"Ahh!"
.
.
.
.
.
"Tunggu-ahh!" Napas adalah satu-satunya hal yang ia butuhkan saat ini. "Ah- ahh! Please. Pelan... Ah!"
Sudut mata sayu itu basah karena air mata yang menetes tanpa ia sadari. Tak hanya mata, baik wajah, tangan, atau mungkin tubuhnya, seluruhnya basah. Tentu saja pelakunya bukanlah lagi air mata.
Lengannya bergetar hebat, menahan beban tubuhnya sendiri, tak mampu bertahan lebih lama lagi karena rasa luapan-luapan di dadanya membuatnya sesak. Desir aliran darahnya menjadi tidak lancar, akibat tak cukup oksigen yang bisa diangkut setiap kali peredaran dilakukan.
Wanita itu memohon ampun, butuh sedikit waktu istirahat karena sebagian besar tubuhnya telah mengalami malfungsi. Namun yang ia dapatkan tak jauh lebih indah dari sebuah sapaan hangat lima jari panjang di bokongnya.
Plak!
"AHH!" Rasa sakit akibat tamparan itu sungguh tak bisa ia tahan, ia menangis namun tak mampu melawan.
"Sudah bilang kau tidak boleh bersuara. Atau kau mau mulutmu aku sumpal?"
Suara lebih rendah terdengar dibalik tangisannya. Lagi-lagi ia mendapat peringatan karena telah melanggar peraturan. "Ahh!" Sekarang si pemilik suara rendah yang bersuara. Mendesah tak karuan, bersamaan dengan suara kulit saling bertemu secara kasar.
Plak!
"Ahh!"
Sekali lagi ia menampar bokong wanitanya, dan wanita itu kembali mengerang kesakitan. Bokongnya sudah memerah, bahkan memiliki bekas tapak tangan yang cukup jelas, terasa begitu nyeri. Namun tiada yang bisa mengalahkan rasa sakit pada kewanitaannya, yang sejak tadi menjadi bulan-bulanan sang pria. Pria yang tak mudah puas hanya dengan sekali permainan.
Sang wanita tak mampu lagi menahan beban tubuhnya, lengannya lunglai begitu saja sehingga wajahnya jatuh ke tempat tidur, seakan ia sedang bersujud. Namun, ya, prianya tidak akan berhenti mengejar keinginannya hanya karena si wanita merasa tak kuat lagi.
"Ahh, fck. Kau benar-benar lezat, sayang." Ia menggerakkan tubuhnya menuju kepuasan yang hanya bisa ia temukan dalam tubuh si wanita. Merasa kesulitan karena sang wanita tak lagi memberikannya posisi yang tepat, ia tak mau diam saja. "Kemari," pria itu menarik tubuh sang wanita, memaksanya duduk di antara kedua pahanya demi sebuah kenikmatan yang belum membuatnya puas.
"Aku tidak sanggup lagi.." Lirih suara sang wanita terdengar ketika tubuhnya dipaksa untuk duduk tegap di atas persatuan tubuh mereka.
Pria itu memeluk dari belakang si wanita. Menciumi bahunya yang mulus nan menggoda, mengabaikan keringat yang setengah kering di sana. "Belum sayang, aku belum puas." Ia menarik dagu sang wanita untuk menatapnya, meskipun posisi mereka tak berhadapan. Ia memeluk erat tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu, menahannya agar tidak kembali lunglai ke kasur. Mata sayu dari sang wanita tak membendung nafsunya untuk mendapatkan bibir ranum yang menggoda.
"Mmhh..." Si wanita mengeluh karena tak sadar, terkejut karena bibirnya sudah diraup begitu saja oleh sang pria.
"Hehe," tawa kecil terlukis di wajah horny-nya. Kemudian tanpa aba-aba ia kembali menggerakkan pinggulnya naik turun, sambil menahan pinggul si wanita untuk tidak bergerak terlalu jauh dan melepaskan persatuan mereka. "Ahh... Sayang. Ahh!"
Si wanita tak berdaya hingga ia hanya bisa menahan desahan oleh himpitan-himpitan yang terjadi. Lawannya begitu bernafsu dan ia tak punya kuasa untuk melawan, "ahh... Tolong. Aku sudah tak sanggup..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...