Sudah Hyunsuk duga ketika ia pulang. Kedua orang tuanya yang biasanya pulang sekitar pukul tujuh malam telah datang. Padahal tadi ia sudah siap menerima amukan kedua orang tuanya. Tapi melihat wajah mereka berdua yang terlihat kaku dan datar, seperti Taewoon saat ini. Membuat nyali Hyunsuk ciut.
"Berani sekali mereka lancang membawamu pergi." Suara dingin Tuan Choi membuat keringat dingin berjatuhan di dahi Hyunsuk. "Apakah aku harus berbuat sesuatu pada mere-"
"Ayah. Ibu. Cukup jangan diperpanjang masalahnya. Hyunsuk tidak akan ikut klub lagi."
Benar. Hyunsuk membenarkan perkataannya. Ia memang tidak akan bergabung dengan klub lagi. Tapi ia masih bisa berhubungan dengan mereka. Atau mungkin saja ia bisa melatih Jaeyong.
Akhirnya setelah perdebatan kecil tadi. Hyunsuk kembali ke kamarnya sambil membawa dokumen yang berjibun. Ia sampai heran dengan kedua orang tuanya. Mereka selalu menyuruh Hyunsuk memeriksa dokumen yang telah diperiksa oleh ayahnya, tapi kenapa ia masih disuruh memeriksanya lagi.
Entah sudah berapa lama Hyunsuk berkutat pada dokumen yang membosankan itu. Tiba-tiba saja pipinya merasakan kehangatan. Kepalanya menoleh ke samping dan mendapati si wajah datar Taewoon yang menyodorkannya minuman.
"Memang ada yang aneh padamu hyung." Walaupun Hyunsuk mencibirnya. Ia tetap menerima susu coklat.
Hyunsuk menyesapnya sedikit lalu kembali lagi berkutat pada dokumen yang tinggal sedikit. Tapi ia jadi risih, karena ia merasa terganggu.
Mata sipitnya memicing tajam menatap orang yang mengganggunya itu. Yang ditatap hanya menatap Hyunsuk datar sambil menyesap kopinya.
"Kenapa hyung masih di sini? Sana keluar!"
Hyunsuk mengibaskan tangannya. Bermaksud mengusir Taewoon. Sayangnya yang diusir bergeming sidikitpun dari tempatnya.
"Mau hyung apa sih?" kepala Hyunsuk rasanya sakit sekali kalau menghadapi orang ini. Seperti menghadapi Byounggon saja.
"Nomor."
"Hah?!"
"Dia."
"Siapa?" inilah hal yang paling menyebalkan bagi Hyunsuk yaitu bermain permainankata dengan Taewoon. Padahal tinggal bicara saja, susahnya minta ampun. Hyunsukjadi harus memutar otaknya lagi.
"Teman anda."
"Yang mana?"
"Pendek."
Hyunsuk menggeram. Hyunsuk tak habis pikir apa yang dipikirkan oleh si wajah datar itu, temannya yang pendekkan bukan hanya satu. Ingin sekali ia berteriak di depan wajah datar Taewoon yang menyebalkan.Tapi ia tidak mungkin melakukan hal tersebut, karena ia masih tahu diri kalau di hadapannya saat ini ada orang yang lebih tua darinya.
"Bisa tidak kita hentikan permainan kata ini. Kepalaku hampir meledak!"
Taewoon mengangguk singkat. Ia menyesap kopinya, lalu bicara lagi.
"Saya minta."
Hanya dua kalimat yang meluncur dari bibir seksinya. Karena sangking seksinya, ingin sekali Hyunsuk merobek bibir itu.
"Hyung jangan menggodaku!" Hyunsuk mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan mata Taewoon dengan menatapnya tajam.
Sepertinya Taewoon sudah tidak bisa bermain-main dengan si boncel satu ini. Padahal Taewoon sangat menikmatinya tadi. Tapi kalau si Tuan Muda boncelnya ini jika sudah marah, maka apa yang ingin dia dapat. Akan sedikit sulit.
Taewoon sebenarnya bisa mendapatkan sendiri apa yang ia mau. Tapi Taewoon masih ingin menjaga privasi dan menghorati orang itu.
"Baiklah. Saya minta nomor teman anda. Kim Minseok-ssi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Wishes - Choi Hyunsuk ✓
Acak(bxb) Meski tak melihatnya. Meski tak punya kepedulian terhadapnya. Ia tetap mencoba mengabulkan apa yang diharapkan dan diinginkan oleh orang yang ia sukai. Walau ia harus menelan kepahitan. Choi Hyunsuk. Ia yakin kalau perjuangannya akan membuahka...