Egregious 3.0 [Kim Wooseok; Kim Rowoon]

5.2K 118 35
                                    

Aku menyesal.

Seharusnya aku tau untuk tidak terlibat lebih banyak dengan seorang Kim Rowoon. Proyek kami bahkan belum dimulai, tetapi aku sudah merasakan air maninya melewati kerongkonganku secara paksa. Semestinya aku tau untuk tidak lagi berada di dekatnya. Tetapi kebodohanku termakan oleh ucapannnya membuatku lagi-lagi menyesal. Mengapa aku sebodoh ini?

Aku tidak bisa lagi melukiskan rasa sakit yang aku rasakan. Mataku berkunang-kunang, karena dominasi rasa sakit di kepalaku benar-benar setara dengan kiamat. Mungkin penglihatanku juga terganggu akibat air mata yang mengering di sudut-sudut mataku. Tubuhku terasa panas, lengket dan nyeri. Aku tidak bisa lagi merasakan kakiku—yang menahan beban berat tubuh seorang pria. Lenganku dipaksa untuk melentur dengan ditarik sekuat mungkin ke belakang. Kemaluanku merasakan sakit yang luar biasa tiap kali pria beringas itu menciptakan kenikmatannya sendiri.

Rowoon tengah memperkosaku dengan keji. Berapa kalipun aku katakan untuk berhenti, dia sudah tuli. Tubuhku dijadikannya sebuah benda pemuas yang tidak akan pernah bisa bebas. Pria itu tidak hanya menyetubuhiku secara paksa, melainkan juga meninggalkan bekas-bekas luka ditubuhku. Aku tidak bisa lagi menyebutkan bagian mana dari tubuhku yang memar akibat dia yang memukulku kala aku berontak. Kesadaranku menguap, aku hanya ingin semua ini cepat selesai.

Rowoon berbicara sesuatu yang aku tidak mengerti di sela-sela gerakannya. Bicaranya tidak jelas karena dia melakukannya sambil memasuki tubuhku secara kasar. Desahan—yang hanya dirinya sendiri yang menikmati—menjadi penyebab utama aku tidak bisa memahami perkataannya. Selain itu mungkin juga akibat sakit di seluruh tubuhku, aku jadi tidak bisa fokus.

"...pelacur sepertimu......... mainan saja."

Aku tidak bisa mendengar keseluruhan kalimat Rowoon, aku menutup mata untuk mengumpulkan kesadaran.

Entah mengapa aku merasa doaku dijawab terlambat. Ketika Rowoon akhirnya melepaskan tubuhku dari invasi kemaluannya, aku seperti baru saja selesai dipukuli. Aku tidak bisa bernapas lega walaupun dia tidak lagi menyentuhku. Apakah dia sudah selesai? Apa dia sudah orgasme? Atau mungkin saja tubuhku terlalu mati rasa untuk merasakan hal itu.

Beberapa waktu kemudian aku mendengar suara seseorang yang bukan Rowoon. Mereka berdebat, namun aku lagi-lagi tidak bisa mencerna percakapan itu.

"Haneul-ssi? Haneul-ssi?"

Tubuhku tiba-tiba diguncangkan kuat, aku membuka mataku kembali. Sulit rasanya untuk bisa langsung fokus dan melihat siapa kiranya orang yang memanggilku ini. Aku tidak bisa mengenalinya bahkan setelah mencoba.

"Apa yang kau lakukan padanya?"

"Hm? Bukankah tidak perlu kujelaskan? Meskipun sebenarnya kedatanganmu sangat tidak tepat karena kau menganggu sesiku."

"Kau gila, ya? Seharusnya kau tidak perlu seperti ini!"

Sambil mendengarkan orang itu membelaku, aku membiarkan tubuhku yang terlalu lemah dipindahkan oleh orang asing ini. Aku masih belum bisa mengenalinya, bahkan ketika tubuhku diputar dan dibaringkan pada posisi yang benar. Gila, aku merasa tubuhku seperti bekas dicambuk. Seluruhnya terasa nyeri.

"Ayolah, dia hanya seorang pelacur. Aku melakukannya sesuka hatiku," Rowoon berlagak, dirinya santai mesti tubuh tanpa busananya itu dipaparkan begitu saja.

Aku samar melihat kedua pria itu saling beradu mulut tanpa bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Rowoon terlihat hanya tertawa saja, meski si pria yang lebih pendek darinya itu berusaha menyerangnya.

"Baiklah, terserah apa yang kau katakan. aku memanggilmu kesini bukan untuk membiarkanmu memukuliku. Aku ingin berbagi. Baik, bukan? Semenjak kau menyukai pelacurku, aku mengundangmu ke sini."

Wattpad and Chill 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang