Flashback.
Nata merenung dilamarnya melihat kearah luar jendela menatap kendaraan berlalu lalang. Masih terngiang-ngiang ucapan Desy waktu itu.
Desy benar tidak ada yang akan baik-baik saja dengan kondisinya ini. Semua dipikirannya membayangkan hal yang terburuk akan terjadi. Bagaimana jika perkiraan dokter tidak benar? Mengharuskan dirinya bergantung pada kursi roda ini.
Kirana
Nama tersebut selalu diingatnya. Ia sudah tak ada harapan lagi bertemu bahkan sekarang menghilang dari dirinya. Apalagi kesan mereka berpisah benar-benar konyol. Dia dibutakan emosi dan juga karena sahabat kecilnya yang sekarang menghilangkan juga melihat keadaan dirinya.
Ini semua karena kesalahan dirinya sendiri. Sebaiknya dia tidak menarik orang-orang disekitar untuk peduli kepada. Kirana pantas mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya sekarang. Mungkin memang begitu jalannya.
🌰🌰🌰
Semua yang ada dikamar tersebut tercengang. Bukannya Nata selama ini mencari-cari Kirana, menanyakan kabarnya. Dan apa yang mereka lihat sekarang ini.
"Nat, maksud lo apa? Kirana mau lihat keadaan lo" Rafa menghampirinya Nata yang berbaring diatas kasurnya.
"Oh, dia kasihan liat kondisi gue sekarang kayak gini?" Ucap Nata dingin.
Tangis Kirana bendung akhirnya luruh. Dia berjalan kearah Nata dan duduk bersimpuh disamping kasurnya. Isak pilu Kirana membuat yang lainnya terbawa suasana ikut juga menangis.
Nata memalingkan wajahnya. Dia tidak kuat seperti ini. Kirana dapat yang lebih baik daripada dirinya sekarang.
"Mending lo pergi aja. Gak usah nangisin gue. Lo udah liat kan gimana gue sekarang?" Nata mengeluarkan kata-kata pedasnya.
"Maa-af aku gak tau kondisi kamu kayak gini" Kirana berniat menggenggam tangan Nata namun segera ditepis Nata.
"Gue gak bisa jalan Kir. Hal normal kayak gitu aja gue gabisa" Lirih Nata membuat Kirana menggelengkan kepalanya.
"Enggak lo bisa sembuh, kita terapi dan belajar jalan nanti juga bisa" ucap Kirana meyakinkan Nata.
"Lo gak malu sama gue kayak gini?"
"Enggak sama sekali" Nata melihat mata Kirana yang dibanjiri air mata tak ada kebohongan Dimata jernih itu.
"Lo bisa dapet yang lebih baik dari gue Kir" Lirih Nata.
"Tapi gue gak mau" Berontak Kirana.
"Nat lo jangan ngomong kayak gitu" Davin berbicara dia tak ingin Nata sampai berkecil hati.
Nata menghela nafasnya. "Gimana kalau perkiraan dokter salah? Gue gak bisa jalan lagi?" Ucap Nata membuat yang lainnya menoleh kepadanya.
"Lo pasti bisa Nat. Kalau pun keadana nantinya gitu kita bakal tetep temenan sama lo" Ucap Aldo yang diangguki yang lainnya.
Kirana yang sekarang sudah disamping Nata meyakinkan semua yang dikatakan temannya itu benar. Akhirnya Nata ikut menangis di pelukan Kirana.
Kirana mengelus rambut Nata dengan lembut. Membiarkan Nata menumpahkan semua kesedihan yang dia pendam sendiri. Setelah lama ia lelah menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/161123743-288-k76903.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis
Roman pour Adolescents"Lo gak usah deket deket gue lagi!" "Kenapa Nat?" Kirana menangis segukan. " Lo gak bisa gini!" "Pergi lo gue capek, pergi!" Teriak Nata. Seseorang yang entah mengapa membuat ku sering memikirkan tentangnya, yang telah mengganggu pikiranku. Aku ser...