Who

565 121 29
                                    

Song : Ending Scene -IU (instrumen)
Mulmed 🔊

Gak pake edit, maaf ya?


Sena masih setia berada dalam dekap peluk tubuh Jihoon. Menjatuhkan seluruh air mata pada kaos biru yang Jihoon kenakan. Pemuda Park itu terus menghubungi Ayahnya, guna bertanya tentang keadaan calon kakak iparnya. Tapi sayang, sepertinya ponsel sang ayah sedang di nonaktifkan. Beberapa kemungkinan bisa saja terjadi; rapat, persiapan rapat atau masalah yang sama.

Jihoon menunduk, mengelus lembut punggung sang kakak. Berusaha semampunya untuk menenangkan hati sang kakak. Nampaknya kondisi sang kakak memang benar-benar kebingungan dan hancur. Jihoon tak sanggup memandang kesuraman dari raut tak semangat kakaknya. Padahal tadi, sang kakak sangat begitu bahagia dan antusias dalam memilih baju bayi dan gaun pernikahan.

Tapi sejak melihat mobil Daniel yang hancur sedang di geret, senyum itu luntur menjadi air mata. Hingga beberapa menit terlewat, kakaknya mulai sedikit mereda. Tangisannya berkurang dan ia tertidur dalam keadaan memeluk tubuh Jihoon.

Tiba-tiba, ponsel dalam tas tenteng Sena berbunyi. Jihoon segera mengambilnya, berusaha tidak mengganggu tidur kakaknya. Hingga senyuman Jihoon terpasang penuh kelegaan saat nama Daniel terpasang disana.

"Hal-"

"Ini Ayah, datang ke Rumah sakit. Tapi jangan katakan apapun padanya untuk apa,"

"Ayah, apa semua baik-baik saja?"

Terdengar isak dari seberang sana, "Daniel— dia kecelakaan."

Gerakan Sena membuat Jihoon bungkam. Ia segera mendudukan ponsel Sena. Memeluk tubuh kakaknya sembari berkata pada sang supir, "Rumah sakit, pak."

"Untuk apa kita kerumah sakit? Apa Daniel yang kecelakaan?"

Jihoon berakting, memasang wajah tenang sembari menggelengkan kepalanya, "bukan, karyawan Kak Daniel memakai mobilnya. Sekarang Kak Daniel dan Ayah di rumah sakit. Kakak tenang saja. Tidak terjadi apa-apa pada Kak Daniel."

Jihoon kembali memeluk kakaknya, menahan jeritan frustasi yang ia pendam. Selama ini dirinya tidak pernah secuilpun berbohong pada sang kakak, tapi kali ini, untuk pertama kali ia berbohong. Dan itu adalah kebohongan besar yang ia lakukan.

"Maafkan aku, kak," batin Jihoon dalam hati.

. . . .

Jihoon membantu sang kakak untuk berjalan. Meminta bantuan perawat untuk meminjam kursi roda agar mempermudah jalan sang kakak. Shock tadi membuat Sena masih di landa kekhawatiran. Tidak dipungkiri. Walau sudah mendengar penjelasan Jihoon, hati Sena tetap merasa sangat takut. Tidak mengerti mengapa demikian. Tapi ia yakin akan hal positif apapun itu, ia juga percaya penuh pada Jihoon. Adik kesayangannya tidak akan mengecewakan dirinya.

Semakin memasuki koridor, jantung Sena berdetak tak menentu. Hembusan angin semilir dengan begitu sejuk mengingatkan dirinya akan sentuhan lembut Daniel. Sebegitu rindunya Sena terhadap Daniel sampai angin saja membuat ia teringat Pria itu. Padahal baru tadi malam mereka bertemu, bergelut hingga menertawakan hal gila di luar nalar.

"Kau yakin akan selalu mencintaiku?"

"Daniel bodoh. Tentu saja selalu."

"Kalau aku pergi? Bagaimana?"

"Aku ikut. Tugas istri bukannya harus mengikuti kemana suaminya pergi? Aku ingin ikut."

Beautiful Mistakes - Kang Daniel Ft Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang