31. Pertama Kali

928 163 37
                                    

Luka Hyunsuk masih sakit walau tidak sesakit sebelumnya. Dan dengan santainya, ia menuju ke kafe di mana Jaeyong bekerja.

Murid dari sekolah elit. Dandanan yang super swag. Dan banyaknya luka di wajah mungil Hyunsuk. Ia menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung di sana.

"Astaga Hyunsuk! Kamu kenapa?!"

Teriakkan Hyunsoo mengundang Seungjun yang terlihat asik akan menyantap tart mini.

"Kenapa wajah manismu jadi penuh plester?" Seungjun mendekat dan menyentuh luka-luka tersebut. Hyunsuk mendesis kesakitan dan memelototi sang pelaku.

"Kamu duduk saja. Pesananmu seperti biasakan?"

"Latte machiatto dan croissant keju." Hyunsuk menjawab pertanyaan Hyunsoo. "Kalau begitu aku ke tempat biasanya ya.."

Hyunsoo mengangguk. Sebelum pergi, Hyunsoo menyempatkan dirinya untuk mengusap luka yang ada di kening Hyunsuk dengan lembut. Ada tatapan sakit dan marah menjadi satu dimata Hyunsoo. Ia murka pada orang yang tega melakukan hal tersebut pada si bocah mungil kesayangannya.

Ketika Hyunsuk sudah duduk dengan tenang di tempat favoritnya. Hyunsoo geram sendiri.

"Menurutmu apa yang akan terjadi kalau orang yang memukul Hyunsuk diketahui Jaeyong?" Seungjun bertanya pada Hyunsoo sekaligus pada dirinya sendiri.

Hyunsoo menggeleng pelan. "Yang pasti aku takut Jaeyong akan hilang kendali." Hanya itu yang bisa Hyunsoo katakan.

Hyunsuk memainkan ponselnya. Ia bermain game dengan seriusnya. Sampai ia tidak sadar jika ada orang yang sudah dari tadi berada di sisinya dengan menatapnya sedih.

"Yess! Akhirnya aku me- Aduh!!" Hyunsuk mengusap sudut bibirnya yang perih.

Dan saat itu juga. Hyunsuk terkejut ketika ada jari-jari kasar yang juga mengusap jari sekaligus luka di bibirnya.

Hyunsuk menengok ke sebelah. Di dekatnya terlihat Jaeyong dengan tatapan sedih yang sedang meneliti tiap luka yang berada di wajah mungil Hyunsuk.

"Jaeyong hyung.."

Jaeyong menatap Hyunsuk dengan mata yang berkaca-kaca. Apakah Jaeyong benar-benar sedih melihat keadaannya saat ini?

Hyunsuk menunduk seketika. Ia tidak mau membuat Jaeyong atau siapapun sedih melihat kondisinya. Hyunsuk akan merasa bersalah.

"Maaf.." cicit Hyunsuk.

"Kenapa kamu minta maaf?" Jaeyong menatap Hyunsuk dengan bingung seraya jari-jarinya masih mengusap dan menyentuh lembut luka si mungil.

"Karena membuat hyung sedih.."

Oh. Jaeyong sudah tidak tahan. Ditangkupnya pipi Hyunsuk dengan kedua tangannya. Perlahan ia dongakkan wajah Hyunsuk agar menatap ke arahnya.

Mata bening Hyunsuk bertemu dengan mata Jaeyong yang masih berkaca-kaca. Mungkin sekali kedip, air mata tulus Jaeyong akan meluncur.

"Aku mohon jangan terluka lagi."

Hyunsuk tidak menjawab. Ia tidak bisa berjanji untuk hal seperti itu. Karena ia takut akan mengingkarinya.

"Maaf aku tidak bisa." Hyunsuk menggeleng.

"Kalau begitu kamu harus berjanji satu hal padaku."

"Apa itu?" Hyunsuk berkedip-kedip lucu. Untung saja ini tempat umum kalau tidak Jaeyong akan kehilangan kewarasannya sekarang juga.

Untuk menetralkan degub jantungnya. Berkali-kali Jaeyong harus menelan salivanya.

"Jika kamu ada masalah. Datanglah padaku. Aku janji akan membantumu semampuku."

Nine Wishes - Choi Hyunsuk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang