"Hiks... hiks..."
Evan terbangun mendengar suara isakan dari arah samping bawah ranjang yang ia tempati. Saat membuka mata dan melihat sekeliling, ia merasa sedikit asing dengan ruangan itu. Ini kamar Nabila, batin Evan.
"Hiks... hiks... huhuhuhuhuuuu..." suara tangis itu semakin kencang ia dengar.
"Nabila aakkhhh..." Evan mencoba bangun namun kepalanya serasa dihantam sebuah batu besar. Kepingan-kepingan kejadian semalam mulai berputar jelas di kepala Evan. Ia segera memunguti baju yang berserakan dilantai dan memakainya lalu melangkah mendekati Nabila yang hanya memakai selimut tipis yang menutupi tubuhnya.
"Nabila, papa..." tangan Evan yang terulur hendak menggapai puncak kepala putrinya segera ditepis kasar oleh Nabila.
"JANGAN SENTUH AKU!!!" Nabila berteriak histeris. "Papa jahat, hiks.. aku tau aku bukan anak kandung papa tapi kenapa papa tega melakukan ini sama aku?" Nabila terus menangis.
"Maafkan papa, nak. Semalam papa..." ucapan Evan lagi-lagi terhenti karena Nabila kembali berteriak.
"CUKUP... Nabila gak mau denger apa-apa lagi. Sekarang papa keluar. KELUAAR..."
Evan hanya bisa menghela nafas menatap Nabila penuh sesal. "Baiklah, papa keluar sekarang. Kita bicara nanti kalau Nabila udah tenang ya, nak." Ucap Evan sebelum memutuskan keluar dari kamar putrinya itu. Sedangkan Nabila, ia sudah tidak mampu lagi menjawab. Hanya suara tangis penyesalan yang masih setia keluar dari bibirnya.
Flasback on
Semalam tidak ada orang dirumah, kakek dan neneknya sedang berlibur keluar negri. Nabila terbangun ditengah malam lalu keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minun. Namun saat akan menuruni tangga ia melihat papanya berjalan terhuyung menaiki tangga.
"Papa..." panggilnya pelan. Tapi papanya tidak menjawab.
"Papa kenapa? Papa mabuk?" Tanyanya lagi ketika Evan sudah sampai berada di dekatnya. Bau alkohol menguar memenuhi indra penciumannya
Entah apa yang ada dipikiran Evan saat melihat penampilan Nabila yang hanya memakai tanktop dan hotpant seolah membangkitkan sesuatu yang telah lama tidur dalam diri Evan. "Nabila... putri papa yang cantik..." Evan mulai meracau tak jelas. Ia menarik tangan Nabila kasar dan menyeret gadis itu kembali kekamarnya.
"Papa lepass... tangan Nabila sakit..." Gadis itu meronta berusaha menarik tangannya dari genggaman Evan tapi usahanya sia-sia saja. Evan melemparkan Nabila keatas ranjang dan mulai melakukan pelecehan pada putrinya itu.
Flasback off
Nabila berjalan tertatih menuju kamar mandi sambil menahan sakit dipangkal pahanya. Ia menyalakan shower lalu duduk terdiam dibawahnya. Hanya dengan cara ini Nabila bisa sedikit mengurangi kepedihan dihatinya. Ia tidak punya lagi tempat bersandar.
***
Evan berdiri dibawah guyuran shower kamar mandi sambil merutuki kebodohannya sendiri. "Bodoh, bodoh, bodoh." Evan memukuli dinding dihadapannya hingga tangannya berdarah. "Ayah macam apa aku yang sudah merusak paksa masadepan putrinya? Aku tidak pantas menjadi seorang ayah. Aku hina... aku bejat..." Pecah sudah tangis Evan disana. "Harusnya semalam aku tidak pulang jika harus begini kejadiannya."
Lama Evan keluar dari kamar mandi, lalu kembali siap dengan setelan kerjanya. Ia keluar kamar dan berjalan ke kamar putrinya yang berasa tepat di sebelah kamarnya.
Tok tok tok...
"Nabilaa... kamu kuliah hari ini?" Nihil, tidak ada jawaban sari sang empunya kamar.
Ceklek... Evan perlahan memutar knop pintu untuk mengecek keberadaan Nabila. "Nabilaa..." panggil Evan lagi namun tidak ada siapa-siapa di dalam. Akhirnya Evanpun berjalan menuruni tangga menuju ruang makan yang ternyata Nabila sudah berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NABILA
RandomIni kisah Nabila. Putri tiri papa Evan. Memiliki Konten dewasa. Jadi tolong bijak untuk anak dibawah umur jangan baca dan meninggalkan komen yang tidak-tidak.