemui wanita itu?" si paling muda itu bertanya lagi, kali ini dengan nada usil dan langsung disambut oleh tepukan setuju oleh si rekan berambut panjang.
"San-a, tidak perlu bertanya. Itu sudah sangat jelas. Seperti kau tidak pernah melihatnya berlibur untuk wanita itu saja."
Pria itu hanya tertawa ketika ia sedang digoda oleh kedua rekan kerjanya itu. Ia tidak menolak, karena memang pernyataan dari keduanya itu benar. Dia memang sedang cuti untuk melakukan sesuatu bersama seorang wanita. Sama seperti yang dilakukannya selama beberapa bulan belakangan.
"Dia menghabiskan cuti kerja yang ditabungnya bertahun-tahun untuk menemui wanita muda. Luar biasa sekali, kan?"
"Joohyun noona cemburu tidak, ya?"
"Choi San, jaga ucapanmu." Pria itu berwajah serius, "aku tidak selingkuh. Kalian paham?" dengan penuh semangat ia berucap dengan mengarahkan sudut dompetnya pada kedua pria itu, namun raut gembira tak butuh waktu lama untuk mengambil alih keseriusan itu.
"Hyung, kalau begitu carikan aku juga seorang wanita. Sebenarnya yang seperti itu adalah tipeku." Si termuda kembali menggoda.
"Kau cari sendiri saja. Gunakan wajah mulusmu itu untuk memikat salah satu." Ucap si pria sambil menepuk-nepukkan dompetnya pada wajah rekannya. "Aku pergi lagi. Dia sedang di rumah sakit."
"Oke. Hati-hati."
Setelah berhasil kabur dari kedua teman yang menjengkelkannya itu, ia kembali pergi. Seraya mengencangkan kembali jaket kulit yang ia kenakan, pria itu bergegas kembali ke tempat parkir dan menghampiri motor yang beberapa menit lalu ia tinggalkan di sana.
Bisa dikatakan jika hari ini ia sibuk. Benar, banyak sekali hal yang harus ia urus. Setelah pagi-pagi buta ia pergi ke rumah sakit dan mengurus banyak hal di sana, hari ini ia juga harus pergi ke tempat lain untuk menjemput seseorang.
Hiroto Amamiya. Nama yang aneh untuk seseorang yang memegang kewarganegaraan Korea Selatan. Memang benar, itu nama yang tidak biasa. Nama itu adalah nama pemberian ayahnya yang memegang kewarganegaraan Jepang. Meskipun begitu Hiroto memilih untuk tinggal di sini sebagai warga sipil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...