"Sebenarnya aku tadi mencarimu ke apartemen. Pasta gigiku habis jadi aku ingin meminta milikmu. Tapi kau malah belum pulang. Jadi aku kembali ke café untuk memeriksamu. Benar-benar! Lain kali kau dengarkan aku kalau aku menyuruhmu untuk tutup. Baru sebentar saja ditinggal kau sudah mau diperkosa." Sepanjang jalan Daniel mengomeli Aju yang menunduk.
"Gomawo, kau memang penyelamatku."
Daniel puas tertawa. "Kau harus membayarku nanti, huh? Tapi... sungguh, aku masih penasaran," Daniel berjalan santai menuju apartemen bersama Aju yang memeluk dirinya sendiri, kedinginan. Bahkan jaket yang ia gunakan tak membantu banyak, "kenapa kau menolak pemuda itu? Aku tau seleramu itu seperti apa. Dia sangat pas untuk menjadi fantasi gilamu!"
Aju merujuk sambil mempererat pelukannya, "aku tidak serendah itu. Aku memilih pria yang ingin kutiduri atau tidak."
"Aku?"
"Apa?"
"Kalau aku yang begitu? Aku memintamu untuk melakukan itu denganku sekarang. Kau mau atau tidak?"
"Aku masih memakai heels, kau mau tidak?"
"Heels tidak masalah. Bahkan dengan seluruh pakaianmu aku masih bisa melakukannya."
Aju mencibir, "menjijikkan." Ia kemudian mempercepat langkahnya menuju tangga apartemen yang sudah sepi karena penghuninya sudah beranjak menuju alam mimpi mereka. Daniel juga memilih untuk tak bicara apapun karena cuaca saat itu terlanjur dingin sekali.
Mereka berjalan dengan diam hingga tiba-tiba saat menaiki tangga ia berhenti. Daniel yang fokus pada langkah kakinya hampir saja terjatuh jika bukan karena Aju menahannya.
"Kau ini apa-apaan? Aku hampir jatuh!"
Aju tak menjawab apapun melainkan hanya menatap Daniel dengan cara yang tidak biasa.
"Ya! Kau ini-"
"Ada apa?" Aju mendadak serius.
"Ada apa maksudmu?"
"Kau mau mengatakan sesuatu? Kenapa tiba-tiba berhenti? Apa karena kau melihat dadaku?" Aju memastikan tatapan Daniel yang selalu teralihkan, bahkan dengan berani membusungkan dadanya di depan pria itu.
Daniel sebagai pria normal yang punya nafsu tinggi, tentu saja akan memperhatikan hal itu.
"Kau ini kenapa? Cepat jalan. Jangan menghalangi aku."
"Apa dadaku menggodamu?" Aju terang-terangan bertanya. "Tiba-tiba saja aku ingat dengan cara anak itu melihat dadaku. Apa dadaku ini menggoda? Apa libidomu naik karena melihatnya?"
Daniel menelan ludahnya. Aju memang sering berbicara terlalu vulgar, tetapi yang sekarang sedikit terlalu ekstrem.
"Kalau iya kau mau apa?"
"Begitu, ya? Memang apa yang menarik?"
"Bagus untuk dipegang. Kau puas dengan jawabanku? Sekarang minggir."
Daniel mendorong Aju pelan untuk menyingkir dari jalan, kemudian tanpa berbalik kembali berjalan menuju apartemennya. Ia bukan tidak suka dengan pemandangan itu, hanya saja...
Aju masih seperti gadis polos yang tak tau apa-apa, mengikuti Daniel dari belakang. "Hanya untuk dipegang?"
"Kau ini sedang menggodaku, ya? Tidak mempan."
"Tidak, kok. Aku hanya penasaran. Kenapa pria bisa dengan mudah bernafsu hanya karena melihat tubuh wanita."
Daniel menggeram dalam hati. Entah mengapa Aju yang seperti ini membuatnya gelisah. "Sama seperti kau yang selalu terpana ketika melihat otot lelaki, kami para pria juga punya hal semacam itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wattpad and Chill 18🚫
Fiksi Penggemar🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 [REPOST] Wattpad and Chill was popularly known as Lost, Lust, Love. Penulis memperhatikan beberapa orang mungkin tidak akan nyaman ketika bias mereka mendapatkan karakter yang buruk. Mohon ditekankan bahwa semua...