Ada masa di mana, semua orang merasa bahwa mereka adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia. Pemikiran itu cukup egois, karena tidak ada seorang pun manusia yang sempurna. Namun, pada dasarnya perasaan hancur akibat ketidakberuntungan yang datang itu membuat seseorang terjatuh pada titik terendahnya.
Cerita ini adalah tentang dia, seorang wanita yang hidup dirundung ketidakberuntungan atas kejamnya dunia.
.
.
.
.
.
"Kombae!"
"Kombae!"
Dentingan gelas disusul oleh tawa kecil dan suara air yang turun melewati kerongkongan, sebagian orang menganggap hal itu begitu menyenangkan seakan semua rasa penat terangkat dari atas bahu. Berbaris botol-botol kosong telah diturunkan dari meja, digantikan oleh yang masih terisi penuh dan siap untuk dikosongkan lagi. Makanan ringan juga hampir seluruhnya dikunyah. Namun, hal yang paling jelas terlihat adalah menguapnya kesadaran orang-orang yang mengelilingi meja.
Sebuah kedai di pinggir kota Seoul sangat ramai oleh para pekerja kantor hari ini. Separuh dari pengunjung adalah karyawan dari perusahaan yang sama. Mereka datang untuk merayakan ulang tahun seseorang. Baik sekali karena si pemilik hari menraktir semua orang termasuk bossnya sendiri. Lebih baik lagi karena semua yang diundang menyempatkan diri untuk hadir, tidak pandang mereka atasan atau bawahan. Suasana menjadi sangat ramai dan menyenangkan.
Do Haneul, wanita 25 tahun itu adalah salah satu dari karyawan yang diundang. Ia hanya seorang wanita biasa yang tinggal sendiri dan menghabiskan waktunya untuk bekerja. Ia menyukai waktu berkumpul dengan orang-orang seperti saat ini, karena pribadinya yang cukup pemalu dan sulit memulai pembicaraan itu bisa dilatih di situasi santai seperti ini. Namun karena posisi duduknya saat ini, kebiasaan pendiam itu tidak bisa ia hentikan.
"Haneul-ssi, kau tidak minum?"
"Ah, tidak Manager Kim. Saya tidak kuat dengan minuman beralkohol." Wanita itu menjawab sedikit menyimpang dari kenyataan. Sebenarnya dia bisa cukup toleran pada minuman beralkohol, namun ada beberapa alasan lain yang membuatnya tidak ingin meminum apapun.
"Ayolah, tidak akan masalah kalau hanya satu gelas, kan?" ucap pria di sampingnya dengan ekspresi yang sangat sulit ditolak. Haneul menundukkan kepalanya untuk berpikir sejenak, sekaligus melirik kecil ke arah lain untuk mengetahui tanggapan seseorang.
Ada beberapa saat di mana Haneul melayangkan pikirannya untuk beberapa ingatan. Ia cukup terganggu ketika mengingat itu, jadi ia langsung mencoba kembali pada kenyataan. Si pria di samping masih menunggu jawaban, sehingga ia harus menjadi karyawan yang baik untuk menjawabnya. "Ah, iya. Manager Kim."
"Kalau begitu minumlah. Tidak perlu takut, aku yang akan membayarnya."
"Iya,"
Meski ia terbayang akan seseorang, ia lebih mengutamakan situasi saat ini. Manager Kim, pria itu adalah orang yang ia kagumi. Ia tidak mungkin menolak jika pria itu sudah berkata sedemikian baik padanya. Hanya untuk mementingkan diri sendiri atau orang lain yang tidak peduli padanya, lebih baik ia mengutamakan pria itu bukan?
"Haneul-ssi, bagaimana perasaanmu saat ini? Apa kau sudah mulai terbiasa bekerja di perusahaan?"
"Iya, Manager Kim. Saya sudah bisa menyesuaikan diri."
"Aku melihat perencanaanmu. Semakin lama kau terlihat semakin baik. Costumer sepertinya selalu puas."
"Tidak begitu, Manager Kim. Semuanya berjalan baik karena tim yang solid. Juga Chief kami yang sangat berbakat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...