Kring...kring..
Suara jam memnuhi kamar Kirana. "Jam berapa sih?" Tanya Kirana menyipitkan matanya ke arah jarum jam. "Jam 5 sekarang aja" gumam Kirana beranjak dari kasurnya.
"Pagi ma" ucap Kirana memeluk Mamanya dari belakang. "Pagi dek tumben langsung turun" ucap Mamanya heran kenapa putrinya ini.
"Em Kirana mau buat bekal buat sekolah" cicit Kirana mengecilkan suaranya. "Biasanya gak dek" ucap Mamanya heran.
"Buat Kak Nata ucapan terima kasih" bisik Kirana. "Owh buat Nata" ucap Mamanya. "Kecilin suaranya ma" Rosa hanya geleng geleng melihat tingkah putrinya.
Kirana pun bergulat dengan alat alat dapurnya. Kirana memituskan membuat roti bakar coklat saja. "Akhirnya siap" ucap Kirana.
"Dek bangunin abang sana trus mandi turun sarapan" titah Rosa. "Ayey kapten" Ucap Kirana.
"Bang bangun" ujar Kirana mengetok pintu kamar Abangnya.
Ceklek
"Abang dah siap" ucap Leo menjulurkan lidahnya. "30 menit gak turun Abang tinggal" ujar Leo berjalan menuruni tangga.
"Isss punya Abang gitu banget" gumam Kirana memasuki kamarnya.
***
"Dih ini pokoknya kalo telat Abang tanggung jawab" pekik Kirana menyilangkan tangannya kedepan dada.
"Ye mana abang tau kalo kaos kaki Abang hilang Dek" ujar Leo tak terima. "Cepet bang tinggal beberapa menit lagi" ucap Kirana mengguncang bahu Leo.
"Ehhh iya aduh Abang lagi nyerir dek" ucap Leo. Akhirnya mereka masuk ke SMA Pelita di detik detik terakhir bel berbunyi
"Hampir bang" ucap Kirana mengelus dadanya. "Terima kasi tuhan kalau enggak habis sama bokap nyokap" ujar Leo.
"Dah abang pergi dulu" ucap Leo. "Bye abang inget jemput" ucap Kirana melambai lambaikan tangannya.
Kringg...kringggg
"Yah udah bel nanti pas istirahat aja ya kasihnya? " tanya Kirana dalam hati.
"Darimana aja lo jam segini baru dateng? " cerocos Sasya saat Kirana baru saja memasuki kelasnya.
"Bang Leo pagi pagi dah kehilangan kaos kaki" ucap Kirana dengan nada kesalnya.
"Abang lo cakep tapu rada ya" ucap Intan terbahak bahak.
***
Kirana melewati bebarapa kelas untuk sampai di kelas Nata. Sesekali ada orang menyapa tak segan Kirana tersenyum bahkan bersalaman.
"Huh pasti bisa Kir" Kirana menyemangatkan dirinya saat sudah tepat berada didepan kelas Nata.
"Permisi kak" ucap Kirana sopan. "Eh iya dek cari siapa" jawab seorang wanita muncul dari arah samping.
"Kak Natanya ada kak?" tanya Kirana masih celingak celinguk mencari keberadaan Nata.
"Noh tuh ujung sama yang lain" ucap perempuan yang diketahui namanya Abel.
"Kak bisa kasih ini ke kak Nata?" permintaan Kirana. "Kenapa gak langsung kesana aja dek?" tanya Abel.
"Gak bisa lama kak soalnya ada janji sama yang lain" alasan Kirana untuk tidak menyulitkan dirinya di situasi seperti ini.
"Yaudah sini biar kakak kasi" akhirnya Abel mengiyakan permintaan Kirana. "Makasi ya kak" ucap Kirana dan meninggalkan kelas seniornya itu.
"Woi Nata nih ada kiriman buat lo" ucap Abel segera memberikan kotak makan dari Kirana.
"Wih enak tuh kayaknya" celetul Aldo melihat roti coklat didalamnya. "Eh ada notenya dibaca dong" goda Rafa yang ikut ikutan.
"Ini privasi" ucap Nata memasukan note kecil itu kedalam saku celananya. "Gitu aja pelit" ucap Rafa yang berbanding balik karena ia sudah memakan roti coklat bakarnya.
"Lu habisin tong" ujar aldo dan jadilah peristiwa saling tonjok.***
"Nata pulang" ucap Nata dan memasuki rumahnya dengan malas. Wajar ia merasa sangat bosan dirumah bayangkan dirumah sangat luas ini hanya ditinggali Nata dan satu pembantu dan seorang satpam."Den ini sudah bibi siapin makan siangnya" ucap bi Wati. "Iya bi, Nata mau bersih bersih dulu" dan merebahkan badannya merasa pegal. Dan teringat pada sesuatu Nata merogoh saku celananya.
Dear : Nata
Hi kak, sebagai ucapan terima kasih ya. Maaf kalau gak seenak roti lainnya:)Kirana. O
Tanpa disadari sudut bibir Nata membentuk lengkungan manis.
***
"Kir kita udah lama gak shopibg gara gara lo bimbingan mulu kapan sih olimpiadenya?" gerutu Tika berguling diatas karpet bulu ya mereka menyempatkan diri berkumpul bersama yang lain."3 hari lagi olimpiadenya" ucap Kirana mengingat tanggalnya.
"Strong ya princes" teriak Intan menarik Kirana berdiri dari duduknya untuk berdansa bersamanya.
"Jadi gak ni?" tanya Sasya meyakinkan semuanya.
"Yah gue ada bimbingan terakhir sekarang" lirih Kirana memainkan kukunya. "Nanti gue beliin sushi ya" ucap Sasya membuat Kirana berbinar. "Beneran?"
"Iya Kirana" ucap semua serempak.
***
"Udah jam 3 lebih 2 menit" gumam Nata dikursi cafe sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kafe."Maaf kak telat" ucap Kirana dengan nafas yang terengah engah.
"Iya gak masalah" ucap Nata. "Pesen dulu gih kakak udah".
"Kak materi yang mana sekarang?" tanya Kirana memulainya. "Sekarang tinggal ikuti rumus ini trus masukin yang angka diketahui" ajar Nata menunjuk soal soal lainnya.
"Oh iya kak" ucap Kirana mulai mengerjakan soal soalnya. Ditengah kehrningan mereka pelayan membawa pesanan Kirana.
"Ini kak"Kirana menyodorkan hasil kerjanya. Dengan teliti Nata membaca semuanya. "Ini bener, ini udah siap buat olimpiade good luck buat 3 hari lagi" ucap Nata diangguki Kirana.
"Ada waktu sebentar? " tanya Nata disela keheningan. "Eh iya" ucap Kirana. "Temenin sebentar di cafe sekedar refresing aja". Kirana menganggukan kepalanya.
Kirana menyantap kue coklatnya dengan sedikit noda di samping bibirnya. Nata terkekeh melihat cara Kirana makan seperti bayi. Tanpa disadari tangan Nata menghapus noda disamping bibir Kirana.
Deg.
"Lucu" gumam Nata masih didengar oleh Kirana membuat pipi halusnya menjadi merah tomat.
"Itu pake blush on merah banget" ucap Nata meledek Kirana yang menyembunyikan wajahnya.
"Jangan ditutup makin cantik kok" ucap Nata menyingkirkan tangan Kirana diwajahnya.
Aduh kak jangan gini caranya, batin kirana.
"Gak usah nunduk juga nanti mahkotanya jatuh" ucap Nata mengacak rambut Kirana.
Happy reading readers
Jangan lupa tinggalkan jejak jejak🌟

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis
Fiksi Remaja"Lo gak usah deket deket gue lagi!" "Kenapa Nat?" Kirana menangis segukan. " Lo gak bisa gini!" "Pergi lo gue capek, pergi!" Teriak Nata. Seseorang yang entah mengapa membuat ku sering memikirkan tentangnya, yang telah mengganggu pikiranku. Aku ser...