EVAN
Beberapa hari setelah kejadian Nyonya besar bertamu di pagi-pagi buta dan memaksa membawa istri kecilku pergi, akhirnya aku memutuskan mengajak Nabila pindah apartement. Masih satu gedung dengan apartement adikku, hanya saja berbeda beberapa lantai diatasnya. Sengaja kupilih tempat yang lebih tinggi karna ku tahu Nabila suka sekali memandangi keindahan kota dari tempat yang tinggi.
Nabila... aku masih tidak menyangka, putri kecilku yang sejak lahir ku rawat dengan penuh kasih sayang kini telah berubah menjadi seorang wanita yang akan melahirkan buah hatiku. Seorang anak yang akan benar-benar memanggilku dengan sebutan papa yang sesungguhnya.
Nabila menggeliat tak nyaman dalam tidurnya saat ku usap pelan perut buncitnya. Kehamilannya sudah hampir berusia tujuh bulan. Ah... aku sudah tidak sabar menanti kelahiran malaikat kecilku. Laki-laki atau perempuan? Entahlah yang penting ibu dan bayinya sehat.
Aku tersenyum saat memandangi wajah cantik Nabila. Tidak mirip dengan ibunya, atau mungkin dia mirip dengan ayah kandungnya? Aku tidak tahu, sampai sekarangpun aku tidak tahu siapa ayah kandung Nabila.
Saat aku tengah serius memandanginya, tiba-tiba Nabila meringis seperti menahan sakit dan membuatku merasa panik seketika. "Kenapa sayang? Ada yang sakit." Bisikku didekat telinganya. Istri kecilku ini tidak menjawab, namun ia meraih tanganku dan meletakkan diatas perut besarnya tanpa membuka matanya. Aku langsung mengusap pelan perutnya saat kurasakan ada gerakan yang sedikit berlebihan dari dalam.
Mungkin dia laki-laki jika melihat gerakannya. Aku menunduk di depan perut Nabila dan membisikkan sesuatu disana, "sayang, bobok ya. Kasihan mama nanti kesakitan kalau adek nendangnya terlalu keras." Lalu aku mengecup perut Nabila beberapa kali, dan sepertinya anakku menuruti kata-kataku dan Nabila mulai bisa tidur dengan tenang.
"Pa... papa bangun." Saat aku baru saja memejamkan mata, istriku malah membangunkanku. Mungkin dia menginginkan sesuatu.
"Engh... ada apa sayang? Kamu haus?" Tanyaku
"Ehmmm, itu... Nabila laper." Ucapnya
"Oh, mau makan apa? Biar papa buatkan."
"Enggak, Nabila mau makan Nasi goreng dekat kantor papa itu, yang pernah dibelikan mas Rafka." Ucapnya polos.
"Hah, sayang ini sudah hampir tengah malam. Mana mungkin tukang nasi gorengnya masih buka."
"Ihh... papa nyebelin. Aku maunya itu, adek bayinya juga mau itu. Emang papa mau anaknya nanti ileran gara-gara ngidamnya gak diturutin?"
Ngidam? Astaga, benar... Nabila sedang hamil dan ngidam itu hal yang wajar. Tapi... apa mungkin penjual nasi goreng masih buka ditengah malam?
"Sayang, besok saja ya. Sekarang aku buatkan saja untuk kamu makan ya." Bujukku.
"Ihh... papa gitu gak sayang sama aku sama adek bayi juga." Rajuknya lalu berbaring membelakangiku.
"Sayang, aku buatkan aja ya nasi gorengnya. Daripada nanti aku kesana terus penjualnya udah tutup, kan percuma."
Nabila melirikku kesal. "Yaudah, tapi habis itu papa tidur disofa, jangan disini."
Hah... aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. "Oke, aku tidur disofa nanti." Akhirnya aku mengalah dan pergi kedapur lalu mengambil dan mengolah bahan-bahan untuk nasi goreng.
Tak berapa lama akhirnya nasi goreng buatanku sudah jadi dan segera kubawa kekamar untuk Nabila. "Sayang, nasi gorengnya sudah jadi." Panggilku padanya. Nabila mengusap matanya lalu berusaha bangkit dari tidurnya. Aku membantunya bangun lalu bersandar di kepala ranjang. Istriku lalu memakan masakanku dengan lahap. Yah meskipun aku tidak yakin bagaimana rasanya karena tadi aku tidak sempat mencicipinya. Tapi sepertinya dia menikmatinya. Syukurlah.
Setelah selesai makan, aku membereskan piring dan bersiap tidur di sofa seperti kesepakatan kami tadi.
"Papa ngapain disitu?" Nabila bertanya padaku dengan nada juteknya saat melihatku menata bantal dan selimut di sofa seberang ranjang.
"Mau tidur, Nabila. Tadi katanya suruh tidur di sofa."
"Oh iya, lupa. Yaudah, Nabila juga mau tidur." Ucapnya lalu menarik selimut menutupi tubuhnya. Aku hanya menggeleng heran melihat tingkahnya.
Baru saja aku memejamkan mata, aku merasakan ada gerakan seseorang disampingku. Kubuka mata dan kudapati Nabila sedang berusaha merapatkan dirinya padaku. Segera kuraih pinggangnya agar tidak terjatuh. "Kenapa?" Aku bertanya sambil memeluknya.
"Gak bisa tidur." Jawabnya manja.
"Sofanya gak muat untuk kita berdua sayang."
"Makanya ayo tidur disana aja." Ucapnya lagi sambil menunjuk tempat tidur.
Aku menghela nafas lalu bangun dan membopongnya ke tempat tidur kami. "Sudah, tidur." Ia mengangguk lalu memejamkan matanya. Dan aku pun juga segera menyusulnya.
***
Aku terbangun saat cahaya matahari menyusup masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka. Kuraba tempat disampingku, tidak ada Nabila disana. Aku bangun menuju kamar mandi, ia juga tidak ada disana. Kucuci muka dan melangkah keluar dari kamar. Saat hendak membuka pintu Aku mendengar orang yang tengah berbicara dari ruang tamu.
"Iya Oma, Nabila ngerti."
Oma? Mama kesini lagi? Astaga... segera kubuka pintu dan keluar kamar. Ternyata benar, mama yang tengah berbicara pada Nabila. Nyonya besar ini kenapa hobi sekali bertamu dipagi-pagi buta? Entah apa yang mereka bicarakan tapi raut wajah Nabila berubah sedih saat ini.
"Mama kenapa pagi-pagi sudah disini?"
"Mama hanya ingin bicara dengan Nabila dan sudah selesai. Mama pergi dulu." Nyonya besar bangkit dari duduknya dan memandang lekat pada istriku. "Ingat kata-kataku tadi Nabila."
"I... iya Oma." Jawab Nabila lalu meraih tangan nyonya besar dan menciumnya.
"Apa yang mama bicarakan tadi?" Tanyaku setelah Mama pergi.
"Engh... itu, bukan apa-apa, pa..."
"Jangan bohong Nabila."
"A... aku tidak bohong, oma hanya menyuruhku menjaga kandunganku saja." Ucapnya gugup. Aku tahu dia berbohong. Kalau tidak bohong mana mungkin dia segugup ini. Pasti ada yang disembunyikannya dariku.
"Apa yang sebenarnya mama katakan pada Nabila?"
***
Ramaikan dengan vote dan comment yang banyaaaakkk yaaa.
Jangan Viewer nya banyak yang vote gak ada setengahnyaaa... 😭😭😭
Kalian tau apa arti voment kalian bagiku?
Itu seperti oase ditengah hamparan padang pasir...
KAMU SEDANG MEMBACA
NABILA
RandomIni kisah Nabila. Putri tiri papa Evan. Memiliki Konten dewasa. Jadi tolong bijak untuk anak dibawah umur jangan baca dan meninggalkan komen yang tidak-tidak.