"A-ah! Hyunjin-a...."
Sebisa mungkin gadis itu berusaha mempernyaman dirinya, namun semakin ia berusaha ia semakin merasa tidak mampu menikmati. Tangannya bergerak tidak tentu, meremas apapun yang mungkin bisa ia sentuh. Ia merasa perlu pelampiasan, namun tidak ada apapun yang bisa ia lakukan. Lehernya mendongak ke atas, membiarkan setiap kulit di bagian itu dapat dijamah dengan mudah. Mulutnya tidak bisa berhenti mengaduh ataupun mengeluarkan desahan. Belum lagi dengan sepuluh jemari yang sedang berjalan-jalan mengitari lingkar tubuhnya. Menyentuh dengan suntikan stimulan yang membuat darahnya mendesir lebih cepat.
Telinganya merasa kegelian, akibat deruan napas yang menjalar tiap kali ada sentuhan di lehernya. Belum lagi karena suara kecapan erotis yang tercipta atas sentuhan itu. Telinganya tergelitik, namun seluruh tubuhnya bergetar.
"Hyunjin-a..."
Tidak banyak yang bisa gadis itu ucapkan karena setiap kali ia berucap, sedetik kemudian ia kembali terjajah oleh ciuman panas. Nafsu memburu di setiap ciuman itu. Sebenarnya ia mampu mengimbangi nafsu yang coba dialirkan oleh lawan bermain, tetapi euforia dalam dirinya berkecamuk sehingga ia tak sanggup memberikan banyak usaha.
Sedikit banyak si lawan mulai terbiasa, menikmati sentuhan tempo cepatnya dan ingin segera menambah kegerahan yang ia rasakan. Namun berbeda sekali dengan si gadis. Ia hanya terus-terusan gugup, berkeringat dan ketakutan. Padahal sebelumnya ia sudah yakin bahwa ia sanggup untuk melakukan hal ini, namun nyatanya eksekusi tak semudah ekspektasi.
Ketika tangan-tangan itu mulai nakal, mencoba menyusup ke bawah kain yang menurutnya menggangguku, si gadis berontak kecil. Dia belum siap. Ia segera menjauhkan tangan itu, meski tiada kesempatan untuk menghentikan ciuman. Walau berhasil menjauhkan tangan itu, ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan karena lagi, tangan itu menyusup masuk dengan paksa bahkan mengakhirinya dengan sebuah remasan kecil di dadanya.
"Ah!" dengan segala kekuatannya, ia mendorong tubuh yang menginvasinya beberapa menit terakhir itu dengan keras, melepaskan seluruh kontak fisik penuh gairah barusan. "Hentikan! Hyunjin-a... Hentikan...." suara lirih di antara napas tidak teraturnya terdengar menyedihkan. Sudut matanya basah, menangis. Entah mengapa ia melakukan itu. Hal yang pasti adalah kini si lawan bermain tidak lagi berekspresi baik.
"Kenapa?"
Hanya sepatah kata yang keluar darinya, si pemuda yang begitu bersemangat tadi kini seperti tengah muak. Ia mengacak pinggang, sedikit lebih baik karena sudah mendapatkan ritme napasnya kembali.
Sebaliknya, ketenangan sama sekali tidak menghinggapi si gadis. Ia kini meremas seragamnya yang tak lagi rapi, menangis takut dan tak berani mengangkat wajahnya. Jangan lupa, dia masih punya tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan.
"Aku... Aku tidak sanggup melakukannya... Ma- maaf."
Cih.
Suara decih yang terdengar setelahnya entah mengapa membuat sang gadis semakin sedih. Ia hanya merasa semakin bersalah, tidak bisa berbohong soal perasaannya yang kini seperti tengah dipermainkan.
"Maafkan aku, Hyunjin-a. Aku tidak sanggup..."
"Kalau kau tidak sanggup maka kau tidak perlu mengangguku lagi."
"Kau... Kau memutuskanku?" spekulasi ini jelas segera bisa ditarik menjadi kesimpulan, mengingat bagaimana ekspresi pemuda bernama Hyunjin ini menatapnya.
"Sejak awal aku hanya setuju mengikutimu karena kau mengatakan kau sanggup dengan apa yang aku inginkan. Karena kau menarik kata-katamu, bukankah berarti aku juga bisa melakukannya?"
"Kau brengsek."
"Kau yang melibatkanku sejak awal. Bukan salahku kalau kau yang akhirnya terluka. Benar 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Hayran Kurgu🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...