humming

497 113 14
                                    


Tisunya ya 😭😭

Song : Hard To Say Goodbye - Bae Jinyoung









Suara seorang wanita tengah bersenandung indah dalam kedamaian tiada tara. Seminggu berlalu, baru hari ini Sena mendatangi bayi kecilnya sembari menggendong bayi mungil itu. Terdapat tanda lahir di keningnya. Sebelumnya dirinya tak tau harus memasang ekspresi apa pada bayinya, tapi Seongwoo memberi senyum untuk Sena. Kalimat yang membuat Sena ingin memeluk bayinya itu.

"Dia mirip sekali dengan Daniel. Berikan nama yang sama untuk dirinya. Semoga dia jadi anak yang ceria, tanggung jawab dan berani seperti ayahnya," ucap Seongwoo.

Hari itu pula Sena menemui bayinya, memeluk bahkan menceritakan betapa senangnya dirinya karena lelaki kecil bermarga Kang itu lahir di dunia. Sena mengelus rambut tebalnya yang belum dipangkas. Hitam legam dan indah, Seperti Daniel. Sena meneteskan air mata haru, mengetahui kepergian Daniel tapi tidak menutupi rasa haru saat bayi kecilnya lahir.

"Maafkan ibu ya, nak? Ibu tidak tau harus bagaimana menemui dirimu. Ibu ingin menangis, ibu juga ingin tersenyum. Terima kasih sudah menjadi pengganti Ayah, terima kasih sudah mengisi kekosongan ibu," Sena menatap tangan mungil yang menggenggam tangannya yang besar. "Tumbuhlah seperti Ayah, tumbuhlah menjadi lelaki penyayang seperti Ayahmu. Ibu janji akan mengajarkan dan menceritakan segalanya padamu. Jadikan Ayahmu sebagai pahlawan kita, jangan bersedih, nak. Jangan pula menganggap ayahmu jahat. Tanpa ia, kau tidak akan bisa menemani Ibumu yang kesepian ini."

Sena meneteskan air mata, memandang bayi yang terlelap di satu ranjang yang sama dengannya. Menangisi takdir jika sisi yang harusnya ditempati seorang Ayah, hilang karena sebuah tragedi tanpa sebab. Jantung Sena sakit, rasanya sesak dan pilu. Rasanya tidak terbentuk lagi oleh kata-kata. Dan semakin Sena ingat, maka semakin pula jantungnya tersedot sakit.

Bagai belati yang membelah jantung, Sena bisa mati jika terus mengingatnya. Untuk Keluarga Daniel dan dirinya sigap untuk membawa Sena mendatangi seorang psikiater. Membuat seperempat dari ingatan Sena sirna seperti abu. Kini hanya ada rasa sedih dan sendiri.

Hatinya masih begitu terluka, tak bisa terobati oleh apapun yang membuat dirinya tersenyum bahagia. Bahkan definisi yang pas adalah senyum adalah ancaman untukmu bahagia.

"Daniel, lihatlah Daniel kecil kita. Kau ingin sekali menitipkannya pada Ibu agar kita bisa pergi bersama. Tapi kini aku tidak bisa," Sena sesegukan. Ia duduk di atas ranjang. Menjauhi bayinya agar tidak terbangun karena isakannya yang begitu keras. "Aku tidak tau harus ikut siapa setelah ini. Aku takut tinggal seorang diri disini, Kang Daniel. Aku ketakutan menjaga bayi kita tanpamu. Apa yang harus aku katakan jika ia menjadi anak bijak? Apa yang harus aku jawab jika besok dia bertanya statusku dan dirimu?"

Sena berharap Daniel mendengar, tapi sekali lagi tidak ada harapan yang bisa Tuhan kabulkan untuk Sena. Wanita Park itu menangis. Kali ini dengan wajah yang tertutup dua telapak tangan yang pucat.

Ctak!

"Sena, kau baik-baik saja?"

Seongwoo masuk, satu-satunya sahabat yang tersisa. Sena menatapnya. Mengingat Daniel hanya karena wajah Seongwoo. Hari dimana awal mereka bertemu. Awal dimana dia akhirnya mengungkit janji kecil. Hari dimana jantung berdetak kencang. Hari itu adalah hari indah yang salah. Hari yang tidak Sena duga akan terjadi.

Sena menangis, Seongwoo menghampirinya. Memeluk Sena, kepala wanita itu menyatu pada perutnya sedang Seongwoo dalam posisi berdiri hanya menahan rasa sakit yang sama. Kehilangan dan juga rasa ketakutan yang ia rasakan pada Sena.

"Ada apa?" Tanya Seongwoo. Sena menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Sudah meminum obatmu? Dokter sudah memperbolehkanmu pulang."

Ctak!

Seorang polisi masuk kedalam ruangan inap Sena. Memberi senyum hangat pada mereka berdua. Hingga seolah mengerti, Seongwoo mengangguk. Meminta polisi itu untuk keluar dan berbicara hal penting itu di luar ruang inap. Membuat Sena merasa bingung dan cemas.

Setelah polisi itu keluar. Seongwoo melepas pelukannya. Melihat bayi merah di samping Sena, menyentuh pipi tembam bayi itu sampai dirinya sedikit tenang. "Daniel, kita lihat apa yang terjadi pada Ayahmu. Tunggu paman balik ya, Daniel kecil?"

Hati Sena menghangat, meski tidak sehangat jika Daniel yang melakukan hal itu. Sena tak bisa menampik takdir yang sudah terjadi padanya. Sekarang hanya butuh proses, hal dimana Sena harus mencoba kembali bahagia. Namun kali ini bukan hanya sekedar bahagia. Bahagia yang Sena maksud adalah bahagia untuk selamanya.

Setelah punggung Seongwoo hilang dibalik pintu, Sena kembali terfokus pada bayi kecilnya yang masih terlelap. Berbaring lagi disamping anaknya yang rentan. Menyentuh pipi merah nan halus yang menjadi bahan favoritnya hari ini. Membuat senyum terukir secara tidak sengaja. Sena memang telah melihat kehadiran Daniel di dalam diri bayinya. Entah ini nyata atau hanya halusinasi. Entah reinkarnasi itu ada atau tidak. Sena benar-benar merasa Danielnya telah tumbuh pada jiwa bayinya yang terlelap itu.

Ini batin seorang Ibu, ini juga batin seorang wanita yang ditinggal pergi untuk selamanya.

Sena terdiam, bayinya mengulet kecil. Memberi kegemasan yang tiada tara, sejenak Sena merasa telah kembali pada dirinya. Tapi tidak menutup kemungkinan jika hatinya belum kembali dalam bentuk utuh.

. . . .

Seongwoo duduk disamping seorang polisi, ia pernah satu sekolah dengan lelaki itu. Pernah pula satu sekolah dengan Daniel. Ia memandang polisi itu menurunkan topinya di dada, seolah tengah menunjukkan rasa duka lewat beberapa gerak tubuh.

"Pertama aku minta maaf karena tidak datang dalam acara pemakaman Daniel dan Yoonji. Aku juga mengucapkan turut bersuka cita atas perginya mereka," ucap lelaki itu.

Seongwoo mengangguk paham. Menepuk punggung polisi itu dan mengelus punggung polisi itu. "Tidak apa, kami mengerti."

"Aku juga ingin katakan jika kecelakaan Daniel bukan karena unsur ketidaksengajaan. Kami menemukan kerusakan di mobil Daniel, kami menemukan keganjalan dari mesin mobil Daniel yang diatur oleh seseorang. Sehingga kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan ini bukan disebabkan oleh ketidaksengajaan Daniel. Kecelakaan ini murni campur tangan manusia dan kecelakaan ini sudah diatur sedemikian rupa untuk melenyapkan nyawa dua korban sekaligus."

"Jadi, maksudmu Daniel dibunuh oleh seseorang? Siapa?"

"Kami menemukan sidik jari. Di stir mobil terdapat dua orang yakni Yoonji dan Daniel. Lalu di bagian yang lain ada pula sidik jari orang berbeda. Kami masih menindak lanjutinya. Untuk sementara kami ingin bertanya, apa sebelumnya Daniel memiliki musuh?"

Seongwoo nampak berpikir. Bola matanya nampak bergerak untuk memilah sesuatu. Hingga tibalah satu detakkan kencang menjadi jawaban murni yang ia miliki. Ia begitu ingat. Begitu yakin dengan tuduhan ini. Dan siapa orang dibalik seluruh kerusakan hidup Sena yang hampir bahagia? Orang yang telah merenggut dua sahabatnya sekaligus? Orang yang sama pula telah merenggut nyawa ayah dari Daniel kecil yang baru lahir di dunia?

Satu jawaban pertama yang terucap, "tentu, ada satu orang. Dia mungkin orangnya. Tidak! Dialah orangnya, aku yakin dia pembunuh Daniel dan Yoonji."

"Bisa sebutkan siapa nama tersangka?" Kepala Seongwoo terangkat naik untuk memandang sang polisi. Satu nama, satu orang dan satu lingkup hidup mereka. Tidak salah lagi!











"Aku tidak ingin diam disini seorang diri. Tapi tak ingin pula ikut denganmu disana. Aku memiliki tugas tersendiri untuknya. Jadi, selamat tinggal. Kita tidak bisa berjumpa lagi ketika musim semi tiba,"
- in Beautiful Mistakes-

Mei 19, 2019

Sudah sangat lama dan akhirnya update. Apa kabar kalian semua, semoga dalam keadaan baik dan sehat. Amin.

Beautiful Mistakes - Kang Daniel Ft Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang