Fine

1.1K 213 13
                                    

Dia duduk di sofa dengan kepala menunduk cukup lama, lalu entah kenapa suara meringisnya keluar tanpa sebab saat suasana diantara kami cukup dikatakan hening dan tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia duduk di sofa dengan kepala menunduk cukup lama, lalu entah kenapa suara meringisnya keluar tanpa sebab saat suasana diantara kami cukup dikatakan hening dan tegang. Dia menarik nafas berat, membuatku harus menyaksikan urat di lehernya terlihat bersama bahunya yang bergerak mengambil oksigen.

Aku membuang muka, tidak harusnya aku berpikir seperti itu. Aku bukan gadis mesum seperti dalam sebuah novel dewasa, tidak! Itu bukan aku.

Dia berdehem saat aku mulai pucat, "sebelumnya aku minta maaf. Aku salah, aku salah karena aku telah-" Daniel kembali berdehem saat melihat wajahku yang begitu pucat, "-maaf, Sena. Maaf karena aku lancang telah melakukan hal yang begitu-"

"Kumohon sudah, jangan mengingatnya lagi. Aku tidak ingin mengingat apapun lagi!"

Daniel menunduk lama setelah aku memotong ucapannya yang sempat tergagap. Ia menumpu tangannya pada lutut kaki, menyembunyikan rasa bersalah dengan mengusap kasar wajahnya hingga merah padam. Tapi aku merasa telah melukai perasaannya. Benarkah aku menyakitinya, apa aku benar-benar melukai perasaannya?

"Maaf," ucapku, aku benar-benar tidak kuasa dengan responnya yang begitu kosong dan bersama. Hingga setelah satu kata hebat telah keluar dari bibirku, Daniel mengangkat kepalanya dan memandangku dengan anggukkan kepala yang begitu lembut.

"Terima kasih," ucapnya.

Ia berdiri dari duduknya di sofa. Kaki berototnya melangkah untuk segera pergi, sedangkan aku masih duduk di sofa dengan perasaan yang begitu menusuk. Aku telah berlaku kasar dan terkesan seperti anak-anak. Tapi sebuah ingatan membuatku tanpa sengaja menyentuh bibirku yang sudah tidak bersih lagi, aku menunduk cukup lama. Suara isakan terdengar kuat, Daniel bahkan belum benar-benar beranjak pergi. Aku yakin ia masih di sana karena suara pintu belum ada.

Aku tidak bisa menahan lagi, aku tidak bisa jauh darinya. Dan aku tidak bisa pergi darinya. Bahkan aku tidak bisa bersikap seperti ini padanya.

Aku berdiri, menarik nafas berat dan kemudian menghembuskannya dengan nyawa yang aku kumpulkan.

"Daniel," aku menyebut namanya dan melihat ia masih berdiri untuk memandangku. Mungkin ia melihat keadaanku yang begitu mengeringkan karena mata yang bisa dikatakan bengkak.

"Aku maafkan kau. Dan kau tidak usah merasa canggung lagi, kita masih berteman. Biarkan kejadian tadi menjadi hal yang harus kita lupakan, kita harus pikirkan sahabat kita. Jangan karena kejadian itu, kita pecah."

Aku tersenyum setelah mengatakan hal itu. Dan saat itu juga ia mengangguk, bahkan memamerkan senyum lebar menawannya padaku. Senyum itu berhasil menularkan sesuatu yang mendebarkanku.

Aku siap menjalani apapun demi persahabatanku. Aku yakin, aku bisa. Tanpa sengaja aku menggenangi mataku dengan air, tapi masih tersenyum penuh haru.

"Teman? Baiklah, aku akan jaga pertemanan kita," balas Daniel melambaikan tangan padaku. Sedetik kemudian ia meninggalkanku.

Teman?

Beautiful Mistakes - Kang Daniel Ft Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang